Rusia Tahan 600 Demonstran yang Menuntut Pemilu Terbuka

Sebanyak 600 orang ditahan oleh pemerintah Rusia setelah melakukan protes menuntut pemilu terbuka.

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 05 Agu 2019, 07:01 WIB
Diterbitkan 05 Agu 2019, 07:01 WIB
Seorang demonstran ditahan oleh petugas keamanan Rusia dalam aksi menuntut pemilu terbuka (AFP/Vasily Maximov)
Seorang demonstran ditahan oleh petugas keamanan Rusia dalam aksi menuntut pemilu terbuka (AFP/Vasily Maximov)

Liputan6.com, Moskow - Lebih dari 600 orang ditahan atas tuduhan melakukan protes yang tidak sah di ibu kota Rusia, Moskow, setelah sebelumnya muncul laporan adanya tindak kekerasan oleh polisi.

Para demonstran berkumpul di Moskow, setelah pihak berwenang mendiskualifikasi sejumlah kandidat oposisi agar tidak ikut dalam pemilihan lokal.

Di saat bersamaan, sebagaimana dikutip dari BBC pada Minggu (4/8/2019), aktivis terkemuka Lyubov Sobol ditangkap sebelum dia sampai di lokasi rapat umum, yang dihadiri oleh 1.500 orang.

Sobol, seorang pengacara dan kreator video terkenal Rusia, adalah salah satu kandidat yang dikecualikan dari pemilihan lokal. Dia telah melakukan mogok makan selama 21 hari, dan meminta orang lain untuk bergabung dengan protes yang tidak disetujui pada hari Sabtu.

Dia berada di taksi yang akan berangkat untuk rapat umum ketika petugas polisi menyeretnya ke dalam van hitam.

Beberapa jam setelah penangkapannya, Sobol mengetwit dari kantor polisi, mengatakan dia telah menghabiskan tiga jam diangkut paksa "di seluruh Moskow" oleh selusin petugas bertopeng.

Sebaliknya, pihak berwenang Rusia mengatakan Sobol ditahan karena melanggar peraturan tentang demonstrasi jalanan.

 

 

Tuduhan Aksi Kekerasan oleh Polisi

Polisi Rusia berushaa mengamankan para pengunjuk rasa pada peringatan Hari Buruh, 1 Mei 2019 (AP/Dmitry Yermakov)
Polisi Rusia berushaa mengamankan para pengunjuk rasa pada peringatan Hari Buruh, 1 Mei 2019 (AP/Dmitry Yermakov)

Sementara itu, sebuah video dari rapat umum menunjukkan para petugas keamanan Rusia menggunakan tongkat mereka untuk melawan demonstran saat melakukan penangkapan.

Pejabat Rusia awalnya mengatakan hanya ada 30 penangkapan, dan rapat umum itu diikuti 350 peserta.

OVD-Info, sebuah kelompok pemantau yang menjalankan saluran hotline untuk pelaporan soal penahanan, mengatakan bahwa jumlah demonstran yang ditangkap melonjak cepat dari beberapa puluh menjadi ratusan.

Barisan pihak keamanan yang telah lebih dulu berjaga di Moskow, memperingatkan massa untuk tidak melakukan aksi protes. Kantor berita Rusia TASS melaporkan bahwa satu petugas polisi telah terluka saat melakukan penangkapan.

Tetapi, para pengunjuk rasa juga melaporkan adanya aksi penganiayaan oleh polisi.

Cuplikan yang disiarkan di televisi Rusia dan dibagikan di media sosial menunjukkan polisi menjepit orang ke tanah, menendang atau menggunakan tongkat untuk memukul balik.

Tuduhan Dikecualikan Karena Alasan Politik

Ilustrasi Rusia dan Bendera Rusia (AP PHOTO/Alexander Zemlianichenko)
Ilustrasi Rusia dan Bendera Rusia (AP PHOTO/Alexander Zemlianichenko)

Pihak berwenang menahan lebih dari seribu orang demonstran pada akhir pekan lalu selama demonstrasi, di mana menurut banyak kritikus, dianggap sebagai salah satu penumpasan terbesar dalam beberapa tahun terakhir.

Otoritas pemilu telah melarang kandidat oposisi untuk mengambil bagian dalam pemilihan kota Moskow, yang direncanakan digelar pada 8 September.

Para pejabat mengatakan banyak dari tanda tangan yang diperlukan untuk aplikasi pencalonan mereka tidak valid. Tetapi pengunjuk rasa mengatakan mereka dikecualikan karena alasan politik.

Protes serupa lainnya yang diadakan di St Petersburg pada hari Sabtu, berhasil mengumpulkan seribu peserta, tetapi aksi itu tidak dilarang oleh pejabat lokal, dan juga tidak ada laporan penangkapan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya