Polisi Tangkap 29 Demonstran Ricuh di Hong Kong

Akibat imbas dari aksi massa ini, empat stasiun kereta bawah tanah di sekitar lokasi kejadian sengaja ditutup.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 25 Agu 2019, 13:04 WIB
Diterbitkan 25 Agu 2019, 13:04 WIB
Bendera Hong Kong dan China berkibar berdampingan (AFP)
Bendera Hong Kong dan China berkibar berdampingan (AFP)

Liputan6.com, Hong Kong - Kepolisian Hong Kong menangkap 29 orang setelah bentrokan terjadi pada Sabtu, 24 Agustus 2019 malam. Dalam bentrokan tersebut, gas air mata ditembakkan untuk membubarkan protes anti-pemerintah yang menolak RUU ekstradisi.

Dikutip dari laman Channel News Asia, Minggu (25/8/2019) para pengunjuk rasa melempari batu bata ke arah polisi yang berjadi di kawasan industri Kwun Tong, kawasan padat penduduk asal China.

Akibat imbas dari aksi massa ini, empat stasiun kereta bawah tanah di sekitar lokasi kejadian sengaja ditutup.

Polisi menggunakan gas air mata setelah beberapa pemrotes melemparkan bom molotov dan batu bata. Tindakan yang dilakukan oleh polisi merupakan penggunaan gas air mata pertama yang kembali dilakukan setelah seminggu lebih tak lagi digunakan.

"Kami mengutuk tindakan pengunjuk rasa yang tidak melakukan aksi protes damai. Ada 19 pria dan 10 wanita yang telah ditangkap," ujar polisi setempat.

Hingga saat ini, otoritas Hong Kong menyampaikan lebih dari 700 orang telah ditangkap sejak aksi demonstrasi bergulir.

Sebelas pekan sudah protes silih berganti digelar di Hong Kong, menjadikannya sebagai yang terbesar dan terparah sejak kota itu dikembalikan dari kolonial Inggris ke China pada 1997 silam.

Pemerintah China telah menuduh pengunjuk rasa terpapar terorisme, bekerja dengan kekuatan asing, dan mengobarkan "revolusi warna" melawan pemerintahan pusat Beijing.

Ketika protes Hong Kong dimulai pada bulan Juni, itu dipicu oleh kemarahan atas RUU Ekstradisi yang memungkinkan tersangka ditangkap dan diadili sepihak oleh otoritas China daratan.

Namun, meski akhirnya RUU tersebut ditangguhkan, protes terlanjur meluas menjadi gerakan pro-demokrasi, yang meminta China tetap mempertahankan konsep "satu negara, dua sistem" sebagaimana mestinya.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Tato Jadi Ekspresi Baru Demonstrasi di Hong Kong

Demonstran Hong Kong Bentuk Rantai Manusia Sepanjang Hampir 50 Km
Demonstran prodemokrasi membentuk rantai manusia di jalanan Kowloon, Hong Kong, Jumat (23/8/2019). Protes Jumat malam itu tidak berizin, tapi berlangsung damai. (AP Photo/Vincent Yu)

Gerakan prodemokrasi Hong Kong yang mendekati minggu ke 12 telah memberi inspirasi pada gelombang seni protes menggunakan tato sebagai ekspresi mereka.

Tato payung, mata berdarah, hingga bunga bauhinia adalah ikon yang memberi arti baru dalam demonstrasi di Hong Kong. Kini, sejumlah demonstran pun mengabadikan tanda-tanda pergerakan itu dengan tinta permanen ke dalam tubuh mereka.

Poster, spanduk, hingga selebaran menawarkan cara bagi demonstran dalam menyebarkan pesan mereka kepada khalayak internasional serta menyindir pemerintah dan polisi yang sedang mereka perangi.

Namun, tato adalah langkah selanjutnya yang mengekspresikan kreativitas serta menegaskan komitmen demonstran pada gerakan yang mereka lakukan.

Hal ini terjadi akibat situasi tegang dari protes akhir pekan lalu yang sebagian besar telah berujung damai, tapi kekerasan selama dua bulan terakhir telah meningkat di kedua sisi. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya