Memo Diplomatik Inggris Ungkap Alasan Mengejutkan Trump Batalkan Nuklir Iran

Memo diplomatik yang ditulis mantan duta besar Inggris untuk Amerika Serikat (AS), Kim Darroch bocor ke publik.

oleh Raden Trimutia Hatta diperbarui 14 Jul 2019, 19:40 WIB
Diterbitkan 14 Jul 2019, 19:40 WIB
Donald Trump dan Barack Obama
Donald Trump dan Barack Obama (AP)

Liputan6.com, Washington DC - Memo diplomatik yang ditulis mantan duta besar Inggris untuk Amerika Serikat (AS), Kim Darroch bocor ke publik. Dalam memo itu tertulis alasan Presiden AS Donald Trump membatalkan perjanjian nuklir dengan Iran adalah untuk mengabaikan Barack Obama.

Kim Darroch menggambarkan langkah Donald Trump tersebut sebagai tindakan "vandalisme diplomatik".

"Pemerintahan diatur atas tindakan vandalisme diplomatik, yang tampaknya karena alasan ideologis dan personal - itu adalah kesepakatan Obama," tulis Kim Darroch dalam kabel diplomatiknya yang bocor, seperti dilansir BBC, Minggu (14/7/2019).

Memo ini ditulis pada 2018 setelah Menteri Luar Negeri Inggris kala itu, Boris Johnson mencoba membujuk Donald Trump agar tidak meninggalkan kesepakatan nuklir dengan Iran. Dalam perjanjian itu Iran sepakat untuk membatasi kegiatan nuklirnya yang sensitif.

Dalam sebuah kabel diplomatik yang dikirim setelah itu, Darroch mengindikasikan ada divisi dalam tim Trump yang bertanggung jawab atas keputusan tersebut, dan mengkritik Gedung Putih karena kurangnya strategi jangka panjang.

"Mereka tidak dapat mengartikulasikan strategi 'day after'; dan kontak dengan Departemen Luar Negeri pagi ini menyarankan tidak ada rencana untuk menjangkau mitra dan sekutu, baik di Eropa atau di kawasan," tulis Darroch.

Saksikan video pilihan di bawah ini: 

Kim Darroch Mundur

Presiden Donald Trump di Oval Office
Presiden Donald Trump di Oval Office. Dok: @realDonaldTrump

Duta Besar Inggris untuk Amerika Serikat, Kim Darroch, telah mengundurkan diri. Langkah itu diambil setelah adanya kabel diplomatik yang bocor, mengungkap ia sempat mengatakan pemerintahan Donald Trump "tidak kompeten" dan "canggung."

Kantor Luar Negeri Inggris mengumumkan pengunduran diri Darroch pada Rabu, 10 Juli 2019. Keputusan itu terjadi setelah Presiden Donald Trump mengatakan pada Senin, Gedung Putih tidak akan lagi berurusan dengan duta besar Inggris, lapor CNN dikutip Rabu (10/7/2019).

Donald Trump menyerang Sir Kim Darroch --dubes Inggris untuk AS-- selama dua hari berturut-turut, lapor The Guardian. Presiden nyentrik itu mengancam akan memutuskan hubungan atas penilaian sang dubes yang menyebut dirinya "memancarkan rasa tidak aman".

Donald Trump juga mengatakan bahwa PM May telah membuat "kekacauan" atas Brexit, yang disebut bertentangan dengan nasihatnya.

Padahal, hanya berselang beberapa pekan lalu, Donald Trump memuji Theresa May secara pribadi pada kunjungan kenegaraannya ke Inggris, dan mengatakan bahwa timpalannya itu telah melakukan "pekerjaan yang sangat baik".

Trump meluncurkan omelan terhadap Darroch, mengatakan: "Saya tidak kenal Duta Besar (Inggris), tetapi dia tidak disukai atau dipikirkan dengan baik di AS. Kami tidak akan lagi berurusan dengannya. Berita bagus untuk Kerajaan Inggris yang luar biasa adalah bahwa mereka akan segera memiliki Perdana Menteri baru. Sementara saya benar-benar menikmati Kunjungan Negara yang luar biasa bulan lalu, itu adalah Ratu yang paling saya kagumi!"

Rangkaian twit yang menunjukkan ketidaksukaan Trump terhadap Darroch telah meningkat sejak ia mengatakan kepada wartawan pada hari Minggu: "Kami bukan pengagum pria itu, dan ia belum melayani Inggris dengan baik ... jadi saya bisa memahaminya dan saya bisa mengatakan banyak hal tentang dia. Tapi, saya tidak akan repot-repot (melakukannya)."

Pernyataan terakhir Donald Trump, menurut beberapa pengamat, sempat menciptakan dilema bagi calon perdana menteri Inggris yang baru, di mana mereka harus memutuskan apakah perlu atau tidak menggantikan Darroch. Namun Darroch berkeputusan untuk mengundurkan diri pada akhirnya.

Sempat Dibela Theresa May

Presiden AS, Donald Trump dan PM Inggris, Theresa May di London (4/6/2019) (Ben Stansall / AFP PHOTO)
Presiden AS, Donald Trump dan PM Inggris, Theresa May di London (4/6/2019) (Ben Stansall / AFP PHOTO)

Sementara itu, juru bicara resmi PM May sempat menyatakan "keyakinan penuh" pada Darroch dan membela haknya untuk melakukan penilaian "jujur ​​dan tidak pernis" terhadap Gedung Putih, dengan mengatakan bahwa ia tidak boleh dipecat dari perannya, meskipun sang perdana menteri tidak setuju dengan analisisnya.

Menurut pengamat, pernyataan May bisa jadi adalah pertahanan terkuat Inggris terhadap Darroch, yang berisiko semakin membuat marah Trump.

Menanggapi rangkaian twit Trump, kantor perdana menteri Inggris, Downing Street 10, sempat menegaskan bahwa May tidak akan memecat Darroch dalam sisa dua pekan terakhirnya sebagai pemimpin politik Negeri Ratu Elizabeth II.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya