Orangtua Mesti Tahu, Ini 4 Kesalahan Umum dalam Mendidik Anak

Setiap orang pasti pernah melakukan kesalahan. Termasuk para orangtua dalam mendidik sang buah hati.

oleh Liputan6.com diperbarui 15 Jun 2021, 20:10 WIB
Diterbitkan 15 Jun 2021, 20:10 WIB
Ilustrasi Orang Tua dan Anak Mempersiapkan Ujian/ Pexels
Ilustrasi Orang Tua dan Anak Mempersiapkan Ujian (Foto oleh Andrea Piacquadio dari Pexels).

Liputan6.com, Jakarta - Menjadi orang tua memanglah tidak mudah. Mereka harus berjuang demi mencetak kepribadian anak yang baik. Salah satunya mereka perlu metode parenting "trial and error", yaitu metode yang membutuhkan ekstra sabar untuk terus mencoba dan gagal. Meski kenyataannya pahit, kita jadi tahu bagaimana cara mendidik anak yang benar.

Poin penting tertuju pada sikap orang tua yang tak boleh menyamaratakan satu metode kepada setiap anak. Mereka memiliki karakter berbeda-beda dan pola asuh yang berbeda pula.

Seperti yang dilansir dari Verywellfamily.com pada Selasa (15/06/2021). Pertumbuhan masing-masing anak tidak selalu berjalan lurus. Mungkin saja di antara mereka perlu perhatian khusus. Akan tetapi, para orang tua sering melakukan kesalahan besar sebagai berikut

1. Terlalu fokus pada sikap buruk anak

Adu Pendapat di Depan Anak Berdampak Buruk untuk Kesehatan Mental Jangka Panjang
Ketahui dampak buruk orang tua yang adu argumen di depan anak untuk kesehatan mental jangka panjang. (Foto: Unsplash.com/Caleb Woods).

Para orang tua cenderung lebih peka ketika anak mulai bertingkah seperti merengek, menjerit atau hal menjengkelkan lainnya. Kemudian, memarahi mereka dengan alasan untuk mendisplinkan.

Padahal itu salah, anak-anak perlu perhatian positif untuk perilaku yang baik. Jadi sesering mungkin untuk mengapresiasi perilaku anak yang bisa bermain tenang, duduk anteng, bersabar untuk menunggu giliran bermain.

2. Membiarkan perilaku buruk

Ilustrasi Anak Nakal (iStockphoto)
Bagaimana orangtua harus merespons saat anak berbuat salah? (Ilustrasi/iStockphoto)

Permasalahan mengasuh anak terjadi pada orang tua yang menyerah begitu saja saat si anak berulah. Sebagai contoh, anak mengamuk karena tak dibelikan barang yang diinginkan.

Jika dari situ Anda menuruti kemauannya, anak akan kebiasan tantrum atau ledakan emosi. Jika tak dituruti ia akan mudah menangis kencang, berguling di lantai sampai melempar barang di sekitar.

Anda perlu mengajarkan bahwa ada konsekuensi atas perilaku mereka yang buruk. Tetap adil, konsisten dan otoritatif dalam mendidiknya.

3. Tak ada aturan yang jelas

Ilustrasi pena dan kertas
Ilustrasi pena dan kertas. (Gambar oleh Pexels dari Pixabay)

Penting adanya peraturan yang jelas, padat dan singkat. Anda tidak bisa asal memarahi anak tanpa adanya penyebab atau kondisi hati sedang sedih karena hal lain. Misalnya, dilarang melompat di sofa.

Bila anak melanggar maka ia akan tahu resiko terjatuh bisa terjadi padanya. Dari sini anak bisa mengerti dan berlatih untuk membuat pilihan yang baik.

4. Tidak ada rencana untuk mendisplinkan anak

memarahi anak
Dampak negatif umpatan dan kalimat negatif pada anak./Copyright shutterstock.com/g/oduaimages

Displin bukan berarti memarahi anak. Namun ketegasan dalam mendidik adalah fokus utama untuk menghindari perilaku buruk pada anak. Misalnya, ia memukul temannya.

Maka, ia harus tahu perbuatan itu salah dan perlu dinasehati melalui strategi displin.

Mendidik anak sama halnya dengan matematika. Perlu rumus untuk menyelesaikan soal dan mendapatkan hasil angka yang benar. Jadi Anda perlu metode khusus sebagai solusi tepat untuk menyelesaikan masalah dalam mendidik anak.

 

Reporter: Bunga Ruth

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya