Liputan6.com, Islamabad - Pemimpin kelompok Al Qaeda di Asia Selatan dilaporkan tewas pada operasi militer gabungan antara AS dan Afghanistan.Â
National Directorate of Security (NDS) atau Direktorat Keamanan Nasional mengatakan bahwa Asim Umar yang merupakan pemimpin kelompok Al Qaeda di Subkontinen India (AQIS), tewas saat penggerebekan di kompleks Taliban di Musa Qala, Provinsi Helmand pada 23 September lalu.
Dilansir dari BBC, Rabu (9/10/2019), tak hanya Asim Umar yang menjadi korban, sekitar 40 warga sipil juga dilaporkan meninggal dunia pada operasi tersebut.
Advertisement
Di antaranya juga termasuk Abu Raihan yang dikenal sebagai kurir bagi pemimpin Al Qaeda, Ayman al-Zawahiri.
Selain itu, enam orang anggota AQIS yang kebanyakan berkebangsaan Pakistan juga tewas dalam peristiwa tersebut.
Baca Juga
Namun hingga saat ini pihak Amerika Serikat maupun Al-Qaeda masih belum mengonfirmasi kebenaran berita tersebut.Â
Gempuran yang mematikan tersebut merupakan bagian dari rangkaian operasi pada 22-23 September dan didukung oleh pasukan udara AS.Â
Berlawanan dengan berita yang telah tersebar, kelompok Taliban justru membantah kabar tersebut. Salah seorang juru bicaranya menolak kebenaran tersebut dan mengatakan bahwa itu hanyalah propaganda yang dibuat oleh kelompok musuh. Ia juga menambahkan bahwa serangan tersebut hanya menyebabkan kerugian besar bagi warga sipil.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Konfirmasi Pihak AS dan Afganistan
Dalam sebuah pernyataan yang dibagikan melalui akun Twitter resmi NDS pada hari Selasa, 8 Oktober 2019, pihaknya mengatakan bahwa serangan gabungan yang terjadi antara AS-Afghanistan terjadi di tempat di mana Umar dan anggota AQIS lainnya telah 'disatukan'.
Melalui akun yang sama, pihak NDS juga membagikan foto Umar saat masih hidup dan sudah meninggal bersamaan dengan pernyataannya. Informasi mendetil mengenai kejadian tersebut masih belum dijelaskan oleh NDS.Â
Kehadiran pemimpin senior Al Qaeda di kompleks Taliban kemudian menimbulkan prtanyaan tentang kesediaan kelompok militan untuk memutuskan hubungan dengan militan, sebagai bagian dari perjanjian damai dengan Amerika Serikat.
Negara adidaya tersebut telah meluncurkan perang di Afghanistan setelah serangan 9/11 pada 2001 lantaran Taliban, yang kemudian memerintah negara itu, menolak untuk menyerahkan pemimpin mereka saat itu yaitu Osama Bin Laden.
Sampai Presiden AS, Donald Trump memutuskan perundingan damai bulan lalu, Washington dan Taliban terlihat dekat dengan sebuah perjanjian yang membuat pasukan AS mulai menarik diri, sebagai imbalan bagi Taliban karena mundur dan memutuskan hubungan dengan kelompok-kelompok seperti Al Qaeda.
Taliban telah memerangi pemberontakan serupa melawan pemerintahan Afghanistan dan pasukan asing sejak digulingkan pada 2001 dan kini mengendalikan sebagian besar wilayah di negara itu.
Pihak berwenang dari Helmand telah mengkonfirmasi bahwa operasi tersebut menewaskan banyak warga sipil yang sedang menghadiri sebuah pernikahan di area tersebut.
Sedangkan pihak Amerika mengatakan bahwa mereka sedang menyelidiki laporan dari puluhan korban sipil yang tewas.
AS juga menambahkan bahwa kematian mereka kemungkinan disebabkan oleh ledakan sekunder atau sebuah rompi bunuh diri yang dikenakan para militan. Kedua pihak, baik pasukan AS maupun Afghanistan kerap menuduh Taliban menggunakan warga sipil sebagai perlindungan.
CBS News telah melaporkan bahwa pasukan khusus AS juga terlibat dalam operasi tersebut.Â
Advertisement
Profil Asim Umar
Umar telah memimpin AQIS sejak pembentukannya pada September 2014. Tidak banyak informasi tentang dirinya, namun melalui kabar yang beredar, ia merupakan seorang warga negara India.
Umar diketahui menghabiskan waktu bertahun-tahun di Kota Miranshah, bekas kubu militan di daerah-daerah suku Pakistan, dekat perbatasan Afghanistan.
Sebelum bergabung dengan Al Qaeda, ia juga dilaporkan telah bekerja dengan kelompok-kelompok yang berfokus pada Kashmir seperti Harkatul Mujahedeen dan Jaish-e-Mohammad.