Influencer China Makan Sup Kelelawar Jadi Sorotan, Ini Faktanya

Influencer China yang menyantap sup kelelawar angkat bicara.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 28 Jan 2020, 11:30 WIB
Diterbitkan 28 Jan 2020, 11:30 WIB
Staf medis memindahkan seorang pasien dari ambulans ke rumah sakit Jinyintan, tempat pasien-pasien terinfeksi virus corona dirawat di Wuhan, provinsi Hubei, China pada Senin 20 Januari 2020.
Staf medis memindahkan seorang pasien dari ambulans ke rumah sakit Jinyintan, tempat pasien-pasien terinfeksi virus corona dirawat di Wuhan, provinsi Hubei, China pada Senin 20 Januari 2020. (Source: AP)

Liputan6.com, Beijing - Influencer Wang Mengyun minta maaf karena pernah mengunggah video dirinya menyantap sup kelelawar. Hewan malam itu dipercaya sebagai sumber penyakit Corona Wuhan.

Dilansir South China Morning Post, Selasa (28/1/2020), Wang Mengyun berkata tidak tahu bahwa kelelawar bisa berbahaya jika dimakan. Videonya sudah dihapus tetapi warganet menyebarnya lagi.

"(Saya) tidak tahu saat syuting bahwa virus seperti itu ada," ujar Wang. "Saya baru menyadarinya baru-bari ini," lanjutnya.

Namun, sup kelelawar itu tidak dimakan di China. Santapan itu berasal dari Palau yang berada di Oseania.

Wang Mengyun sedang syuting program pariwisata. Ia berdalih sekadar menunjukan gaya hidup dan makanan lokal seperti sup kelelawar.

Dalam video tersebut Wang Mengyun dan prempuan China lain berkata ke kamera: "Kelelawar rasanya sangat segar, seperti daging ayam."

Wang Mengyun pun menyesal dan berkata dirinya tidak mengecek terlebih dahulu mengenai bahaya menyantap kelelawar.

"Saya sungguh tidak mengecek informasi atau menjelaskan bahaya yang terkandung," ujarnya.

Ini bukan pertama kalinya hewan menjadi sumber penyebaran virus. Sebelumnya, unta di Timur Tengah juga pernah menyebar virus MERS yang menyerang pernapasan.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Pasien Sembuh Virus Corona di China Bertambah Jadi 51 Orang

Penerbangan dari Kota Pusat Wabah Virus Corona Ditutup
Penerbangan dari Wuhan Ditutup: Pelancong berjalan melintasi papan informasi tentang penerbangan dari Wuhan telah dibatalkan di Bandara Internasional Ibu Kota Beijing pada Kamis (23/1/2020). China menangguhkan semua transportasi dari dan ke kota pusat penyebaran virus corona. (AP/Mark Schiefelbein)

Sebelumnya dikabarkan, sebanyak 51 pasien Virus Corona jenis baru di China telah dinyatakan sembuh dan dipulangkan dari rumah sakit, pada Senin, 27  Januari 2020. Sementara, masih ada 2.761 pasien Virus Corona di China, termasuk 17 kasus di Hong Kong, Makau, dan Taiwan.

Untuk jumlah korban tewas di China akibat Virus Corona dengan nama 2019-nCoV ini tercatat menjadi 80 orang. 

Sedangkan 5.794 pasien lainnya masih berstatus terduga.

Di Provinsi Hubei sebagai pusat berjangkitnya Virus Corona terdapat 371 kasus baru sehingga menjadi 1.423 kasus dan lebih dari 24 orang meninggal serta 76 orang kritis, seperti dilansir CGTN.

Obat HIV untuk Pasien Virus Corona

Situasi Wuhan Saat Diisolasi Akibat Virus Corona
Pekerja menyemprot tempat sampah di luar Stasiun Kereta Api Hankou yang ditutup di Wuhan, Provinsi Hubei, China, Kamis (23/1/2020). Pemerintah China mengisolasi Kota Wuhan yang berpenduduk sekitar 11 juta jiwa untuk menahan penyebaran virus corona. (Chinatopix via AP)

China sedang menguji coba obat HIV (Human Immunodeficiency Virus) sebagai penyembuhan gejala virus corona baru yang cepat menular, demikian perusahaan farmasi AbbVie Inc.

Otoritas kesehatan China meminta obat-obatan tersebut guna membantu upaya pemerintah menangani krisis wabah virus corona, menurut Adelle Infante, juru bicara AbbVie yang berbasis di Illinois, Chicago Utara.

Aluvia, yang juga dikenal sebagai Kaletra, merupakan kombinasi lopinavir dan ritonavir. Ini adalah jenis pengobatan oral yang diberikan kepada pasien penderita infeksi HIV.

Dalam panduan yang dirilis pada Kamis, pemerintah menyebutkan tidak ada obat anti-virus yang efektif namun pihaknya menyarankan agar mengkonsumsi dua pil lopinavir/ritonavir dan satu dosis interferon alfa dua kali sehari.

Otoritas kesehatan di seluruh dunia sedang berjuang mencegah sebuah pandemik setelah lebih dari 2.000 orang terinfeksi di China dan 56 orang meninggal setelah tertular virus tersebut. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya