Delegasi AS Akan Kunjungi Haiti Pasca-Pembunuhan Presiden Jovenel Moise

Jovenel Moise (53) dibunuh di kediamannya di Port-au-Prince pada 7 Juli, oleh sejumlah tentara bayaran asing termasuk pensiunan militer Kolombia.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 12 Jul 2021, 12:38 WIB
Diterbitkan 12 Jul 2021, 11:58 WIB
Presiden Haiti Jovenel Moise dibunuh di kediamannya pada Rabu (7/7/2021) (AP)
Presiden Haiti Jovenel Moise dibunuh di kediamannya pada Rabu (7/7/2021) (AP)

Liputan6.com, Port-au-prince - Delegasi Amerika Serikat akan mengunjungi Haiti untuk menilai situasi keamanan di negara tersebut setelah pembunuhan Presiden Jovenel Moise pekan lalu.

Tim AS juga akan bertemu tiga politisi Haiti. Mereka mengaku sebagai pemimpin negara yang sah, demikian dikutip dari laman BBC, Senin (12/7/2021).

Moise (53) dibunuh di kediamannya di Port-au-Prince pada 7 Juli, oleh sejumlah tentara bayaran asing termasuk pensiunan militer Kolombia, kata polisi Haiti.

Istrinya, Martine Moise terluka dalam serangan itu, dan kemudian diterbangkan ke Florida, AS untuk menjalani perawatan.

Martine Moise kemudian menggambarkan situasi pada malam hari itu sangat menegangkan. Para pembunuh menembak suaminya dengan peluru setelah menerobos masuk ke rumah mereka.

Dia mengatakan, serangan itu terjadi begitu cepat, suaminya Jovenel tidak dapat "mengatakan sepatah kata pun".

Setelah serangan itu, otoritas Haiti meminta AS dan PBB untuk mengirim pasukan ke negara itu guna melindungi infrastruktur utama.

Pemerintahan Presiden Joe Biden awalnya menolak permintaan tersebut - tetapi sekarang telah memutuskan untuk melihat lebih dekat situasi di sana.

Di antara anggota delegasi Amerika adalah pejabat keamanan dan peradilan senior, lapor media AS.

 

Dinamika Politik di Haiti

Penjagaan Perbatasan Negara Setelah Presiden Haiti Jovenel Moise Tewas Ditembak
Tentara menjaga perbatasan bersama antara Republik Dominika dan Haiti setelah ditutup ketika Presiden Haiti Jovenel Moise ditembak mati oleh kelompok bersenjata di rumah pribadinya, di Dajabon, Republik Dominika, Rabu (7/7/2021). (Erika SANTELICES / afp)

Moise telah menjadi presiden Haiti -- negara termiskin di Benua Amerika -- sejak 2017. Masa jabatannya sulit karena dia menghadapi tuduhan korupsi dan ada demonstrasi yang meluas di ibu kota dan kota-kota lain awal tahun ini.

Pemilihan parlemen seharusnya diadakan pada Oktober 2019 tetapi perselisihan telah menundanya, yang berarti Moise telah memerintah melalui dekret.

Dia telah merencanakan untuk mengadakan referendum tentang perubahan konstitusi yang diusulkan September ini.

Masih belum jelas siapa yang mengorganisir serangan tersebut dan apa motifnya. Sejumlah pertanyaan masih belum terjawab, termasuk bagaimana para tersangka bisa memasuki properti. Pengawal Moise akan diinterogasi akhir pekan ini.

Salah satu tokoh oposisi terkemuka telah secara terbuka menyatakan skeptisisme atas versi peristiwa saat ini. Mantan senator Haiti Steven Benoit mengatakan kepada stasiun radio lokal Magik9 bahwa "bukan orang Kolombia yang membunuhnya", tetapi tidak memberikan bukti untuk mendukung klaimnya.

Polisi Haiti mengatakan, mayoritas tentara bayaran adalah WN Kolombia, ditambah dua warga Haiti keturunan AS.

Tujuh belas dari kelompok itu ditahan di ibu kota Port-au-Prince setelah baku tembak. Tiga tersangka tewas oleh polisi, dan delapan lainnya masih dalam pengejaran.

Pemerintah Kolombia telah berjanji untuk membantu Haiti dengan upaya penyelidikannya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya