Liputan6.com, Jakarta - Bagi para aktivis lingkungan, manusia mungkin digambarkan sebagai makhluk yang rakus dan tidak bertanggung jawab. Mereka menggunduli hutan, terus menerus menggunakan bahan bakar fosil, atau mendukung industrialisasi yang merusak ekosistem.
Umat manusia tampaknya tengah menempuh jalan yang berbahaya. Mereka telah berkontribusi dalam perubahan iklim selama beberapa dekade tanpa memperhatikan konsekuensi serius yang dapat dituai.
Advertisement
Baca Juga
Perilaku serupa mungkin telah menyebabkan punahnya bangsa alien di sekitar galaksi, kata Avi Loeb, ketua departemen astronomi Harvard University. Hipotesis itu mungkin membantu untuk menjelaskan, mengapa kita belum bertemu dengan makhluk misterius itu meskipun banyak tempat di Galaksi Bima Sakti yang sebetulnya bisa dihuni oleh mereka.
"Satu kemungkinan adalah bahwa peradaban-peradaban alien, berperilaku seperti cara kita, berumur pendek," kata Loeb pekan lalu dalam sebuah pembicaraan di KTT The Humans to Mars di Washington DC, sebagaimana dikutip dari Space.com pada Senin (27/5/2019).
"Mereka berpikir jangka pendek, dan mereka memproduksi sendiri ancaman yang akhirnya membunuh mereka," lanjutnya.
Jadi, perburuan alien harus diperluas, menurutnya. Yakni dengan memata-matai artefak yang ditinggalkan oleh peradaban yang hilang. Ia menyebut contoh seperti permukaan planet yang terbakar, dan produk-produk perang nuklir yang yang bisa jadi berputar di udara dunia alien.
Jika hal-hal seperti itu berhasil ditemukan, mungkin akan menjadi penemuan ilmiah terbesar sepanjang masa, yang turut bisa mengarahkan manusia ke jalan yang lebih baik.
"Kita mungkin akan belajar sesuatu dalam proses itu," kata Loeb.
"Kita mungkin belajar untuk berperilaku lebih baik satu sama lain, tidak memulai perang nuklir, atau untuk memantau planet kita dan memastikan bisa dihuni selama-lamanya yang kita mampu," tambahnya.
Ide Lain Loeb
Tidak hanya satu ide itu, Loeb juga memberikan kemungkinan lain jika manusia bertemu alien. Misalnya, karena apabila kedua makhluk tersebut mengalami kontak maka dapat diciptakan terobosan teknologi yang besar.
"Teknologi kita baru berusia seabad, tetapi jika peradaban lain telah mengalami satu miliar tahun untuk mengembangkan perjalanan ruang angkasa, mereka mungkin dapat mengajari kita bagaimana melakukannya," kata Loeb.
Kemungkinan ini adalah alasan lain untuk terus mendorong teknologi penerbangan antarbintang, tambahnya. Loeb terlibat dalam bidang ini; dia memimpin dewan penasihat untuk Breakthrough Starshot, sebuah proyek senilai US$ 100 juta.
Breakthrough Starshot bertujuan untuk memiliki dan menjalankan sistem seperti itu dalam 30 tahun atau lebih. Jika upaya tersebut berhasil, alien cerdas mungkin menganggap kita dalam cahaya baru - sebagai teman sejawat yang layak mendapat perhatian dan rasa hormat, kata Loeb.
"Harapan saya adalah bahwa menemukan peradaban yang mati akan menginspirasi kita untuk berperilaku lebih baik," katanya. "Dan harapan lain yang saya miliki adalah, begitu kita keluar dari tata surya, kita akan menerima pesan: 'Selamat datang di klub antarbintang.' Dan kita akan mencari tahu bahwa ada banyak lalu lintas di luar sana yang tidak kita sadari."
Advertisement
Objek Antarbintang
Loeb juga mengatakan, mungkin kita sudah melihat salah satu dari lalu lintas aneh antar-bintang itu.
Sebagaimana diketahui Loeb baru-baru ini ikut menulis sebuah makalah yang menunjukkan bahwa 'Oumuamua, objek antarbintang pertama yang dikonfirmasi pernah ditemukan di tata surya kita, mungkin adalah pesawat ruang angkasa alien .
Sementara pandangan banyak orang menganggap 'Oumuamua adalah badan komet. Tapi penting untuk tidak mengabaikan gagasan pesawat ruang angkasa, Loeb menekankan.
"Kita harus tetap berpikiran terbuka dan jangan menganggap kita tahu jawabannya di muka," katanya. "Anda tidak perlu berpura-pura tahu tentang sesuatu."