Liputan6.com, Jakarta - Rory Curtis terbangun dari koma selama enam hari, ia lupa segalanya. Tak mengetahui di mana dirinya berada, atau bagaimana bisa sampai ketempat tersebut.
Ia lupa ingatan. Tak tahu sama sekali tentang masa lalunya.
Sebelumnya, Rory Curtis merupakan mantan pemain akademi Manchester United. Dia kecelakaan dan pinggulnya hancur, siku patah, perdarahan intrakranial multifokal, dan cedera otak yang menyebar.
Advertisement
Ketika siuman, tiba-tiba saja dia bisa berbahasa Prancis dengan fasih, yang telah dilupakannya karena pernah belajar ketika berada di sekolah dasar.Â
Bahkan suster yang merawatnya pun bertanya kepada sang ayah dari mana bahasa Prancis Curtis berasal. Suster tersebut merupakan penutur bahasa Prancis asli. Namun logatnya yang sempurna itu hanya tahan beberapa saat saja.
Mendengar hal itu, ayahnya menelusuri sejarah keluarga. Ditemukan bahwa keluarga Curtis berasal dari Normady pada tahun 1800-an.Â
"Jika Anda melihat di YouTube dan mengetikkan nama saya, ada banyak teori konspirasi, berpikir otak dapat berpegang pada pengetahuan keturunan keluarganya. Hal ini gila," ujar Rory Curtis.Â
Dirinya tidak mengingat kecelakaan yang terjadi pada Agustus 2012 tersebut. Ketika itu dirinya sedang dalam tugas untuk sebuah perusahaan konstruksi yang mulai bekerja bersama bermain sepak bola secara semi-profesional, dan belajar untuk mendapatkan gelar dalam ilmu olahraga dan psikologi.
Kecelakaan tersebut terjadi di M42 dekat Tamworth ketika van miliknya bertabrakan dengan sisi truk. Kendaraannya tertimpa tumpukan enam mobil.
Dirinya terjebak dan harus menunggu pemadam kebakaran selama empat puluh menit sebelum akhirnya dibawa ke rumah sakit di Queen Elizabeth Hospital, Birmingham. Keluarganya diberi tahu bahwa dirinya tak mungkin bisa berjalan dan berbicara secara normal lagi.Â
Punya Sejarah Medis
Rory Curtis memiliki sejarah medis yang tak kalah menyeramkan. Ketika dirinya berusia tujuh tahun, diirnya menderita meningitis septikemia, peluang untuk hidupnya pun 50-50, dan harus tinggal di rumah sakit anak Birmingham Children's Hospital selama enam minggu.Â
Efek dari meningitis ini, Rory Curtis memiliki penurunan dari pengelihatanya, namun tak satupun anggota tubuhnya diamputasi.Â
"Aku satu-satunya anak di sana yang tidak kehilangan anggota tubuh," ujarnya.Â
Pemulihannya begitu komprehensif sehingga ia segera mulai menonjol sebagai seorang atlet. Terlahir dari keluarga pendukung Birmingham City, dirinya bersemangat menjadi pahlawan St Andrew di lapangan bermain Redditch, tempat ia dibesarkan.
Di usainya yang ke-11 pun dirinya memulai latihan di akademi Birmingham City. Ia bahkan sempat berlatih dengan akademi Manchester United dan sempat di jadwalkan mengikuti tur akademi United di Eropa, namun dia menderita penyakit Sever pada pergelangan kaki.Â
Namun cedera membuat mimpinya menjadi pemain sepak bola harus kandas. Dirinya pun sempat bermain bersama Walsall FC dengan gaji 150 pound sterling per minggu, dan dirinya telah merasakan antusias yang tinggi.Â
Namun perbedaan besar di Walsall FC dan Manchester United membuatnya tidak lagi mencintai permainan bola. Baginya di Walsall FC mereka tidak mencari pemain yang spesifik di areanya.
"Mereka tidak mencari pemain sepak bola," katanya
"Dua atau tiga pemain di sana benar-benar berkualitas, tetapi kemudian mereka tidak mencari tipe pemain seperti itu. Mereka mencari pemain yang besar, pemain yang bisa menangani. Semua bermain," lanjutnya.Â
Tapi Rory tidak menyerahkan mimpinya begitu saja, dirinya sempat bermain di klub semi-profesional, West Midlands - Stourbridge, Stourport, Evesham, Rugby, Halesowen, Willenhall.
Advertisement
Tak Hanya Bahasa, Rory Lupa akan Umurnya
Tak hanya fasih berbahasa asing, dirinya juga lupa umur yang sesungguhnya. Drinya mengingat bahwa dia beruisia 10 tahun dan mengingat seluruh kejadian masa kecilnya. Dia baru bisa mendapatkan kesadaran seluruhnya beberapa tahun lagi, sampai pemicu lain lagi membawanya lebih dekat ke masa kini.Â
Rory bahkan sempat mengira dirinya adalah aktor Hollywood Matthew McConaughey, dan akan berbaring di ranjang rumah sakitnya dengan gelisah untuk kembali membuat film blockbuster berikutnya. Dirinya keluar dari rumah sakit pada November 2012, dengan kursi roda. Karena mengalami lupa ingatan yang pendek dirinya harus menuliskan semua kejadian setiap lima belas menit.Â
Meski diprediksi tidak akan mendapatkan mobilitasnya secara total, Rory berhasil pulih dengan melakukan mobilitas sehari-hari seperti ganti baju, dan mengambil makan sendiri selama satu tahun. Tak hanya itu, diirnya ikut dalam kompetisi sepak bola musim 2013-2014.
"Saya tidak ingat bagaimana saya pulih dengan cepat, bahkan para dokter terkejut dengan proses pemulihan saya," ujarnya.
Sebenarnya dokter tidak menyarankan Rory kembali bermain bola, terutama saat melakukan heading.Â
Setelah kecelakaan tersebut Curtis menjadi orang kedua di Inggris yang menerima pengobatan hormon eksperimental yang, diyakini, bisa sangat efektif dalam membantu pemulihan dari cedera otak traumatis. Dari sebuah percobaan studi, Synapse, Rory Curtis diberikan progesteron, hormon steroid perempuan dan perkembangannya dilacak setiap tiga bulan.Â
Sayangnya percobaan itu tidak berhasil, namun Rory dapat pulih dengan baik tanpa obat tersebut.
Tapi setelah kecelakaan itu, Rory tidak dapat pulih dalam kegiatan berolahraganya, sehingga berpengaruh terhadap gaya bermain sepak bolanya. Dirinya pun memutuskan untuk keluar dari dunia sepak bola. Dirinya mengaku bahwa dirinya seorang yang perfeksionis, maka dari itu dirinya tak ingin bermain tidak sempurna.Â
Namun berkat itu, dirinya lebih bisa mengapresiasi keluarganya yang telah mendukungnya selama proses pemulihan. Rory akhirnya menekuni karirnya dalam dunia potong rambut. Salon keluarganya sudah menjadi bisnis keluarga selama bertahun-tahun. Rory kemudian berusaha untuk mendapatkan kualifikasi menjadi tukang cukur yang handal, dirinya ingin mengajari anggota keluarganya yang lain.
Ibu Rory sendiri memiliki enam saudara perempuan yang juga memiliki salon rambut, keluaganya pun memiliki lima hingga enam salon pada tahun 1980-an dan 1990-an. Menurut Rory, hari yang paling sibuk adalah hari Sabtu.
Selain meneruskan bisnis keluarganya, Rory juga menjadi seorang guru di City College Birmingham mengenai tata rambut. Dirinya pun berhasil membuka salon miliknya pada tahun 2019 dengan nama Charlie Parker's Cut Throat & Coffee.Â
Â
Â
Reporter: Yohana Belinda