Filipina Wakili ASEAN Jadi Negara dengan Performa Terbaik di Olimpiade Tokyo 2020

Walaupun negara ASEAN lain; Singapura, Vietnam, Myanmar, Kamboja, Brunei, dan Laos pulang dengan tangan hampa. Filipina mampu buktikan kinerja yang baik saat bertanding di Olimpiade Tokyo 2020

oleh Liputan6.com diperbarui 14 Agu 2021, 20:40 WIB
Diterbitkan 14 Agu 2021, 20:40 WIB
Foto: Pembukaan Olimpiade Tokyo 2020 Tetap Meriah di Masa Pandemi Covid-19
Para penari tampil di depan logo Olimpiade saat upacara pembukaan Olimpiade Tokyo 2020 di Olympic Stadium, Tokyo, Jepang, Jumat (23/7/2021). (Foto: AP/Pool/Dylan Martinez)

Liputan6.com, Manila - Filipina patut berbangga atas keberhasilan sebagai negara ASEAN yang memiliki kinerja terbaik di Olimpiade Tokyo 2020. Tim Filipina yang beranggotakan 19 orang memborong satu emas, dua perak dan satu medali perunggu dalam kurun dua minggu.

Berdasarkan klasemen total medali, Filipina berada di peringkat ke-50 bersama Slovakia.

Dikutip dari Manila Bulletin pada Sabtu (14/8/2021), emas diraih atlet angkat besi Hidilyn Diaz yang juga menjadi juara Olimpiade Filipina pertama, sedangkan dua perak diraih petinju Nesthy Petecio dan Carlo Paalam. Kemudian, Eumir Marcial mengantongi satu perunggu dari cabang olahraga tinju.

Sementara Indonesia berada di urutan ke-55 dengan satu emas, satu perak dan tiga perunggu. Dilanjutkan oleh Thailand yang pulang dengan satu emas dan satu perunggu berada di posisi ke-59. Malaysia membawa satu perak dan satu perunggu untuk posisi ke-74.

Pada SEA Games 2019 lalu, Filipina menyabet 149 medali emas, 117 perak, dan 121 perunggu. Pejabat olahraga berharap semoga di Asian Games Hangzhou di China dan SEA Games di Vietnam, Filipina bisa mengikuti perlombaan dengan sukses.

Sementara itu, Amerika Serikat peraih medali emas terbanyak di Olimpiade dengan 39 medali emas. Cina kekurangan satu medali emas dengan 38, diikuti oleh tuan rumah Jepang dengan 27 dan Inggris dengan 22.

Dibalik negara-negara ASEAN yang berhasil unjuk gigi dengan tampil gemilang di Olimpiade Tokyo 2020, 6 negara di bawah ini belum berhasil membawa pulang satu medali pun untuk negaranya.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

1. Brunei

Ilustrasi bendera Brunei (wikimedia commons)
Ilustrasi bendera Brunei (wikimedia commons)

Dilansir dari laman Olympics, Brunei Darussalam diwakili oleh 3 pesaing di Olimpiade 2016 di Rio de Janeiro. 2 di cabang atletik dan 1 di bulu tangkis. NOC melakukan debut olimpiade pada 1996 dan hanya  melewatkan olimpiade 2008 di Beijing.

Abdul Hakeem Jefri Bolkiah adalah atlet pertama yang mewakili Brunei dalam skeet shooting pada Olimpiade 1996. Ia kemudian menjadi atlet ganda pertama NOC di Olimpiade 2000 di Sydney, yang merupakan satu-satunya atlet dari Brunei yang berkompetisi lebih dari satu kali.

Pada tahun 2012, di London, Maziah Mahusin menjadi atlet putri pertama Brunei saat berlaga di cabang atletik 400m putri.

Di Olimpiade Tokyo 2020 ini, Brunei mengirimkan 1 atlet laki-laki cabang atletik dan 1 atlet laki-laki cabang renang. Sayangnya, tahun ini bukan tahun keberuntungan Brunei.

