Liputan6.com, Beirut - Ledakan di Beirut, Lebanon, terjadi akibat amonium nitrat. Bahan kimia itu ditempatkan di gudang dekat pelabuhan.
Pemerintah telah mengakui amonium nitrat itu adalah bahan sitaan, kini muncul informasi barang itu disita dari orang Rusia karena masalah perizinan.
Advertisement
Baca Juga
Dilansir The Moscow Times, Kamis (6/8/2020), amonium nitrat itu disita dari kapal bernama Rhosus. Kapal itu adalah milik Igor Grechushkin, seorang pria berkebangsaan Rusia yang tinggal di Siprus.
Pada 2013, Rhosus terdampar di Beirut akibat mengalami kerusakan. Kapal berbendera Moldova itu berangkat dari Georgia menuju Mozambik.
Ketika kapal masih berada di Beirut, Igor Grechhukshin menyatakan bangkrut, akibatnya kapal Rhosus beserta krunya sempat terlantar di Beirut.
The Siberian Times menyebut penyitaan itu akibat kurangnya dokumen dan persyaratan transportasi. Kru kapal itu terdiri atas delapan warga Ukraina dan dua warga Rusia.
Kru kapal sempat mengeluhkan aksi Igor Grechuskhin yang menelantarkan kru dan tidak memberikan uang. Saat itu, kru kapal meminta tolong pemerintah Ukraina dan organisasi internasional agar bisa pulang.
Selanjutnya pada 2014, otoritas Lebanon menyita 2.750 amonium nitrat di kapal itu. Amonium nitrat itulah yang lantas ditaruh di gudang dekat pelabuhan dan mengakibatkan ledakan.
Kronologi itu sesuai dengan versi Perdana Menteri Lebanon Hassan Diab yang berkata amonium nitrat telah tersimpan selama enam tahun di gudang yang meledak.
Baca juga: Ledakan amonium nitrat di China pada 2015
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Pejabat Pelabuhan Beirut Ditetapkan Jadi Tahanan Rumah
Pemerintah Lebanon mengatakan bahwa pihaknya akan menempatkan para pejabat yang terkait dengan penyimpanan amonium nitrat di pelabuhan Beirut, di bawah tahanan rumah.
Merujuk pada substansi yang memicu ledakan besar, Menteri Informasi Lebanon, Manal Abdel Samad, menyatakan, "Kami menyerukan kepemimpinan militer untuk memberlakukan tahanan rumah pada semua orang yang mengorganisir penyimpanan amonium nitrat di pelabuhan Beirut," sepert dikutip dari AFP, Kamis (6/8/2020).
Ledakan besar yang menewaskan lebih dari 100 orang dan melukai ribuan lainnya tersebut membuat Menteri Manal Abdel Samad mengumumkan keadaan darurat di Beirut selama dua pekan.
Dikutip dari US News, Kabinet Lebanon juga telah menyepakati untuk menetapkan semua pejabat pelabuhan Beirut yang telah mengawasi penyimpanan dan keamanan amonium nitrat sejak 2014 itu di bawah tahanan rumah, menurut sumber-sumber kementerian.
Tidak adanya jumlah yang jelas berapa banyak pejabat yang akan ditetapkan sebagai tahanan. Tetapi para pejabat tahanan rumah itu akan dalam pengawasan tentara, sampai yang bertanggung jawab atas ledakan besar di pelabuhan itu ditentukan, menurut sumber tersebut.
Advertisement