Baru Sebulan Menjabat, PM Irak Mohammed Alawi Mundur dari Jabatannya

PM Irak Mohammed Alawi mengajukan surat pengunduran diri dari jabatannya.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 02 Mar 2020, 08:28 WIB
Diterbitkan 02 Mar 2020, 08:28 WIB
Pengunjuk rasa memegang poster yang menunjukkan Perdana Menteri Irak yang ditunjuk Mohammed Tawfiq Allawi dengan bahasa Arab yang berbunyi, "Ditolak atas perintah rakyat," dalam sebuah rapat umum di Baghdad, Irak, Minggu, 1 Maret 2020.
Pengunjuk rasa memegang poster yang menunjukkan Perdana Menteri Irak yang ditunjuk Mohammed Tawfiq Allawi dengan bahasa Arab yang berbunyi, "Ditolak atas perintah rakyat," dalam sebuah rapat umum di Baghdad, Irak, Minggu, 1 Maret 2020. (AP Photo/Khalid Mohammed)

Liputan6.com, Baghdad - Perdana menteri yang ditunjuk untuk Irak sebelumnya, mengumumkan pengunduran dirinya dari jabatan itu pada Minggu malam, setelah gagal mendapatkan dukungan parlemen untuk pemilihan kabinetnya.

Situasi ini semakin memperpanjang kebuntuan politik di negara itu di tengah berbagai tantangan ekonomi, kesehatan dan keamanan.

Mohammed Allawi yang ditunjuk sebagai perdana menteri itu, menyalahkan partai-partai politik yang tidak disebutkan namanya, mengatakan mereka "tidak serius melaksanakan reformasi yang mereka janjikan kepada rakyat" dan menuduh mereka menempatkan hambatan di jalan pemerintahan baru dan independen. Demikian seperti dikutip dari AP, Senin (2/3/2020). 

“Jika saya setuju untuk menawarkan konsesi, saya akan menjadi perdana menteri sekarang, tetapi saya mencoba segala yang mungkin untuk menyelamatkan negara agar tidak tergelincir ke arah yang tidak diketahui dan menyelesaikan krisis saat ini. Tetapi perundingan menghantam hambatan berulang,” katanya dalam sebuah pidato singkat kepada negara, menjelaskan keputusannya untuk mundur.

Dia menuduh beberapa pihak melakukan negosiasi "murni untuk kepentingan sempit."

Mundurnya Allawi, ketika sebulan setelah ia dipilih untuk jabatan itu, semakin menjerumuskan Irak ke dalam ketidakpastian pada saat yang kritis dan ketika Irak sedang mengalami masa-masa sulit, termasuk protes anti-pemerintah yang sedang berlangsung serta ancaman terus-menerus yang terjerat oleh ketegangan AS-Iran.

Tak lama setelah dia berbicara, dua peluru mortir mendarat di Zona Hijau Irak di mana Kedutaan Besar AS dan kantor pemerintah berada, tanpa menyebabkan cedera, kata dua pejabat keamanan. Para pejabat berbicara dengan syarat anonimitas sesuai dengan peraturan.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah ini:

Kacaunya Situasi Politik di Irak

Pengunjuk rasa memegang bendera Irak ketika berlangsung demonstrasi pada Minggu, 1 Maret 2020.
Pengunjuk rasa memegang bendera Irak ketika berlangsung demonstrasi pada Minggu, 1 Maret 2020. (AP Photo/Khalid Mohammed)

Pada Minggu 1 Maret 2020, Irak telah melalui masa lima bulan sejak pemberontakan rakyat terhadap kelas politik korup negara itu dimulai di Baghdad dan provinsi selatan.

Ribuan warga Irak turun ke jalan pada 1 Oktober lalu untuk mengecam korupsi yang merajalela, pengangguran, dan layanan yang buruk. Demonstran menolak pencalonan Allawi langsung, mengatakan dia adalah pilihan elit politik.

Irak juga menghadapi berbagai tantangan termasuk di bidang ekonomi dan keamanan, dan tantangan terbaru untuk mengatasi Virus Corona, dengan sistem kesehatan yang gagal dan 19 kasus yang dikonfirmasi sejauh ini.

Mundurnya Allawi datang setelah ia dua kali gagal mendapatkan kuorum bagi parlemen untuk bertemu untuk memberikan suara pada pemilihan kabinetnya.

Proses pembentukan kabinet Allawi dilanda gejolak politik ketika faksi-faksi yang berseberangan mengancam akan menarik dukungan atas pemilihan rahasia menteri-menteri yang ditunjuk secara rahasia, yang mana hal tersebut tidak biasa dalam sistem pembagian kekuasaan negara . Sementara di jalan-jalan Baghdad, para demonstran anti-pemerintah berkemah di sebuah alun-alun pusat selama lima bulan mengatakan mereka akan menolak otoritasnya jika pemilihan awal tidak diadakan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya