Liputan6.com, Teheran - Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe melakukan perjalanan ke Teheran pada Rabu 12 Juni 2019, untuk memperingatkan bahwa "konflik tak disengaja" dapat tersulut di tengah meningkatnya ketegangan antara Iran dan Amerika Serikat
Pesan tersebut datang beberapa jam setelah pemberontak Houthi menyerang bandara Abha di perbatasan Saudi-Yaman, di mana melukai 26 orang.
Dikutip dari Al Jazeera pada Kamis (13/6/2019), lawatan Abe itu adalah salah satu upaya tingkat tinggi untuk menurunkan eskalasi krisis Yaman, ketika Iran tampaknya siap untuk mematahkan kesepakatan nuklir 2015, yang "dipercundangi" oleh pemerintahan Donald Trump tahun lalu.
Advertisement
Baca Juga
Selain itu, kunjungan tersebut merupakan yang pertama kalinya dilakukan oleh perdana menteri Jepang dalam 40 tahun sejak Revolusi Islam.
Namun, beberapa pengamat memperkirakan akan sulit bagi Abe untuk menyerukan penyudahan konflik Iran versus Barat, karena serangan Houthi terhadap bandara regional Abha seketika menjadi sorotan di Timur Tengah.
Sementara itu, Iran mengancam akan melanjutkan pengayaan uranium lebih dekat ke tingkat senjata pada 7 Juli nanti, jika sekutu Eropa gagal menawarkannya persyaratan baru.
Di lain pihak, Donald Trump mengatakan dia ingin berbicara dengan Teheran, setelah AS menimbun sanksi yang membuat mata uang Iran merosot bersama dengan ekspor minyak.
Adapun PM Abe menyerukan "lebih banyak kesabaran" di berbagai pihak yang terlibat krisis --tanpa menyebut Houthi-- agar tidak lepas kendali dan memicu kisruh lebih jauh.
"Saat ini, ketegangan meningkat. Kita harus melakukan apa pun yang kita bisa untuk mencegah konflik yang tidak disengaja terjadi, dan Iran harus memainkan peran konstruktifnya," kata Abe dalam pidatonya kepada wartawan setelah pembicaraan dengan Presiden Iran Hassan Rouhani
Tanggapan Presiden Iran Atas Kunjungan PM Jepang
Berbicara dalam konferensi pers yang sama, Presiden Iran Hassan Rouhani mengatakan dia mengharapkan "perubahan yang sangat positif" di Timur Tengah dan dunia, jika AS mengakhiri tekanan ekonomi melalui sanksi.
"Ketegangan berasal dari perang ekonomi Amerika melawan Iran. Jika itu berhenti, kami akan menyaksikan perubahan yang sangat positif di Timur Tengah dan dunia," kata Rouhani.
"Kami tidak akan memulai konflik di kawasan itu, bahkan terhadap AS, tetapi jika perang dimulai terhadap kami, maka kami akan memberikan respons yang menghancurkan," tambah presiden Iran, seraya mencatat bahwa Jepang ingin terus membeli minyak Iran.
Rouhani mengatakan dia melihat "minat Jepang untuk terus membeli minyak dari Iran, dan memperbaiki masalah keuangan" sebagai "jaminan" untuk pengembangan hubungan bilateral yang sedang berlangsung.
Advertisement
Serangan Terbaru Houthi
Sementara itu, serangan terhadap bandara Abha adalah terbaru dalam gelombang teror pesawat tak berawak (drone) dan rudal yang menargetkan Arab Saudi, di mana membuat negara kerajaan itu terperosok dalam perang bertahun-tahun di Yaman.
Sebanyak 26 warga sipil dilaporkan terluka akibat insiden itu, sebagaimana diwartakan oleh Al Jazeera dikutip pada hari Kamis.
Tiga wanita dan dua anak termasuk di antara yang terluka, dan mereka adalah warga negara Arab Saudi, Yaman dan India. Delapan orang dibawa ke rumah sakit sementara sebagian besar dirawat di lokasi.
Dalam sebuah pernyataan pada hari Rabu, koalisi Saudi mengatakan sebuah proyektil mengenai terminal kedatangan di bandara Abha, menyebabkan kerusakan material.
Dalam pernyataan yang sama, koalisi mengatakan "serangan itu bisa dianggap sebagai kejahatan perang dan membuktikan bahwa Houthi telah memperoleh senjata canggih dari Iran," menambahkan pihaknya berjanji untuk mengambil langkah "segera dan tepat waktu" sebagai respons.