5 Alasan Anak Pertama Lebih Cepat Dewasa dan Itu Tak Baik Bagi Psikologinya

Jadi anak paling tua itu berat. Jika orangtua salah urus, maka akan berdampak pada masa depannya.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 26 Jan 2021, 19:40 WIB
Diterbitkan 26 Jan 2021, 19:40 WIB
Hari Anak Nasional: Belajar Jadi Ibu yang Pengertian
Peringati Hari Anak Nasional dengan mencoba belajar jadi ibu yang pengertian melalui pola asuh mindful parenting. (Ilustrasi: Pexels.com/Pixabay)

Liputan6.com, Jakarta - Jika Anda adalah anak pertama dalam sebuah keluarga, mungkin pernah mengalami transformasi yang menarik.

Pada saat tertentu, Anda bermula dari anak tunggal menjadi lebih tua. Dan sebagai bonus, Anda mungkin mendapat tugas baru dan mengalami ekspektasi tinggi, di antara hal-hal yang tidak menyenangkan lainnya.

Semua ini, hanya karena Anda adalah anak paling tua.

Bright Side telah meninjau pengalaman anak yang lebih tua, mengumpulkan pendapat para psikolog, dan mencoba menentukan cara orangtua muda harus membesarkan anak-anak dengan bahagia.

Berikut selengkapnya dikutip dari laman Brightside, Selasa (26/1/2021):

Saksikan video pilihan di bawah ini:

1. Tahu apa tanggung jawab itu sejak usia dini

Menghukum dengan Mendidik
Ilustrasi Anak dan Orangtua Credit: pexels.com/pixabay

Studi menunjukkan bahwa anak-anak yang lebih tua sebagian besar lebih bertanggung jawab daripada adik-adik mereka. Ini karena orangtua mereka seringkali memiliki ekspektasi yang tinggi terhadap mereka.

Orangtua tahu bahwa mereka dapat mengandalkan anak mereka yang lebih besar dan tidak selalu menyadari bahwa mereka mungkin bosan memiliki tanggung jawab yang terus-menerus. Ungkapan "Kamu sendiri sudah dewasa dan kamu harus bertindak sesuai umur" atau "Kamu lebih tua dan kamu harus membantu, jangan menjadi masalah" sangat familiar bagi kebanyakan anak yang lebih tua.

 

2. Harus mengendalikan diri dalam situasi apa pun

Kiat-Kiat Anak Menjadi Rajin Belajar
Ilustrasi Anak Belajar Credit: pexels.com/pixabay

Anak-anak yang lebih tua harus selalu berhati-hati dengan apa yang mereka katakan atau lakukan.

Karena anak-anak yang lebih kecil mungkin mempelajari perilaku "salah" dari mereka. Inilah sebabnya mengapa anak-anak berhenti menjadi anak-anak terlalu dini dan mereka tumbuh menjadi perfeksionis.

Rasa takut kehilangan rasa hormat dari adiknya membuat si kakak mau membantu mengerjakan PR matematika, pekerjaan rumah tangga, dan hal lainnya.

Kemudian anak-anak yang lebih besar memperoleh keterampilan kepemimpinan dan yang lebih muda.

Tapi selalu kuat itu sulit. Setiap anak yang lebih tua mungkin pernah mengalami saat-saat ketika mereka ingin memiliki kakak, bersantai, dan hanya didukung.

 

3. Anak yang lebih tua selalu disalahkan

Buat Suasana Kegiatan Belajar Kondusif Bagi Anak
Ilustrasi Sekolah Secara Online Credit: pexels.com/pixabay

Jika anak-anak berdebat atau melakukan sesuatu yang salah bersama, biasanya yang lebih tua adalah penyebabnya.

Sungguh tidak adil ketika kedua anak melakukan kesalahan dalam pertemuan keluarga, dan orang dewasa menyalahkan anak tertua.

Psikolog menganjurkan agar orang tua berhati-hati dan tidak memihak dalam konflik. Jika tidak, salah satu anak akan terbiasa diselamatkan sepanjang waktu, dan yang lainnya akan selalu disalahkan.

 

4. Selalu dilimpahkan beban

Memiliki Napsu Makan yang Tinggi
Ilustrasi Anak Makan Credit: pexels.com/pixabay

"Kamu lebih tua, lebih pintar" adalah sesuatu yang memungkinkan anak-anak yang lebih kecil untuk lolos dengan banyak hal yang semestinya turut mereka lakukan.

Tentu saja, anak-anak akan berkompetisi dan itu tidak masalah. Namun kedua anak tersebut membutuhkan dukungan orang tua.

Mereka harus tahu bahwa mereka dicintai. Orang tua harus menghargai upaya anak tertua mereka untuk bersabar dengan anak yang lebih kecil.

 

5. Jadi korban pilih kasih

Ilustrasi Ruang Belajar Anak
Ilustrasi ruang belajar anak (Dok.pixabay.com/Komarudin)

Terkadang, orang tua memberikan hukuman yang lebih keras kepada beberapa anak dan yang lebih ringan kepada yang lain. Mereka memiliki persyaratan yang berbeda karena perbedaan usia atau jenis kelamin. Dengan kata lain, orang tua memilih anak favorit mereka.

Sebuah studi yang dilakukan oleh Cornell University menunjukkan bahwa 70 persen ibu dapat memberi nama anak yang mereka sukai. Menariknya, hanya 15 persen anak yang berpikir bahwa ibu mereka sama menyayangi mereka.

Di masa depan, hal itu bisa berdampak besar pada harga diri anak yang "kurang disayang". Di masa remajanya, mereka cenderung memiliki kebiasaan buruk.

Selain itu, ketegangan di antara anak-anak meningkat jika salah satu dari mereka kurang dicintai (atau jika mereka merasa seperti itu).

Jika orang tua memuji satu anak atas keberhasilan yang tidak dimiliki anak lain, mereka juga harus mencatat hal-hal baik yang mereka miliki. Setiap orang pandai dalam sesuatu dan tidak begitu pandai dalam hal lain, dan itu sangat normal.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya