Cegah Penyebaran Virus Corona di Penjara, Iran Bebaskan Sementara 54.000 Tahanan

Pemerintah Iran memutuskan untuk membebaskan 54.000 tahanan secara sementara guna mencegah penyebaran Virus Corona di dalam penjara.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 04 Mar 2020, 12:22 WIB
Diterbitkan 04 Mar 2020, 12:22 WIB
Warga Iran terlihat memakai masker sebagai upaya perlindungan dari Virus Corona yang telah menyebar luas di negara tersebut.
Warga Iran terlihat memakai masker sebagai upaya perlindungan dari Virus Corona yang telah menyebar luas di negara tersebut. (AP/ Vahid Salemi)

Liputan6.com, Tehran - Untuk sementara waktu, Iran membebaskan lebih dari 54.000 tahanan. Keputusan itu merupakan upaya memerangi penyebaran Virus Corona COVID-19 di penjara yang penuh dan sesak.

Dilansir dari BBC, Rabu (4/3/2020), juru bicara pengadilan, Gholamhossein Esmaili mengatakan kepada wartawan. para tahanan diizinkan keluar dari penjara setelah menjalani pemeriksaan negatif untuk COVID-19 dan mengirim uang jaminan.

Sedangkan tahanan penjara yang dijatuhi hukuman lebih dari lima tahun tidak akan dibebaskan.

Ada lebih dari 90.000 kasus Covid-19 yang dilaporkan di seluruh dunia dan 3.110 kematian sejak penyakit ini muncul akhir 2019, dengan sebagian besar kasus di China.

Wabah di Iran telah menewaskan sedikitnya 77 orang dalam waktu kurang dari dua pekan.

Saksikan Video Pilihan di Bawah ini:

Virus Corona di Iran

Intip Penanganan Pasien Virus Corona di Iran
Seorang petugas medis membersihkan tangan rekannya di sebuah rumah sakit yang menangani pasien virus corona atau COVID-19 di Teheran, Iran, Minggu (1/3/2020). Sejauh ini, Iran mencatat ada 1.501 kasus virus corona dengan 66 korban meninggal. (Koosha Mahshid Falahi/Mizan News Agency via AP)

 

Pada Selasa, kementerian kesehatan Iran mengatakan jumlah kasus yang dikonfirmasi telah meningkat lebih dari 50% untuk hari kedua berturut-turut. Sekarang tepat di angka 2.336, meskipun angka sebenarnya diyakini jauh lebih tinggi.

Kasus-kasus yang terkait dengan Iran juga telah dilaporkan oleh Afghanistan, Kanada, Lebanon, Pakistan, Kuwait, Bahrain, Irak, Oman, Qatar dan Uni Emirat Arab.

Sejumlah pejabat senior Iran juga telah tertular virus itu. Di antara yang terbaru adalah kepala layanan medis darurat, Pirhossein Kolivand.

Dua puluh tiga dari 290 anggota parlemen juga dinyatakan positif.

Pada hari Senin, seorang anggota Dewan Kemanfaatan, yang menasihati Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei, meninggal akibat Covid-19 di Teheran. Media pemerintah mengatakan Mohammad Mirmohammadi, 71, memiliki hubungan dekat dengan Ayatollah Khamenei.

Demi mencegah penyebaran virus, oada upacara penanaman pohon untuk memperingati Hari Margasatwa Dunia pada hari Selasa kemarin, pemimpin tertinggi mendesak masyarakat untuk mematuhi pedoman kebersihan yang diberikan oleh kementerian kesehatan. Ia juga memerintahkan semua badan pemerintah untuk memberikan bantuan yang diperlukan kepada kementerian kesehatan.

Ayatollah Khamenei juga menegaskan pemerintah Iran tidak menyembunyikan informasi tentang skala masalah, dengan mengatakan: "Pejabat kami telah melaporkan dengan tulus dan transparansi sejak hari pertama. Namun, beberapa negara di mana wabah ini lebih serius telah berusaha menyembunyikannya."

Wabah Iran, ia menambahkan, "tidak akan bertahan lama di negara itu dan akan berkemas".

Sementara itu, Menteri Kesehatan Saeed Namaki mengatakan kampanye penyaringan nasional akan dimulai pada hari Rabu.

Tim akan mengunjungi pasien yang diduga terinfeksi Covid-19 dan yang tidak memiliki akses ke layanan medis.

Tim ahli dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yang tiba di Iran pada hari Senin, juga mendukung otoritas kesehatan setempat.

WHO mengatakan mereka akan "meninjau upaya kesiapan dan tanggapan, mengunjungi fasilitas kesehatan yang ditunjuk, laboratorium dan titik masuk, dan memberikan bimbingan teknis".

Pesawat yang membawa para ahli juga berisi pengiriman pasokan medis dan peralatan pelindung untuk mendukung lebih dari 15.000 petugas kesehatan, serta peralatan laboratorium yang cukup untuk menguji dan mendiagnosis hampir 100.000 orang.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya