Dilanda Perang dan Pandemi Virus Corona, Sistem Kesehatan Yaman Kolaps

Sistem kesehatan Yaman yang dilanda perang menahun "pada dasarnya kolaps," ketika virus corona menyebar ke seluruh negeri, PBB memperingatkan.

oleh Hariz Barak diperbarui 23 Mei 2020, 12:04 WIB
Diterbitkan 23 Mei 2020, 12:04 WIB
FOTO: Warga Yaman Bersiap Menyambut Ramadan di Tengah Pandemi COVID-19
Warga berbelanja menjelang bulan suci Ramadan di pasar kota tua Sanaa, Yaman, Sabtu (18/4/2020). Umat muslim di Timur Tengah bersiap untuk bulan Ramadan yang suram akibat pandemi virus corona COVID-19. (Mohammed HUWAIS/AFP)

Liputan6.com, Sana'a - Sistem kesehatan Yaman yang dilanda perang menahun "pada dasarnya kolaps," ketika virus corona menyebar ke seluruh negeri, PBB memperingatkan.

Jens Laerke, juru bicara Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA), menggambarkan situasi itu sebagai "sangat mengkhawatirkan," demikian seperti dikutip dari BBC, Sabtu (23/5/2020).

Dia mengatakan, orang-orang sedang berpaling dari pusat perawatan karena staf tidak memiliki peralatan pelindung.

Pihak berwenang Yaman telah mengonfirmasi sejumlah infeksi virus corona, dan 30 kematian.

Namun PBB mengatakan, angka sebenarnya hampir pasti jauh lebih tinggi.

Sistem kesehatan negara itu telah dirusak oleh perang saudara bertahun-tahun dan persediaan ventilatornya terbatas --alat medis yang terbukti krusial selama pandemi virus corona.

Yaman, yang dilaporkan PBB mengalami krisis kekurangan gizi dan kelaparan, juga menghadapi banyak tunawisma. Sebagian besar penduduk negara itu juga bergantung pada bantuan.

 

Simak video pilihan berikut:

Laporan UN OCHA

FOTO: Warga Yaman Bersiap Menyambut Ramadan di Tengah Pandemi COVID-19
Warga berbelanja menjelang bulan suci Ramadan di pasar kota tua Sanaa, Yaman, Sabtu (18/4/2020). Di tengah pandemi virus corona COVID-19, umat muslim di Yaman dilarang untuk menggelar buka puasa bersama hingga salat berjemaah di masjid. (Mohammed HUWAIS/AFP)

Berbicara di sebuah briefing di Jenewa, juru bicara UN OCHA Jens Laerke memperingatkan bahwa kurangnya tes menyamarkan jumlah infeksi nyata di Yaman.

"Insiden yang sebenarnya hampir pasti jauh lebih tinggi. Tes masih terbatas. Badan-badan bantuan di Yaman beroperasi atas dasar bahwa transmisi masyarakat terjadi di seluruh negara."

Laerke mengatakan, ekonomi Yaman juga menderita dan upaya untuk memerangi pandemi akan gagal tanpa bantuan segera.

"Jika kita tidak mendapatkan uang masuk, program-program yang membuat orang tetap hidup dan krusial untuk melawan COVID-19 harus ditutup."

"Dan kemudian dunia harus menyaksikan apa yang terjadi di suatu negara tanpa sistem kesehatan yang berfungsi melawan Covid-19. Dan saya tidak berpikir dunia ingin melihatnya," kata Laerke.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya