Vaksin COVID-19 di Amerika Serikat Baru Tersedia April 2021

Warga negara maju seperti Amerika Serikat baru bisa dapat vaksin pada April 2021.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 22 Okt 2020, 09:30 WIB
Diterbitkan 22 Okt 2020, 09:30 WIB
Ilustrasi gambar SARS-CoV-2, virus yang menyebabkan Corona COVID-19, diisolasi dari seorang pasien di AS. Diperoleh 27 Februari 2020 milik National Institutes of Health yang diambil dengan mikroskop elektron transmisi.(AFP/National Institutes Of Health)
Ilustrasi gambar SARS-CoV-2, virus yang menyebabkan Corona COVID-19, diisolasi dari seorang pasien di AS. Diperoleh 27 Februari 2020 milik National Institutes of Health yang diambil dengan mikroskop elektron transmisi.(AFP/National Institutes Of Health)

Liputan6.com, Washington, D.C. - Rakyat Amerika Serikat diperkirakan baru bisa mendapat akses vaksin COVID-19 pada April 2021. Janji itu diberikan oleh Menteri Kesehatan dan Pelayanan Masyarakat AS Alex Azar.

Sebelum April 2021, vaksin hanya tersedia untuk kelompok tertentu, seperti petugas medis dan orang-orang dalam kategori rentan seperti warga lansia.

"Pada akhir Maret atau awal April, bakal ada cukup vaksin bagi seluruh rakyat Amerika yang ingin mendapat vaksinya," ujar Azar seperti dikutip Time, Kamis (22/10/2020).

Dua kandidat vaksin COVID-19 yang hampir menyelesaikan uji klinis di AS aalah buatan Pfizer dan Moderna.

Berdasarkan data Johns Hopkins University, total kasus COVID-19 di AS mencapai 8,3 juta. Sebanyak 221 ribu orang meninggal dan 3,3 juta sembuh.

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Puji CDC

Kasus Corona AS Tembus Angka 6 Juta
Orang-orang dengan masker dan pelindung wajah berjalan di Times Square di New York, Amerika Serikat (AS), 31 Agustus 2020. Jumlah kasus COVID-19 di AS melampaui angka 6 juta pada Senin (31/8), menurut Center for Systems Science and Engineering (CSSE) di Universitas Johns Hopkins. (Xinhua/Wang Ying)

Pada kesempatan sama, Menteri Kesehatan dan Pelayanan Masyarakat AS Alex Azar memuji Centers for Disease Control and Prevention (CDC) sebagai permata dari kesehatan publik. Azar menyebut CDC memainkan peran penting di pandemik ini.

"Ini adalah mahkota permata bagi kesehatan masyarakat Amerika dan global. Kami menghormatinya," ujar Azar.

Direktur CDC Dr. Robert Redfield juga membahas panduan CDC yang terkadang berubah-ubah. Redfield berkata keputusan itu berdasarkan data-data kesehatan.

Salah satu contoh yang berubah adalah definisi kontak dekat.

Kini, kontak dekat berarti orang yang berdiri kurang dari 2 meter di sebelah pasien positif COVID-19 selama setidaknya 15 menit.

"Ini berdasarkan data yang empat bulan lalu tidak kita punya, tetapi ini data sekarang yang kita punya," ujarnya.

WHO: 184 Negara Bergabung ke COVAX untuk Cari Vaksin COVID-19

WHO Umumkan Virus Corona Pandemi Global
Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus berbicara dalam sebuah konferensi pers di Jenewa, 11 Maret 2020. WHO menyatakan wabah COVID-19 dapat dikategorikan sebagai "pandemi" karena virus tersebut telah menyebar semakin luas ke seluruh dunia. (Xinhua/Chen Junxia)

WHO menyambut gembira banyaknya negara-negara di dunia yang bergabung ke COVAX. Inisiatif itu merupakan kerja sama mencari vaksin COVID-19 dan memudahkan akses agar semua kalangan bisa mendapat vaksin.

COVAX merupakan inisiatif gabungan aliansi vaksin GAVI, yayasan pendanaan vaksin CEPI, serta WHO. 

"Pada 9 Oktober, saya bercerita bahwa 171 negara dan ekonomi telah menjadi bagian dari inisiatif COVAX untuk akses vaksin yang dipimpin GAVI, CEPI, dan WHO. Saya senang mengumumkan bahwa sekarang 184 negara telah bergabung dengan COVAX," ujar Dirjen WHO Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam konferensi pers, Selasa 20 Oktober 2020.

Dr. Tedros mengumumkan dua negara yang baru bergabung adalah Uruguay dan Ekuador.

WHO menegaskan bahwa COVAX mewakili portofolio potensi vaksin COVID-19 di dunia. COVAX bertekad untuk berbagi vaksin dengan adil di seluruh dunia.

Pekan lalu, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi berkata Indonesia telah bertemu WHO dan GAVI untuk menunjukan ketertarikannya bergabung dengan COVAX. 

China juga sudah bergabung dengan COVAX.  

Dr. Tedros pun meminta agar masyarakat tetap mengikuti protokol kesehatan seperti memakai masker dan berjaga jarak.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya