Serangan Udara Targetkan Pusat Detensi di Libya, 40 Imigran Tewas

Sebanyak 40 orang tewas dalam sebuah serangan yang menargetkan pusat detensi migran di ibu kota Libya.

oleh Siti Khotimah diperbarui 03 Jul 2019, 09:50 WIB
Diterbitkan 03 Jul 2019, 09:50 WIB
Pasukan dari Tentara Nasional Libya (LNA) pimpinan Jenderal Haftar meluncurkan serangan hampir dua pekan lalu untuk merebut Tripoli (AFP/Mahmud Turkia)
Pasukan dari Tentara Nasional Libya (LNA) pimpinan Jenderal Haftar meluncurkan serangan hampir dua pekan lalu untuk merebut Tripoli (AFP/Mahmud Turkia)

Liputan6.com, Tripoli - Sekitar 40 orang tewas dalam sebuah serangan yang menargetkan pusat detensi migran di ibu kota Libya, kata pejabat kesehatan setempat. Sebanyak 80 orang lainnya luka-luka dalam insiden tersebut, lapor AFP.

Pejabat setempat mengatakan, jumlah jasad yang ditemukan dapat lebih banyak, diprediksi berada di bawah puing-puing bangunan.

Serangan udara yang dimaksud terjadi pada Selasa 2 Juli 2019 di pinggiran Tajoura, Libya lapor Al Jazeera dikutip Rabu (3/7/2019). 

Beberapa jasad tergeletak di lantai hanggar di Tajoura, sementara ambulans bergegas ke tempat kejadian. Gambar yang diterbitkan oleh pejabat Libya menunjukkan migran Afrika menjalani operasi di rumah sakit akibat serangan tersebut.

Mahmoud Abdel Wahed dari Al Jazeera mengatakan, sekitar 150 migran dari berbagai negara --kebanyakan dari negara-negara Afrika seperti Sudan, Eretria, dan Somalia berada dalam pusat detensi tersebut.

Adapun pejabat menyalahkan pasukan oposisi pemerintah Libya, Jenderal Khalifa Haftar, atas kejadian tersebut.

"Ini bukan pertama kalinya pasukan Haftar menargetkan pusat (migran) itu. Tempat itu diserang pada April ketika pasukan Haftar memulai kampanye mereka untuk menangkap Tripoli," kata Wahed Al Jazeera.

"Sumber militer di pemerintah mengatakan pasukan Haftar melakukan kejahatan perang dengan menargetkan warga sipil dan daerah pemukiman."

 

Simak pula video pilihan berikut:

Haftar Mengelak

Khalifa Haftar mengepalai Tentara Nasional Libya yang memproklamirkan diri (AFP Photo)
Khalifa Haftar mengepalai Tentara Nasional Libya yang memproklamirkan diri (AFP Photo)

Libya adalah titik keberangkatan utama bagi para imigran Afrika dan negara-negara Arab yang berusaha mencapai Italia dengan kapal. Namun, banyak dari mereka yang dihadang oleh penjaga pantai. Alhasil, ribuan orang akan ditahan di pusat-pusat detensi yang dikelola pemerintah.

Kelompok hak asasi manusia telah lama menyoroti hal tersebut, mengatakannya sebagai kondisi yang tidak manusiawi.

Kota Tajoura, di sebelah timur Tripoli, adalah tempat bagi beberapa kamp militer yang bersekutu dengan Pemerintah Kesepakatan Nasional (GNA). Pasukan itu selama tiga bulan telah memerangi pasukan Haftar yang berusaha mengambil alih ibu kota.

Pada hari Senin, Tentara Nasional Libya (LNA) yang berpusat di timur mengatakan akan memulai serangan udara besar-besaran menargetkan Tripoli, setelah "sarana tradisional" perang telah habis.

LNA yang dipimpin Haftar, penguasa sebagian besar Libya timur dan selatan, membantah telah menyerang pusat detensi itu. Ia mengatakan milisi yang bersekutu dengan Tripoli telah menembak tempat itu, sebagai tanggapan atas serangan udara yang presisi oleh LNA di sebuah kamp.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya