Update 25 September: 32,1 Juta Kasus COVID-19 Dunia, Amerika Latin Episentrum

Amerika Latin jadi episentrum COVID-19. Jumlah infeksinya tertinggi di dunia.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 25 Sep 2020, 10:30 WIB
Diterbitkan 25 Sep 2020, 10:24 WIB
Permakaman untuk Jenazah Pasien Corona di Argentina
Seorang pekerja menggali tanah kuburan di pemakaman San Vicente di Cordoba, Argentina, 14 April 2020. Pemerintah kota di provinsi Argentina tengah, Cordoba telah menggali sekitar 250 kuburan untuk mengantisipasi peningkatan korban jiwa dari pandemi Covid-19. (AP/Nicolas Aguilera)

Liputan6.com, Jakarta - Infeksi Virus Corona (COVID-19) di dunia mencapai 32,1 juta kasus. Amerika Serikat masih ada di peringkat satu dalam jumlah kasus positif dan kematian.

Berdasarkan data Johns Hopkins University, Jumat (25/9/2020), kasus di AS sudah mencapai 6,9 juta dan sebanyak 202 ribu meninggal. Sementara yang sembuh adalah 2,7 juta.

Menurut situs Covid Tracking, Amerika Serikat hingga kini telah melakukan hampir 99 juta tes COVID-19.

Kasus tertinggi selanjutnya berada di India yang mencatat 5,7 juta kasus dan 91 ribu meninggal. Meski demikian, pasien sembuh di India juga paling tinggi di dunia, yakni 4,6 juta orang.

Negara-negara Amerika Latin juga tampak menjadi episentrum COVID-19. Terlihat,jumlah kasus di negara mereka mendominasi daftar 10 negara dengan kasus tertinggi.

Datanya yakni: Brasil (4,6 juta), Kolombia (790 ribu), Peru (782 ribu), dan Argentina (678 ribu). Totalnya sekitar 6,8 juta.

Sementara, kasus COVID-19 di Rusia mencapai 1,1 juta. Kasus di China terpantau masih stabil yakni 90 ribu saja.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Satgas COVID-19: Rapid Tes Metode Screening, Bukan Diagnosis

Tenaga Medis Kota Bekasi Jalani Rapid Test Covid-19
Petugas menunjukkan hasil tes cepat (rapid test) pendektesian COVID-19 kepada tenaga medis di Stadion Patriot Candrabhaga, Bekasi, Jawa Barat, Rabu (25/3/2020). Pemeriksaan hanya diperuntukan bagi tenaga medis seluruh puskesmas, dan rumah sakit yang ada di Kota Bekasi. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito menanggapi banyaknya pihak yang mempertanyakan keakuratan rapid test atau tes cepat Corona COVID-19. Wiku menyebut bahwa rapid test bukanlah metode untuk mendiagnosis COVID-19.

"Jadi rapid test itu merupakan metode screening bukan diagnosis," ucap Wiku dalam keterangan pers di Youtube Sekretariat Presiden, Kamis 24 September 2020.

Dia mengatakan, rapid tes COVID-19 masih digunakan hingga kini sebagai salah satu syarat administrasi untuk perjalanan ke luar kota. Hal ini sesuai dengan peraturan Kementerian Perhubungan dalam rangka mencegah penyebaran virus corona.

"Pada dasarnya tes ini digunakan untuk menekan jumlah pejalan yang tidak perlu atau nonesential mobility," jelas Wiku.

Menurut dia, pemerintah masih mengupayakan skrining COVID-19 alternatif yang lebih baik dan akurat dalam mendeteksi COVID-19. Salah satunya, rapid swab dengan menggunakan antigen.

Infografis COVID-19:

Infografis Pandemi Belum Berakhir, Gelombang II Covid-19 Mengancam. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Pandemi Belum Berakhir, Gelombang II Covid-19 Mengancam. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya