Ini Rencana Astronom untuk Saksikan Tabrakan Lubang Hitam Supermasif

Ketika lubang hitam ini menyatu, ada lebih banyak energi yang dihasilkan daripada seluruh alam semesta yang bergabung.

oleh Afra Augesti diperbarui 26 Mei 2019, 18:35 WIB
Diterbitkan 26 Mei 2019, 18:35 WIB
Ilustrasi Lubang Hitam Supermasif Bergabung
Konsep seni merger lubang hitam supermasif. (Foto: ESA)

Liputan6.com, Jakarta - Banyak astronom berpendapat bahwa sulit untuk memahami besarnya lubang hitam supermasif, jenis objek khusus yang berada di pusat galaksi besar dan dapat tumbuh hingga miliaran kali massa matahari.

Tapi menurut mereka, yang lebih mengejutkan lagi adalah membayangkan semburan kosmik layaknya kembang api raksasa ketika dua lubang hitam saling menabrak dan melebur menjadi satu.

"Ketika objek-objek ini bergabung, ada lebih banyak energi yang dihasilkan daripada seluruh alam semesta yang menyatu," kata Paul McNamara, seorang ilmuwan di European Space Agency (ESA), seperti dikutip dari The Verge, Minggu (26/5/2019).

Kendati demikian, para ilmuwan tidak pernah secara langsung menyaksikan merger lubang hitam supermasif. Karena alasan inilah, McNamara dan rekan-rekannya berencana untuk mengubah itu dalam beberapa dekade mendatang, dengan dua observatorium ruang angkasa generasi terkini, menurut rilis ESA yang diterbitkan pada hari Kamis, 23 Mei 2019.

Misi tersebut, yang melibatkan Advanced Telescope for High-Energy Astrophysics (Athena) dan Laser Interferometer Space Antenna (LISA), belum pernah dilakukan sebelumnya.

Athena, yang saat ini sedang dipersiapkan untuk peluncuran 2031, akan menjadi observatorium sinar-X terbesar yang pernah dibuat, yang mampu menemukan sumber energi tinggi dengan kekuatan 100 kali ketepatan misi masa lalu (precision of past missions).

Sedangan LISA, yang dijadwalkan untuk lepas landas pada tahun 2034, adalah rasi bintang tiga satelit yang bakal terbang 1,5 juta mil terpisah dalam orbit yang membuntuti jalur revolusi Bumi.

LISA akan menjadi pendeteksi gelombang gravitasi pertama di ruang angkasa, yang diharapkan bisa mendengar getaran-getaran pada struktur ruang-waktu yang dihasilkan oleh peristiwa kosmik, seperti tabrakan lubang hitam supermasif.

 

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Butuh Waktu Lama dalam Pengembangannya

Foto Hubble
Fenomena lubang hitam tertangkap teleskop Hubble (Sumber: NASA)

Meski demikian, diperlukan lebih dari satu dekade untuk mengembangkan misi-misi lanjutan itu.

"Jika ada objek-objek ini yang menyatu di alam semesta, LISA akan mendeteksi mereka," kata McNamara, yang ada di tim LISA dari ESA. "Kita dapat mengukur benda-benda antariksa ini melampaui apa yang kita sebut fajar kosmik, sebelum bintang-bintang pertama di alam semesta tercipta."

LISA dirancang untuk mengambil gelombang gravitasi frekuensi rendah dari lubang hitam yang mengandung jutaan atau miliaran massa matahari.

Setelah LISA mendeteksi gelombang yang dikeluarkan oleh dua lubang hitam supermasif, para ilmuwan ESA dapat mengarahkan Athena ke bagian langit itu dan menangkap ledakan radiasi energi tinggi dari penggabungan ini.

Kombinasi dari bukti pengamatan ini dikenal sebagai multi-messenger astronomi. Menerapkannya pada penyatuan lubang hitam supermasif dapat membantu menyelesaikan misteri besar tentang alam semesta, seperti "mengapa beberapa inti galaksi jauh lebih aktif dan bercahaya daripada yang lain".

"Jika kita dapat menentukan sumbernya, kita mungkin benar-benar melihat salah satu dari galaksi-galaksi aktif itu yang hidup," ujar McNamara. "Saat ini, kami tidak tahu bagaimana atau mengapa hal tersebut terjadi."

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya