Buntut Skandal Lisensi Palsu Pilot, Maskapai Pakistan PIA Tak Bisa Terbang ke Eropa

Ditemukannya banyak pilot yang tidak memiliki surat izin pilot yang asli, kini salah satu maskapai terbesar di Pakistan itu harus menghadapi konsekuensinya, berikut adalah beritanya.

oleh Liputan6.com diperbarui 01 Jul 2020, 13:37 WIB
Diterbitkan 01 Jul 2020, 12:21 WIB
PIA Airlines
Maskapai Pakistan, PIA Airlines. (dok. Instagram @pakistanintairlines/https://www.instagram.com/p/B7k_oYCBjD5/)

Liputan6.com, Pakistan Mei lalu, maskapai Pakistani International Airlines (PIA) jatuh dan menewaskan 107 penumpang, pesawat itu terjatuh di permukiman warga. Setidaknya 99 penumpang dan delapan kru maskapai meninggal. Perdana Menteri Pakistan,  Imran Khan pun telah berbicara kepada CEO perusahaan penerbangan itu mengenai kejadian nahas tersebut. 

"Kaget dan berduka oleh kabar jatuhnya PIA. Saya berkomunikasi dengan CEO PIA Arshad Malik, yang telah berangkat ke Karachi, dan bersama tim rescue & relief di lapangan karena ini adalah prioritas terkini," ujar Imran Khan lewat Twitter, Jumat 22 Mei 2020. 

Pesawat berusia 15 tahun itu, dikabarkan terjatuh di dekat Bandara Internasional Jinnah.

Buntut penyelidikan penyebab pesawat nahas PIA, terkuak skandal lisensi palsu pilot di maskapai tersebut.

Rincian penyelidikan pemerintah Pakistan, yang disampaikan Menteri Penerbangan Ghulam Sarwar Khan kepada parlemen, didapati bahwa tinjauan tersebut menemukan lebih dari 262 dari 860 pilot aktif di negara itu memiliki lisensi palsu atau berbuat curang dalam ujian.

Menurut CNA, Rabu (1/7/2020), hampir sepertiga pilot yang berada di maskapai tersebut memiliki lisensi pilot palsu. Atas skandal itu, baru-baru ini, PIA dilarang terbang ke Eropa. 

Badan Keamanan Penerbangan UE (EASA), mengatakan kepada pihak PIA bahwa mereka telah kehilangan kepercayaan kepada maskapai asal Pakistan tersebut. Tak hanya itu, mereka juga tak yakin bila semua pilot yang ada di PIA memiliki surat izin pilot yang asli.   

PIA memutuskan untuk meninjau kembali 141 dari 434 pilot yang bekerja kepada mereka. Saat ini EASA tidak hanya melarang penerbangan PIA, namun mereka juga menangguhkan maskapai swasta kecil lain dari negara tersebut.

Saksikan Juga Video Ini:

PIA Melayangkan Banding

FOTO: Pesawat Pakistan Jatuh di Karachi, 97 Orang Tewas
Petugas keamanan mencari korban di puing pesawat Pakistan International Airlines yang jatuh di Karachi, Pakistan, Jumat (22/5/2020). Menurut Direktur Utama PIA Arshad Mahmood Malik, satu-satunya penumpang yang selamat adalah Presiden Bank Punjab, Zafar Masud. (Asif HASSAN/AFP)

Pihak suara PIA, Abdullah Khan, mengatakan bahwa saat ini maskapai tersebut mengajukan banding terkait izin terbang.

PIA sebelumnya telah membatasi penerbangan dalam beberapa bulan terakhir akibat SARS-CoV-2, dan kembalinya penerbangan ini dilakukan pada tingkat domestik pada Mei lalu namun terjadi kecelakaan diduga ada kesalahan pilot. 

Baru-baru ini PIA menerima kembali pemesanan tiket untuk penerbangan ke Paris, Milan, Inggris dan Barcelona telah ditunda. Menurut EASA hal ini dikarenakan adanya kekhawatiran tentang kemampuan otoritas yang kompeten untuk memastikan bahwa operator udara Pakistan mematuhi standar internasional yang berlaku setiap saat. 

Chaudhry Manzoor Ahmed, seorang tokoh senior dalam oposisi Partai Rakyat Pakistan, mengatakan bahwa kejadian ini telah mempertaruhkan nama Pakistan. 

"Keputusan Uni Eropa adalah hasil dari kebodohan para pemimpin yang tidak kompeten," kata Ahmed dalam sebuah pernyataan.

Perdana Menteri, Imran Khan, mengatakan bahwa parlemen akan mereformasi PIA dan lembaga pemerintah lainnya.

"Saya ingin memberi tahu bangsa saya: Kami tidak punya pilihan lain, reformasi tidak bisa dihindari," katanya Selasa 30 Juni.

Menurut para penyelidik pesawat, kecelakaan tersebut adalah kesalahan dari pihak pilot. Dalam rekaman terdapat para pilot sedang berbicara tentang Virus Corona COVID-19 ketika proses mendaratkan Airbus 320 tanpa menurunkan roda.

Maskapai PIA sendiri merupakan maskapai yang paling besar di Pakistan, hingga tahun 1970-an, ketika itu mereka mulai mengalami masalah manajemen dan kerap melakukan pembatalan penerbangan dan menghadapi masalah finansial. 

PIA, yang dipimpin oleh seorang perwira angkatan udara yang melayani, saat ini memiliki armada 31 pesawat dan gaji sekitar 14.500 pekerja.

Rasio staf-ke-pesawat yang tinggi telah melihat tuduhan lama bahwa pemerintah dan militer menggunakan maskapai penerbangan untuk memberikan pekerjaan kepada kroni dan pensiunan perwira militer.

Bahkan sebelum pandemi Virus Corona COVID-19, PIA berada dilaporkan dalam kekacauan finansial, dan penangguhan UE hanya akan memperburuk keadaan.

Maskapai ini mengalami kerugian US $ 340 juta tahun lalu, dibandingkan dengan US $ 266 juta pada tahun 2018.

Reporter: Yohana Belinda 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya