Ledakan Bom Hantam Pesta Pernikahan di Afghanistan, 60 Orang Tewas

Sebanyak 60 orang dilaporkan tewas ketika ledakan bom menghantam sebuah pesta pernikahan di luar ibu kota Afghanistan.

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 18 Agu 2019, 13:03 WIB
Diterbitkan 18 Agu 2019, 13:03 WIB
Ledakan Meledak
Ilustrasi Foto Ledakan (iStockphoto)

Liputan6.com, Kabul - Ledakan bom dahsyat terjadi di sebuah aula pernikahan pada Sabtu malam 17 Agustus 2019 yang sibuk di ibu kota Afghanistan, menewaskan lebih dari 60 orang dan lebih dari 180 lainnya terluka, kata kementerian dalam negeri setempat.

Dikutip dari The Guardian pada Minggu (18/9/2019), lebih dari 1.000 orang --termasuk perempuan dan anak-anak-- diyakini berada di dalam aula tersebut saat ledakan terjadi.

Juru bicara Kemendagri Afghanistan, Nusrat Rahimin, mengatakan kepada kantor berita Associated Press bahwa belum ditemukan motif di balik serangan bom itu.

Taliban membantah bertanggung jawab atas ledakan di balai pernikahan Dubai City di Kabul barat, yang merupakan basis terbesar komunitas minoritas Syiah Hazara.

"Aula pernikahan yang besar dan terang benderang adalah pusat kehidupan masyarakat di kota yang lelah dengan perang selama puluhan tahun, di mana ribuan dolar dihabiskan untuk satu malam," kata Rahimin.

Tidak hanya untuk melangsungkan pesta pernikahan, bangunan terkait juga difungsikan sebagai lokasi pertemuan, di mana hal itu kerap dijadikan target serangan bom oleh oknum ekstrimis.

Pada November tahun lalu, sekitar 55 orang tewas setelah seorang pembon bunuh diri menyerang aula pernikahan di dekat pusat Kabul, ketika ratusan ulama Muslim Afghanistan berkumpul untuk memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad.

Simak video pilihan berikut:


Terjadi di Tengah Ketidakpastian Diskusi AS - Taliban

Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov (dua dari kanan) menjadi mediator dalam pertemuan antara pejabat Taliban dengan para politikus Afghanistan di Moskow (AP/Pavel Golovkin)
Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov (dua dari kanan) menjadi mediator dalam pertemuan antara pejabat Taliban dengan para politikus Afghanistan di Moskow (AP/Pavel Golovkin)

Ledakan bom terbaru terjadi beberapa hari setelah berakhirnya libur Idul Adha, ketika banyak penduduk Kabul melakukan tradisi mengunjungi sanak famili dan teman-teman.

Serangan itu juga terjadi sesaat sebelum Afghaistan memulai peringatan kemerdekaan ke-100 pada Senin 19 Agustus esok.

Menurut para pengamat, ledakan bom itu terjadi di tengah ketidakpastian hasil pembicaraan antara Amerika Serikat (AS) dan Taliban, dalam mendekati kesepakatan untuk mengakhiri perang Afghanistan yang berlangsung selama hampir 18 tahun.

Pemerintah Afghanistan telah dikesampingkan dalam diskusi itu, dan juru bicara kepresidenan Seddiqi mengatakan pihaknya sedang menunggu hasil pertemuan Donald Trump dengan tim keamanan nasionalnya pada Jumat 16 Agustus, tentang negosiasi penuntasan perang.

Isu-isu utama yang dibahas termasuk penarikan pasukan AS dan jaminan Taliban untuk tidak menjadikan Afghanistan landasan peluncuran serangan teror global.


Taliban Dituding Hipokrit

Pasukan Taliban
Pasukan Taliban (AP)

Di lain pihak, pada awal tahun ini, Taliban berjanji berbuat lebih banyak untuk melindungi warga sipil.

Namun, di saat bersamaan, kelompok ekstrimis itu terus melakukan serangan mematikan terhadap pasukan keamanan Afghanistan dan beberapa pihak lainnya, yang menurut pengamat, dianggap sebagai upaya untuk memperkuat posisinya di meja perundingan.

Tahun lalu, lebih dari 3.800 warga sipil, termasuk lebih dari 900 anak-anak, tewas oleh serangan Taliban, AS dan pasukan sekutu di Afghanistan, kata PBB.

Sementara itu, pada 7 Agustus, sebuah bom mobil Taliban yang menargetkan pasukan keamanan Afghanistan meledak di jalan yang sama dengan lokasi serangan Sabtu malam di Kabul barat, menewaskan 14 orang dan melukai 145 lainnya.

Lanjutkan Membaca ↓

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya