Liputan6.com, Jakarta - Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah membela tindakan polisi terhadap pengunjuk rasa Palestina setelah terjadinya bentrokan selama dua malam di Yerusalem.
Dia mengatakan Israel "tidak akan membiarkan elemen radikal apa pun merusak ketenangan" di kota itu di tengah kekhawatiran yang meningkat atas kekerasan yang terus meningkat. Demikian seperti mengutip BBC, Senin (10/5/2021).
Advertisement
Baca Juga
AS, Uni Eropa, Rusia, dan PBB pun menyatakan kekhawatirannya atas insiden tersebut.
Bentrokan itu menyusul ketegangan selama sebulan terakhir, dengan ancaman penggusuran keluarga-keluarga Palestina sebagai titik fokus.
Yang terbaru datang pada malam sidang yang diharapkan di Mahkamah Agung Israel atas kasus keluarga selama bertahun-tahun, yang terdiri lebih dari 70 orang, mengajukan banding atas perintah penggusuran yang mendukung organisasi pemukim Yahudi di distrik Sheikh Jarrah di Yerusalem Timur.
Namun sidang dibatalkan pada hari Minggu menyusul permintaan dari jaksa agung Israel. Sementara itu, tanggal sidang yang baru akan ditetapkan dalam 30 hari ke depan.
Saksikan Video Menarik di Bawah Ini:
Bentrokan selama Dua Malam
Bentrokan selama dua malam terjadi di sekitar kompleks Masjid Al-Aqsa Yerusalem, yang sering menjadi pusat kekerasan. Ini adalah salah satu situs Islam yang paling dihormati, tetapi lokasinya juga merupakan situs tersuci dalam Yudaisme, yang dikenal sebagai Temple Mount.
Kekerasan yang terjadi pada Sabtu 8 Mei dimulai setelah puluhan ribu jemaah salat di kompleks pada malam Laylatul Qadar, malam paling suci di bulan Ramadhan.
Para pengunjuk rasa melemparkan batu ke arah polisi di pintu masuk Gerbang Damaskus ke Kota Tua, dan petugas menanggapi dengan granat, peluru karet, dan meriam air.
Akibat kejadian tersebut, hampir 100 orang terluka, menurut petugas medis Palestina.
Advertisement