Liputan6.com, Hanoi - Vietnam memberlakukan lockdown di kota terbesarnya, Ho Chi Minh.Â
Dalam aturan lockdown yang dimulai pada Senin (23/8), warga di kota itu akan dilarang meninggalkan rumah mereka - memicu panic buying di sejumlah pusat perbelanjaan.
Baca Juga
Dikutip dari US News, Senin (23/8/2021) kantor berita resmi Vietnam menyebut terjadinya panic buying menggagalkan upaya di Ho Chi Minh menahan wabah COVID-19 yang meningkat.
Advertisement
Antrian panjang warga terlihat di luar pasar dan rak-rak di supermarket di Kota Ho Chi Minh yang sudah kosong pada Sabtu (21/8), menurut saksi mata dan media pemerintah.
"Kelihatannya kacau," kata seseorang warga yang menyebutkan namanya sebagai Nguyen.
"Terlalu banyak orang bergegas keluar untuk membeli makanan dan barang-barang penting untuk hari-hari sulit mereka nantinya," terang Nguyen, kepada kantor berita Reuters.Â
"Saya berhasil mendapat beberapa makanan, karena saya tidak ingin mati kelaparan sebelum mati karena Virus Corona," ujarnya.
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Vietnam Kerahkan Pasukan di Ho Chi Minh Untuk Amankan Lockdown
Sebelumnya, pada 20 Agustus 2021, otoritas Vietnam mengatakan mereka juga akan mengerahkan pasukan di Ho Chi Minh untuk mengamankan lockdown, dan mengirimkan pasokan makanan kepada warga - ketika kota itu beralih ke langkah-langkah drastis guna mengurangi tingkat kematian akibat COVID-19.
Vietnam telah mencatat 323.000 infeksi covid-19 dan 7.540 kematian, dengan Kota Ho Chi Minh menyumbang lebih dari setengah kasus dan 80% kematian, menurut kementerian kesehatan negara tersebut.
"Kota ini siap dengan langkah-langkah untuk memasok makanan dan barang-barang penting bagi penduduk," kata Phan Van Mai, wakil kepala satuan tugas COVID-19 di Ho Chi Minh.
Partai Komunis Vietnam yang berkuasa juga mengumumkan keputusan untuk menggantikan Nguyen Thanh Phong sebagai ketua Komite Rakyat kota itu.
Alasan dibalik keputusan tersebut tidak diketahui, tetapi para analis mengutip penanganan wabah yang buruk.
Advertisement