Liputan6.com, Washington, D.C. - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump sedang sibuk bertemu dengan para ilmuwan dan pengusaha farmasi. Isu kapan vaksin Virus Corona tersedia menjadi fokus utama Trump.
Dalam pertemuan di Gedung Putih bos perusahaan farmasi serta bersama Anthony Fauci yang menjabat sebagai kepala Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular.
Advertisement
Baca Juga
Dikutip dari situs White House, Rabu (4/3/2020), Presiden Trump sempat mengira vaksin Virus Corona tersedia dalam waktu beberapa bulan ke depan. Ternyata ia salah paham, sebab beberapa bulan ke depan vaksinnya baru ke tahap uji.
"Dalam beberapa bulan ke depan, apakah kamu bisa punya vaksin?" ujar Trump kepada Stephane Bancel, CEO Moderna, perusahaan bioteknologi.
Bancel tak bisa menjawab secara lugas, karena yang ia maksud beberapa bulan ke depan masih tahap uji. Untungnya, Anthony Fauci meluruskan kepada Presiden Trump.
"Ya. Anda tak akan mendapatkan vaksinnya. Anda akan harus mengirimnya untuk pengujian," jelas Fauci.
Presiden Trump seperti ingin tetap percaya bahwa vaksin Virus Corona bisa tersedia dalam beberapa bulan, tetapi Fauci menegaskan vaksinnya baru ada sekitar tahun depan.
"(Butuh) Setahun hingga satu tahun setengah," ujar Fauci.
Trump pun beralih ke bos perusahaan farmasi lain, sebab ia masih percaya vaksin akan tersedia dalam beberapa bulan.
CEO CureVac Daniel Menichelle pun kebingungan merespons ucapan Trump. Ia malah kembali menyebut beberapa bulan vaksin akan siap, sehingga Trump kembali mengira vaksin siap pada Juni.
"Beberapa bulan saja kan? Maksud saya, sejujurnya saya lebih suka kata beberapa bulan," ujar Trump.
Sekali lagi, seorang pejabat pemerintah menyela percakapan mereka dan menegaskan maksud beberapa bulan adalah tahap pengujian vaksin Virus Corona.
"Tetapi saat kamu menyebut Juni adalah inisiasi tahap pertama, pada Juni, kan? Itu bukan vaksin komplit," kata Menteri Kesehatan Alex Azhar.
Â
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Buru-Buru Malah Bahaya
Akhirnya, CEO Regeneron Leonard Schleifer, menyebut bahwa berbahaya jika kehadiran vaksin diburu-buru. Sebab, hasilnya malah memperparah pasien.
"Vaksin perlu diuji karena ada preseden vaksin membuat penyakit lebih parah," ujar Schleifer. "Dan Anda pasti tidak mau buru-buru dan mengobati satu juta orang dan membuat 900 ribu pasiennya malah makin parah," ujarnya.
Presiden Trump akhirnya paham. "Itu adalah ide bagus," ujarnya.
Advertisement