2. Vietnam

Ilustrasi bendera Vietnam (wikimedia commons)
Ilustrasi bendera Vietnam (wikimedia commons)

Pada Olimpiade 2016 di Rio de Janeiro, Vietnam mengirim 22 atlet untuk bersaing di 10 cabang olahraga olimpiade. Hoang Xuan Vinh, atlet tembak berhasil memenangkan medali emas pertama untuk Vietnam ketika ia memenangkan cabang pistol udara 10m putra dan diikuti dengan medali perak di pistol 50m putra.

Empat medali olimpiade yang dimiliki Vietnam diraih sejak tahun 2000. Yang pertama diraih oleh Ngan Tran Hieu dalam satu-satunya penampilan olimpiadenya. Ia berhasil meraih medali perak untuk cabang kelas bulu taekwondo wanita di Sydney. 8 tahun kemudian, Hoang Anh Tuan berhasil mengangkat total 290 kg di cabang angkat besi 56 kg putra di Beijing tahun 2008 dan meraih medali perak.

Pada Olimpiade Tokyo 2020, Vietnam mengirimkan 18 atlet untuk 11 cabang olahraga. Sayangnya, Vietnam belum berhasil mengantongi satupun medali.

3. Laos

Ilustrasi bendera Laos (wikimedia commons)
Ilustrasi bendera Laos (wikimedia commons)

Laos pertama kali bertanding pada Olimpiade 1980 di Moskow dan hanya melewatkan satu pertandingan sejak saat itu. Pada Olimpiade pertama itu, NOC mengirimkan paling banyak atlet yang terdiri dari 17 pria dan 2 wanita. Sejak 1980, Laos tidak pernah lagi mengirim atlet lebih dari enam orang.

Sebagian atlet Laos berkompetisi di cabang atletik. Namun, juga mewakili NOC dalam cabang renang, tembak, tinju, panah, judo, dan bersepeda jalan.

Pada Olimpiade 2016 di Rio de Janeiro, ada enam atlet dari Laos yang ikut serta. Delegasi di Brasil termasuk atlet Olimpiade termuda NOC. Siri Arun Budcharem, perenang yang mewakili Laos berlaga di 50 m gaya bebas putri di usia 14 tahunnya.

Loas mengirimkan empat atlet yang terdiri dari 1 atlet wanita cabang atletik, satu atlet pria cabang judo, dan masing-masing satu atlet pria dan wanita untuk cabang renang. Sama seperti Brunei dan Vietnam, Laos tidak membawa pulang satu medali pun pada Olimpiade Tokyo 2020.

4. Myanmar

Bendera Myanmar (unsplash)
Bendera Myanmar (unsplash)

Myanmar, negara yang tengah dilanda krisis karena perebutan kekuasaan oleh militer ternyata menyertakan beberapa atletnya untuk berlaga di Olimpiade Tokyo 2020.

Myanmar hanya pernah melewatkan satu Olimpiade sejak partisipasi pertamanya pada tahun 1948. Pada Olimpiade ke-17 sebelum Olimpiade Tokyo 2020, NOC mengirim perwakilan atlet untuk bertanding di cabang atletik, tinju, dan angkat besi.

Thi Win Kay, atlet angkat besi Myanmar berhasil meraih salah satu prestasi terbaik dengan menempati posisi keempat di cabang angkat besi 48 kg putri di Olimipiade Sydney tahun 2000.

Tiga atlet Myanmar telah berpartisipasi dalam tiga edisi Olimpiade Tun Maung Nil, angkat besi (1952-1960), Thein Myint, petinju (1956-1964), dan Khin Khin Htwe, pelari jarak menengah (1988-1996).

Pada olimpiade di Rio tahun 2016, Myanmar mengirim empat pria dan tiga wanita untuk berlaga dalam lima cabang olahraga.

Pada Olimpiade Tokyo 2020, Myanmar mengirim satu atlet pria cabang tembak, dan 1 wanita cabang bulu tangkis. Sayangnya, Thet Htar Thuzar, pebulutangkis wanita Myanmar berhasil dipukul mundur oleh pebulutangkis asal Indonesia, Ina Tunjung dan pebulutangkis asal Belgia, Bel Tan dengan perolehan skor masing-masing 2-0. Sayangnya, dari dua atlet yang dikirim Myanmar, tidak ada satupun yang berhasil mengantongi medali.

