Liputan6.com, Kabul - Pengantin pria yang pesta pernikahannya di Kabul, Afghanistan dihantam bom ISIS pada 17 Agustus, mengaku hilang harapan usai tragedi yang menimpanya.
Dalam sebuah wawancara TV, Mirwais Elmi mengatakan, meski calon istrinya selamat, namun saudara laki-laki dan anggota keluarga besarnya adalah bagian dari total 63 korban tewas, demikian seperti dikutip dari BBC, Senin (19/8/2019).
Advertisement
Baca Juga
ISIS telah mengklaim serangan bom tersebut, yang turut melukai 180 orang lainnya. Presiden Afghanistan, Ashraf Ghani melabel serangan itu sebagai "barbar."
Ghani juga menyalahkan kelompok Taliban karena telah "menyediakan platform bagi teroris".
Namun Taliban, yang saat ini tengah terlibat dalam dialog damai dengan Amerika Serikat, ikut mengutuk tragedi tersebut.
Melihat Senyum Keluarga untuk Terakhir Kali
Dalam sebuah wawancara untuk stasiun televisi Tolo News, Mirwais Elmi mengingat detik-detik sebelum kejadian. Ia mengaku melihat senyum para tetamu sebelum ledakan terjadi.
Dan dalam hitungan menit, Elmi melihat bahwa mereka semua sudah tak bernyawa akibat ledakan.
"Keluarga saya, calon istri saya terkejut, tak bisa berkata-kata," kata Elmi.
"Saya kehilangan harapan. Saya kehilangan saudaraku, kehilangan teman-temanku, kehilangan kerabat. Saya tidak akan pernah melihat kebahagiaan dalam hidupku lagi."
"Saya tidak bisa pergi ke pemakaman, saya merasa sangat lemah ... Saya tahu ini bukan penderitaan terakhir bagi rakyat Afghanistan, penderitaan akan terus berlanjut," tambahnya.
Ayah pengantin wanita mengatakan kepada media Afghanistan bahwa 14 anggota keluarganya telah tewas dalam serangan itu.
Simak video pilihan berikut:
Terjadi Ketika Dialog Damai Taliban - AS
Ledakan terjadi ketika perwakilan Taliban dan AS telah mengadakan pembicaraan damai di ibu kota Qatar, Doha, dan kedua pihak telah melaporkan kemajuan.
Pada Minggu 18 Agustus, Presiden AS Donald Trump mengatakan kepada wartawan di New Jersey bahwa negosiasi berjalan dengan baik.
"Kami melakukan diskusi yang sangat baik dengan Taliban. Kami melakukan diskusi yang sangat baik dengan pemerintah Afghanistan," katanya.
AS memiliki sekitar 14.000 tentara di Afghanistan dan merupakan bagian dari misi NATO di sana. Sejak awal kepresidenannya, Trump mengatakan dia ingin menarik pasukan AS keluar.
Kesepakatan itu akan mencakup penarikan pasukan AS secara bertahap dengan imbalan jaminan Taliban bahwa Afghanistan tidak akan digunakan oleh kelompok-kelompok ekstremis untuk menyerang target AS.
Taliban juga akan memulai negosiasi dengan delegasi pemerintah Afghanistan tentang kerangka kerja untuk perdamaian termasuk gencatan senjata akhirnya. Para militan telah menolak untuk bernegosiasi dengan pemerintah Afghanistan sampai jadwal untuk penarikan AS disetujui.
Taliban sekarang mengendalikan lebih banyak wilayah di Afghanistan terhitung sejak mereka dipaksa lengser dari kekuasaan pada tahun 2001.
Advertisement