Liputan6.com, Tokyo - Jepang berada dalam status "siaga maksimum" setelah mencatat rekor jumlah infeksi Virus Corona COVID-19 harian, kata Perdana Menteri Yoshihide Suga pada Kamis 19 November 2020. Meskipun tidak ada pembatasan segera yang direncanakan.
"Tetapi pemerintah tidak akan segera mengumumkan keadaan darurat kesehatan dan akan terus memantau tingkat infeksi dan kapasitas rumah sakit untuk mengatasinya," kata kepala juru bicara pemerintah Jepang seperti dikutip dari Channel News Asia, Kamis (19/11/2020).
Advertisement
"Kami akan menanggapi dengan tepat berdasarkan kondisi," kata Sekretaris Kabinet Katsunobu Kato dalam jumpa pers reguler hari Kamis.
Lebih dari 2.000 kasus tercatat di seluruh negeri pada Rabu 18 November, dengan hampir 500 infeksi di ibu kota Tokyo saja.
Meskipun jumlah itu kecil dibandingkan dengan angka yang terlihat di beberapa negara lain, angkanya menunjukkan peningkatan tajam dalam kasus di Jepang. Di mana skala pengujian seringkali kurang luas dibandingkan di bagian lain dunia.
"Kami sekarang dalam situasi siaga maksimum," Perdana Menteri Yoshihide Suga mengatakan kepada wartawan.
"Saya meminta Anda, warga Jepang, untuk menerapkan prinsip sepenuhnya seperti memakai masker," tambah Suga, mendorong orang untuk memakainya bahkan saat berbicara dan makan di restoran.
Saksikan Juga Video Ini:
Status Jepang
Tokyo diperkirakan akan menaikkan tingkat kewaspadaannya ke level tertinggi dari skala empat tingkat pada hari Kamis, tetapi langkah tersebut tidak disertai dengan pembatasan otomatis.
Media lokal mengatakan ibu kota Jepang tidak mungkin meminta penutupan bisnis lebih awal untuk saat ini.
Jepang sejauh ini telah mengambil pendekatan yang relatif santai terhadap pembatasan terkait Virus Corona COVID-19, bahkan dengan keadaan darurat nasional pada musim semi tidak mewajibkan bisnis untuk tutup atau orang-orang tinggal di rumah.
Dan sementara pengujian telah meningkat, jumlahnya tetap relatif rendah, dengan sekitar 5.000 hingga 6.000 orang diuji sehari di metropolitan Tokyo, rumah bagi hampir 14 juta orang.
Namun, Jepang mengalami kondisi wabah yang relatif kecil sejauh ini, dengan hampir 121.000 infeksi yang tercatat dan lebih dari 1.900 kematian sejak virus itu pertama kali terdeteksi di negara itu pada Januari.
Advertisement