Cerita menarik datang dari atlet renang pria asal Myanmar, Win Htet, yang rela melepaskan impiannya berkompetisi di Olimpiade Tokyo 2020 sebagai protesnya terhadap keputusan junta.

5. Singapura

Bendera Singapura (unsplash)
Bendera Singapura (unsplash)

Pada Olimpiade 2016 di Rio de Janeiro, Joseph Schooling berhasil mengantongi medali emas atas gaya kupu-kupunya di cabang renang 100 m putra. Itu adalah medali emas olimpiade pertama NOC sekaligus satu-satunya medali yang dimenangkan di Olimpiade 2016 di brasil.

Schooling juga berkompetisi mewakili Singapura di London tahun 2012 ketika ia berusia 17 tahun.

Medali olimpiade pertama Singapura diklaim oleh Howe-Liang Tan, atlet angkat besi yang berlaga di tiga olimpiade dalam karirnya. Medali dimenangkannya dalam olimpiade kedua yang ia ikuti tahun 1960 ketika ia mengangkat total 380kg ddi cabang 67,5 kg dan 17,5 kg dibelakang peraih medali emas dari Uni Soviet, Viktor Bushuyev.

Pada Olimpiade 2000 di Sydney, Jing Jun Hong menempati urutan keempat dalam cabang tunggal tenis meja putri. Hasil tersebut mengawali perjalanan baik Singapura dalam cabang olahraga tersebut. NOC kemudian memenangkan tiga medali lainnya dalam di cabang olahraga yang sama.

Medali kedua NOC adalah medali perak yang dimenangkan oleh tim tenis meja putri di Olimpiade Beijing 2008, dimana Feng Tianwei kalah dari RRC di final. Feng kemudian memenangkan medali perunggu tunggal di London.

Pada Olimpiade Tokyo 2020, Singapura juga ikut memeriahkan ajang besar ini. Singapura membawa 20 atlet untuk beberapa cabang olahraga, seperti anggar, menyelam, tenis meja, badminton, dan lainnya. Pemerintah Singapura akan memberikan hadiah dan apresiasi yang besar untuk para atlet yang berhasil membawa medali. Namun, sayangnya tidak ada satupun medali yang berhasil dibawa untuk negaranya.

6. Kamboja

Bendera Kamboja
Bendera Kamboja (Pixabay/@Jorono)

Enam atlet mewakili Kamboja di Olimpiade 2016 di Rio de Janeiro dalam empat cabang olahraga, renang, atletik, taekwondo, dan gulat gaya bebas. dua atlet paling tua yang NOC kirim adalah pelari maraton, Nary Ly yang bertanding di usia 44 tahun, dan Hiroshi Neko, yang juga pelari maraton yang bertanding di usia 39 tahun.

Dua atlet olimpiade pertama Kamboja, Isoup Ganthy dan Saing Pen sama-sama berkompetisi di cabang lompat kuaa pada Olimpiade 1956. Kamboja kemudian mengirim atlet ke hanya 2 dari 9 edisi olimpiade berikutnya hingga 1996 di Atlanta. Sejak saat itu, Kamboja berpartisipasi di setiap ajang olimpiade.

Satu-satunya atlet olimpiade yang telah mewakili kamboja dalam tiga edisi Olimpiade adalah Vitiny Hemthon, perenang gaya bebas 50 m putri di Olimpiade tahun 2008, 2012, dan 2016.

Kamboja juga turut berpartisipasi dalam ajang Olimpiade Tokyo 2020. Hanya tiga atlet yang mewakilkan Kamboja untuk 2 cabang olahraga, yakni renang dan atletik. Pada kesempatan ini, usaha para atlet belum membuahkan hasil karena tidak membawa pulang medali satu pun.

 

Reporter: Bunga Ruth

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya