Liputan6.com, New York City - Majelis Umum PBB di New York menggelar pertemuan khusus pada Kamis (20/5/2021) untuk membahas isu Palestina. Para diplomat dari negara-negara mayoritas Muslim ikut berkumpul.
Menurut laporan Anadolu, para diplomat negara Muslim juga sudah mulai berkoordinasi. Menteri Luar Negeri Pakistan Shah Mahmood Qureshi menggelar makan malam yang dihadiri menlu dari Turki, Palestina, Tunisia, dan utusan negara-negara Organisasi Kerja Sama Islam (OKI).
Advertisement
Baca Juga
Presiden Majelis Umum PBB Volkan Bozkir juga ikut hadir. Bozkir berasal dari Turki.
Berdasarkan pernyataan diplomat Pakistan di PBB, Menlu Qureshi menegaskan bahwa Pakistan mengecam serangan sistematis Israel terhadap jemaah Palestina di Masjid Al-Aqsa selama Ramadhan.
Pakistan juga mengecam ekspansi pemukiman ilegal, serta pengusiran warga Palestina dari tempat tinggal mereka.
"(Saya) harap pertemuan khusus Majelis Umum PBB ini akan memberikan pesan yang kuat atas nama OKI kepada komunitas internasional untuk menolong mengakhiri agresi Israel dan mengambil langkah-langkah konkret untuk mencari solusi isu Palestina," ujar Menlu Pakistan.
Sebelum pertemuan PBB, sudah ada lebih dari 200 warga Palestina yang tewas. Kebanyakan korban berada di Gaza.
11 Anak Palestina yang Sedang Konseling Trauma Tewas di Gaza
Serangan udara Israel di Jalur Gaza, menewaskan 11 anak-anak Palestina yang sedang menerima konseling trauma dari Dewan Pengungsi Norwegia (NRC). Kabar duka tersebut disampaikan oleh Dewan Pengungsi Norwegia (NRC) pada Selasa 18 Mei.
Dilansir Daily Sabah, Rabu (19/5) anak-anak yang terbunuh selama seminggu terakhir, berusia antara 5 dan 15 tahun.
"Kami sangat terpukul mengetahui bahwa 11 anak yang kami bantu dengan trauma dibombardir ketika mereka berada di rumah dan saat mengira mereka aman," kata Sekretaris Jenderal NRC, Jan Egeland.
"Mereka sekarang telah pergi, meninggal bersama keluarganya, dikubur dengan mimpi mereka dan mimpi buruk yang menghantui mereka. Kami menyerukan kepada Israel untuk menghentikan kekerasan ini: anak-anak harus dilindungi. Rumah mereka tidak boleh menjadi sasaran. Sekolah tidak boleh menjadi sasaran. Berhenti membom mereka sekarang," ujarnya.
NRC mengatakan bahwa pihaknya membantu 118 sekolah di Jalur Gaza, yang telah berada di bawah blokade yang diberlakukan Israel selama lebih dari satu dekade.
Program Better Learning Programme dari organisasi itu membantu 75.000 siswa Palestina melalui layanan psiko-sosial.
Advertisement