Liputan6.com, Haripur - Polisi di Pakistan mengatakan, sebuah kapal penumpang dengan angkutan berlebih terbalik di Sungai Indus, menewaskan sedikitnya delapan orang dan mengakibatkan beberapa orang lainnya dinyatakan hilang.
Kepala kepolisian setempat Tanveer Khan mengatakan, kapal itu tenggelam, Rabu 3 Juli 2019 waktu setempat. Lokasinya dekat kota Haripur, India Barat Laut.
Baca Juga
Ia mengatakan, kapal itu mengangkut sekitar 40 penumpang padahal daya tampungnya hanya 25 orang.
Advertisement
Sejauh ini, menurut laporan VOA Indonesia, yang dikutip Kamis (4/7/2019) menyebutkan bahwa tim SAR berhasil menyelamatkan 12 orang dan menemukan delapan jasad, termasuk empat anak. Operasi penyelamatan masih berlangsung hingga berita diturunkan.
Insiden kapal tenggelam sering terjadi di Pakistan, di mana kapal-kapal kayu sering digunakan untuk mengangkut barang dan orang sepanjang sungai-sungai dan danau-danau.
Saksikan Juga Video Berikut Ini:
Kapal Pengungsi Terbalik di Libya
Sebelumnya, sebanyak hampir 90 orang pengungsi dilaporkan terancam tenggelam di lepas pantai Libya, setelah perahu yang mereka tumpangi terbalik, demikian tertera dalam laporan darurat PBB.
Dilansir dari laman Telegraph.co.uk pada Jumat 2 Februari 2018, mayoritas pengungsi tersebut diduga berasal dari Pakistan.
"Sekitar 90 orang saat ini terombang-ambing di lepas pantai Libya, setelah kapal yang mereka tumpangi terbalik," ujar juru bicara Organisasi Migrasi Internasional.
Disebutkan bahwa operasi penyelamatan baru diluncurkan pada sore hari karena berbagai pertimbangan, salah satunya karena status mereka sebagai pengungsi ilegal. Hal itu membuat tarik ulur otoritas di Libya untuk menurunkan bantuan penyelamatan.
Selain itu, muncul pula laporan tentang sepuluh orang yang tewas terdampar tidak jauh dari pesisir kota Zuwara. Delapan jasad tersebut diketahui berkewarganegaraan Pakistan, dan dua lainnya terindikasi sebagai warga negara Libya.
Menurut laporan Organisasi Migrasi Internasional, para pengungsi tersebut berusaha untuk melintasi Laut Mediterania menuju Italia.
Libya kerap dipilih sebagai titik transit pengungsi karena kontrol pengawasan daerah perbatasannya yang masih minim.
"Libya juga dikenal sebagai salah satu basis mafia perdagangan manusia, yang sering mencari untung di balik upaya penyelundupan imigran ilegal dari Timur Tengah ke Eropa," jelas juru bicara Organisasi Migrasi Internasional kepada kantor berita Associated Press.
Advertisement