Liputan6.com, Washington, D.C - Pemakzulan Donald Trump sah. Voting sudah dilakukan DPR AS yang dikuasai Partai Demokrat pada Rabu sore waktu AS (Kamis pagi waktu Jakarta).
Mengutip laporan AFP, Kamis (19/12/2019), voting pemakzulan Presiden Amerika Serikat (AS) dimenangkan pro-pemakzulan dengan perolehan suara 230-197.
Baca Juga
Kabar tersebut memicu respons global. Anggota keluarga sang presiden AS, politikus hingga selebritas buka suara terkait pemakzulan Donald Trump. Melalui jejaring sosial, mereka menumpahkan pendapat atas hal tersebut.
Advertisement
Ketua DPR AS Nancy Pelosi merespons dengan isyarat bahwa tak ada yang kebal hukum. "Tidak ada yang di atas hukum, Tuan Presiden. #DefendOurDemocracy," tulisnya melalui akun Twitter @SpeakerPelosi.
Sementara itu, politikus AS Bernie Sanders menulis melalui akun @SenSanders "Dewan Perwakilan Rakyat dengan tepat melaksanakan tanggung jawab konstitusionalnya dengan memberikan suara untuk memakzulkan Donald Trump, presiden paling korup dalam sejarah kita. Tidak ada seorang pun, termasuk presiden, yang berada di atas hukum."
Politikus AS lainnya, Elizabeth Warren, menyebut bahwa Presiden AS telah memanfaatkan negara demi kepentingan pribadi.
"Donald Trump telah menyalahgunakan hubungan diplomatik kita dan merusak keamanan nasional kita untuk keuntungan pribadinya, politik. Dengan memilih untuk memakzulkan dia, DPR telah mengambil langkah penting untuk meminta pertanggungjawabannya. Saya siap untuk memenuhi tugas konstitusional saya di Senat," tulis senator dari Massachusetts itu di akun @ewarren.
Sementara itu, mantan Presiden AS Joe Biden di akun @JoBiden mengatakan hal serupa dengan Elizabeth Warren terkait pemakzulan Donald Trump.
"Presiden Trump menyalahgunakan kekuasaannya, melanggar sumpah jabatannya, dan mengkhianati bangsa kita. Ini adalah momen serius bagi negara kita. Tetapi di Amerika Serikat, tidak ada yang di atas hukum - bahkan Presiden," tulis Joe Biden.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Dukungan hingga Cercaan
Produser di Los Angeles sekaligus aktor Buzz Feed Zach Kornfeld juga ikut mengomentari isu pemakzulan Donald Trump. "Banyak pekerjaan masih di depan, tetapi jika Anda mengizinkan, saya sekarang akan berlari telanjang berteriak untuk sukacita," tulisnya di akun @korndiddy.
Selebritas yang juga seorang penyanyi dan produser, Alyssa Milano, juga tak ketinggalan berkomentar. Melalui akunnya @Alyssa_Milano, ia mengekpresikan rasa bahagianya atas pemakzulan Presiden AS. "Saya mengharapkan saat ini, tetapi saya berharap untuk lebih bahagia. Mungkin melompat dan menari dengan gembira. Mungkin."
"Tapi aku sedih dan patah hati. Apa yang ditinggalkannya tidak bisa dihapus dengan pemungutan suara ini. Kefanatikan dan xenofobia yang ia anut. Kebohongan. Diperlukan beberapa generasi untuk pulih," tulis Alyssa Milano.
Pebisnis sekaligus anggota keluarga orang nomor satu di AS, Eric Trump, juga tak bungkam dengan proses politik yang tengah melanda sang ayah. "Saya tidak bisa lebih bangga dengan pria ini! @realDonaldTrump #USA," tulisnya dari akun @EricTrump.
Sedangkan mantan pembawa acara televisi yang jadi komentator politik konservatif Amerika, Tomi Lahren, merespons sebaliknya. Ia justru memberikan dukungan kepada Donald Trump.
"Yang mereka lakukan hanyalah mengecewakan pendukung Trump dan menggantikannya dengan yang baru. Semoga berhasil pada tahun 2020. Anda telah mencolek beruang itu. Kami memilih. # Trump2020," tulis Tomi Lahren di @TomiLahren.
Advertisement
Donald Trump Tidak Langsung Lengser, tapi...
Pemakzulan yang dialami Donald Trump bukan berarti ia lengser sebagai presiden. Ia pun masih bisa melanjutkan masa pemerintahannya serta maju ke periode dua.
Pemakzulan tersebut artinya membawa dakwaan kepada pemerintah atas dugaan kejahatan. Proses berikutnya berada di Senat AS.
Namun, Senat dikuasai senator partai penguasa, sehingga proses pemakzulan Donald Trump berpotensi menjadi percuma.
Setelah dimakzulkan di level DPR AS, Trump bakal menjalani sidang di Senat yang bakal diagendakan pada Januari 2020 mendatang. Di level ini, kecil kemungkinan presiden ke-45 AS itu bisa dilengserkan mengingat mayoritas berasal dari partainya, Republik.
Pemakzulan Donald Trump ini tidak menggunakan alasan "intervensi Rusia" yang selama bertahun-tahun digaungkan Partai Demokrat. Kasus yang mereka sodorkan justru terkait perbincangan Presiden Trump dan Presiden Ukraina pada Juli lalu terkait bantuan militer.
Dengan ini, Trump resmi menjadi presiden ketiga AS yang dimakzulkan. Dua lainnya adalah Andrew Johnson dan Bill Clinton.