Jurus Sekolah Jepang Redam Kasus Bunuh Diri pada Pelajar Saat Pandemi COVID-19

Sekolah-sekolah di seluruh Jepang bergerak meredam kenaikan kasus bunuh diri pada pelajar yang terjadi selama pandemi COVID-19.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 26 Agu 2021, 11:25 WIB
Diterbitkan 26 Agu 2021, 11:25 WIB
Ilustrasi Anak Sekolah di Jepang.
Anak Sekolah di Jepang.(AFP/ Odd Andersen)

Liputan6.com, Tokyo - Sekolah-sekolah di seluruh Jepang mengambil tindakan terhadap kenaikan kasus bunuh diri pada pelajar yang terjadi selama pandemi COVID-19. 

Laporan media lokal menyebut, sekolah-sekolah di Jepang kini mengadakan sesi yang membahas tentang kesehatan mental dan membantu para murid melaporkan kondisi mereka dengan menggunakan teknologi.

Seperti dilansir dari laman Xinhuanet, Kamis (26/8/2021), Jepang melaporkan rekor kematian pelajar akibat bunuh diri di tengah pandemi 2020 lalu. Saat itu tercatat sebanyak 499 kematian.

Menurut data pemerintah Jepang, tingginya jumlah kasus bunuh diri pelajar terjadi karena banyak dari mereka diyakini merasa kesepian selama penutupan sekolah berbulan-bulan untuk mencegah penyebaran COVID-19.

Angka kasus bunuh diri untuk paruh pertama tahun 2021 juga lebih tinggi dari tahun sebelumnya.

Pada sesi pendidikan kesehatan mental yang diselenggarakan oleh sebuah sekolah menengah pertama di Prefektur Wakayama, Jepang barat pada Maret 2021, seorang konselor sekolah menjelaskan kepada sekitar 140 muridnya bagaimana mengenali tanda-tanda yang menunjukkan kemungkinan masalah kesehatan mental.

Seorang konselor di sekolah, yaitu Eriko Fujita (54) yang juga merupakan seorang psikolog bersertifikat, menyarankan siswa kelas dua SMP untuk berhati-hati terhadap perubahan kebiasaan mereka, seperti memakan lebih banyak makanan penutup dan menghabiskan lebih banyak waktu untuk hewan peliharaan daripada biasanya.

"Anda dapat mempelajari kondisi mental Anda dengan memperhatikan perubahan kesehatan fisik dan perilaku Anda," kata Fujita kepada media lokal.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Fasilitas Lewat Sebuah Aplikasi

Cuaca Panas Melanda Jepang
Orang-orang yang memakai masker untuk melindungi dari penyebaran virus corona berjalan di bawah terik matahari di distrik Perbelanjaan Ginza di Tokyo, Selasa (10/8/2021). (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Seorang siswi SMA, yang berpartisipasi dalam sesi untuk berbagi pengalamannya, mengatakan bahwa dia telah meminta bantuan dari otoritas setempat ketika dia merasa kesehatan mentalnya memburuk.

Siswi itu mengungkap, bahwa ia tidak perlu ragu untuk mengirimkan sinyal SOS.

Sejak sesi pendidikan kesehatan mental dibuka, semakin banyak pelajar di sekolah, yang berafiliasi dengan Fakultas Pendidikan Wakayama University, berkonsultasi dengan guru tentang kondisi mental mereka.

"Kesadaran bahwa mencari bantuan itu penting telah menyebar," kata Fujita.

Pada April 2021, dewan pendidikan kota Osaka memperkenalkan aplikasi bernama "weather of the heart" guna memantau kesehatan mental para pelajar.

Aplikasi ini diinstal ke komputer tablet yang digunakan oleh semua pelajar di sekolah dasar dan sekolah menengah pertama yang dioperasikan oleh kota di barat Jepang tersebut.

Dalam fitur aplikasi itu, para murid bisa memilih satu bagian kondisi yang diilustrasikan sebagai "cerah", "mendung", "hujan" dan "guntur" untuk menunjukkan perasaan mereka.

Hasil dari aplikasi tersebut kemudian secara otomatis dikirimkan guru mereka, guna memperhatikan perubahan suasana hati murid yang memilih kondisi yang berbeda dari sebelumnya.

Ini bisa membantu guru muda dengan pengalaman mengajar yang masih kurang, kata seorang anggota dewan pendidikan di Osaka.

Data menunjukkan bahwa berdasarkan bulan, jumlah kasus bunuh diri pelajar tertinggi di Jepang pada tahun 2020 dilaporkan pada bulan Agustus yaitu sebanyak 65 orang, diikuti oleh 55 pada bulan September.

Angka-angka tersebut menunjukkan ada siswa yang merasa tertekan secara psikologis ketika mereka kembali ke sekolah setelah liburan musim panas yang panjang.

Tetsuro Noda, seorang profesor di Hyogo University of Teacher Education, mengatakan kepada media lokal bahwa sekolah diharuskan menyiapkan sistem untuk menanggapi panggilan SOS dari murid mereka dengan hati-hati, dan juga penting untuk memfasilitasi lingkungan agar para murid dapat dengan mudah menjangkaunya. 

"Pemerintah perlu memperluas pendampingan di sekolah dengan menambah jumlah guru atau konselor," tambah Noda.

KONTAK BANTUAN

Bunuh diri bukan jawaban apalagi solusi dari semua permasalahan hidup yang seringkali menghimpit. Bila Anda, teman, saudara, atau keluarga yang Anda kenal sedang mengalami masa sulit, dilanda depresi dan merasakan dorongan untuk bunuh diri, sangat disarankan menghubungi dokter kesehatan jiwa di fasilitas kesehatan (Puskesmas atau Rumah Sakit) terdekat.

Bisa juga mengunduh aplikasi Sahabatku: https://play.google.com/store/apps/details?id=com.tldigital.sahabatku

Atau hubungi Call Center 24 jam Halo Kemenkes 1500-567 yang melayani berbagai pengaduan, permintaan, dan saran masyarakat.

Anda juga bisa mengirim pesan singkat ke 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan alamat surat elektronik (surel) kontak@kemkes.go.id.

Infografis 4 Tips Jaga Kesehatan Mental Saat Pandemi COVID-19

Infografis 4 Tips Jaga Kesehatan Mental Saat Pandemi Covid-19. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis 4 Tips Jaga Kesehatan Mental Saat Pandemi COVID-19. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya