Tak Berdampak Negatif, Ahli Mengklaim Narsistik Dapat Kurangi Depresi

Ternyata, memiliki kepribadian narsis tidak selalu memberikan hal negatif.

oleh Liputan6.com diperbarui 30 Okt 2019, 09:00 WIB
Diterbitkan 30 Okt 2019, 09:00 WIB
Ilustrasi pria narsis (iStockphoto)
Ilustrasi pria narsis (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Tidak sedikit seseorang ingin menunjukkan sifat baiknya dengan narsismenya. Namun, sebuah studi mengkalim, ternyata kegiatan ini dapat mengurangi stres atau depresi.

Para peneliti dari Queen's University Belfast melakukan penyelidikan untuk mengeksplorasi bagaimana menjadi seseorang narsis dapat memengaruhi kesejahteraan mental seseorang.

Menurut American Pyschological Association, kepribadian narsistik 'ditandai oleh perhatian diri yang berlebihan dan penilaian diri yang berlebihan,' seperti mengutip dari The Independent, Selasa (29/10/2019).

Sementara beberapa orang mungkin melihat sifat-sifat kepribadian narsisitik suatu yang buruk. Akan tetapi, para peneliti dari studi ini berpendapat bahwa menjadi seseorang narsis 'dapat membuat hasil yang positif.'

Untuk penelitian ini, yang diterbitkan dalam jurnal ilmiah Personality and Individual Differences dan European Psychiatry, tim tersebut menilai 700 orang di tiga studi yang terpisah.

Mengurangi Stres dalam Percaya Diri

Lip 6 default image
Gambar ilustrasi

Peserta dalam ketiga studi diminta untuk mengisi kuesioner laporan diri yang mengukur narsisme subklinis, ketangguhan mental, gejala depresi dan stres yang dirasakan.

Para ilmuwan menguraikan bahwa ada dua bentuk narsisme yang dominan, yaitu muluk dan rentan.

"Narsisme adalah bagian dari 'tetrad gelap' atau kepribadian yang juga mencakup Machiavellianisme, psikopati dan sadisme," kata Dr Kostas Papageorgiou, dari sekolah psikologi Queen.

Dr Papageorgiou menjelaskan bahwa tim peneliti mencatat hubungan antara sifat-sifat narsisme muluk dan kesejahteraan mental.

Mereka mengklaim bahwa, di antara individu dengan narsisme muluk, termasuk kepercayaan diri, dapat mengurangi kemungkinan mereka mengalami gejala depresi atau stres yang dirasakan.

Memberikan Hasil Positif

Ilustrasi
ilustrasi tertawa/Photo by Vinicius Wiesehofer on Unsplash

Dr Papageorgiou menambahkan, bahwa penelitian ini membantu "menjelaskan variasi gejala depresi di masyarakat".

"Meskipun tentu saja tidak semua dimensi narsisme baik, aspek-aspek tertentu dapat mengarah pada hasil positif," katanya.

"Ini mempromosikan keragaman dan inklusifitas orang-orang dan ide dengan menganjurkan bahwa sifat-sifat gelap, seperti narsisme, tidak boleh dilihat sebagai baik atau buruk, tetapi sebagai ekspresi dari sifat manusia yang mungkin bermanfaat atau berbahaya tergantung pada konteks."

Awal tahun ini, sebuah studi yang dilakukan oleh Bowling Green State University di AS menemukan bahwa, orang dewasa muda berusia antara 18 dan 25 tahun percaya generasi mereka adalah yang paling narsis.

 

Reporter: Aqilah Ananda Purwanti

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya