Brasil Buat Helm Oksigen Untuk Pasien COVID-19

Helm yang disebut Individual Controlled Breathing Bubble (BRIC), bukanlah teknologi baru. Namun, biaya impor pembeliannya terlalu tinggi bagi sebagian besar rumah sakit di Brazil.

oleh Liputan6.com diperbarui 13 Mei 2021, 17:00 WIB
Diterbitkan 13 Mei 2021, 17:00 WIB
FOTO: Unik, Warga Brasil Ciptakan Pakaian Pelindung Mirip Astronaut
Akuntan Brasil Tercio Galdino (66) mengenakan helm saat akan pergi ke Pantai Copacabana dengan pakaian pelindung mirip astronaut di Rio de Janeiro, Brasil, 12 Juli 2020. Pakaian tersebut juga dipakai untuk bersenang-senang karena minatnya yang besar dalam astronomi. (Mauro Pimentel/AFP)

Liputan6.com, Brasilia - Suatu gelembung baru buatan Brasil – seperti helm oksigen – menjadi piranti terbaru dalam perang melawan COVID-19 bagi para dokter di negara Amerika Latin itu.

Helm yang disebut Individual Controlled Breathing Bubble (BRIC), bukanlah teknologi baru. Namun, biaya impor pembeliannya terlalu tinggi bagi sebagian besar rumah sakit di Brasil.

Insinyur Guilherme de Souza bermitra dengan sejumlah dokter untuk menjajaki peran perusahaannya atas kebutuhan tersebut, selain karena tidak ada perusahaan manufaktur di Brasil yang memproduksi perangkat tersebut.

"Kami mendatangkan teknologi ini dari luar negeri, menerapkan nasionalisasi, dan menyempurnakannya. Lebih dari sekadar membuat produk itu tersedia di dalam negeri, lalu kami kembangkan dengan menambahkan fitur-fitur yang tidak dimiliki helm lain, dengan harga terjangkau," kata De Souza.

"Itu kemenangan besar."

Ini termasuk yang pertama dari jenis helm yang diproduksi di Brasil dan mendapat persetujuan dari regulator kesehatan Brasil, Anvisa.

 

Saksikan Video Berikut Ini:

COVID-19 di Brasil

Lubang Pemakaman Disiapkan untuk Korban Corona di Sao Paulo
Petugas dengan pakaian pelindung membawa peti mati seseorang yang meninggal karena komplikasi COVID-19 ke dalam kuburan di pemakaman Vila Formosa di Sao Paulo, Brasil, Rabu (7/4/2021). Sao Paulo pada Rabu mulai menggali 600 kuburan tambahan setiap hari di pemakaman kotanya. (AP Photo/Andre Penner)

Unit BRIC itu terutama digunakan ketika alat bantu pernapasan non-invasif tidak lagi cukup untuk membantu para pasien yang ditempatkan di bawah ventilasi mekanis. Intubasi adalah prosedur invasif dan terkadang berbahaya.

Statistik menunjukkan hampir 80 persen pasien yang diintubasi di Brasil meninggal, seperti halnya 50 persen dari pasien intubasi di seluruh dunia, menurut sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Lancet Respiratory Medicine.

"Beberapa studi menunjukkan bahwa helm (unit BRIC) pada akhirnya menurunkan kebutuhan beberapa pasien untuk menggunakan ventilasi secara mekanis atau diintubasi," kata Thiago Romano, dokter sekaligus koordinator medis di Unit Perawatan Intensif Rumah Sakit Vila Nova Star di São Paulo

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya