Liputan6.com, Jakarta - CDC Chief Medical Officer, Dr. Mitchell Wolfe dan CDC Southeast Asia Regional Director, Dr. John MacArthur menyampaikan sambutan mereka atas dibukanya Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Amerika Serikat (CDC) cabang Asia Tenggara di Hanoi, Vietnam.
"Setelah sebelumnya menghabiskan sepuluh tahun tinggal dan bekerja untuk CDC di Vietnam dan Thailand, saya sangat bangga dengan hubungan kuat yang dimiliki CDC dengan wilayah ini," kata Dr. Wolfe, dalam teleconference bersama media pada Jumat (27/8/2021).
Baca Juga
Dr. Wolfe membeberkan bahwa CDC AS telah bekerja secara global selama lebih dari 70 tahun, dan pandemi COVID-19 telah menunjukkan sesuatu yang diketahui sejak lama
Advertisement
"Penyakit di mana pun adalah ancaman penyakit di mana-mana, dan kita semua harus bekerja sama untuk menghentikan penyakit di sumbernya, dan untuk mencegah penyebarannya," tuturnya.
Selanjutnya, Dr. MacArthur menyampaikan, "Saya sangat senang dan merasa terhormat menjadi bagian dari babak terakhir ini dalam sejarah berkelanjutan dari pekerjaan kami di seluruh wilayah kritis ini.
Saat ditanya mengenai alasan dipilihnya Vietnam sebagai lokasi CDC cabang Asia Tenggara, Dr. MacArthur mengatakan bahwa negara itu dipilih sebagai platform regional karena hubungan yang sukses dan infrastruktur yang dikembangkan melalui program yang AS miliki selama bertahun-tahun di negara tersebut - termasuk PEPFAR, atau Rencana Darurat Presiden untuk Bantuan AIDS, dan pekerjaan keamanan kesehatan global AS.
"Kami menyadari bahwa Vietnam adalah peserta aktif dalam badan-badan regional seperti ASEAN. Mereka juga sangat aktif dalam Global Health Security Agenda. Kementerian Kesehatan Vietnam mendukung fokus regional yang dimiliki CDC dan sangat tertarik untuk bekerja sama dengan kita," jelas Dr. MacArthur.
"Mereka menyambut kantor CDC dan sangat, sangat kolaboratif, saya pikir seperti yang disaksikan oleh delegasi tingkat tinggi dalam peresmian pada Rabu (27/8/)," tambahnya.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Respons CDC AS Soal Penyebaran Vaksin COVID-19 di Indonesia
Saat ditanya soal penyebaran vaksin COVID-19 di Indonesia, dan kooperasi AS di Tanah Air terkait penanganan COVID-19 di Tanah Air,, Dr. MacArthur menjawab: "Indonesia, tentu saja, dengan kondisi negaranya, memberikan tantangan logistik untuk penyebaran vaksin karena jumlah pulau dan lain sebagainya. Kita (AS) memiliki kantor CDC di Indonesia yang telah kita miliki selama bertahun-tahun. Fokus utama mereka adalah pada jaminan kesehatan".
Dr. MacArthur juga menyebutkan bahwa salah satu direktur CDC AS, Dr. Bill Hawley, kini sedang melakukan perjalanan keduanya ke Indonesia. Perjalanan itu termasuk mengenal budaya Tanah Air dan mengenal orang-orang dalam pelayanan CDC.
"Saya pikir DIA benar-benar berusaha untuk memajukan program kita (CDC) secara efektif di sana," kata Dr. MacArthur.
Dr. MacArthur kemudian melanjutkan dengan membahas bagaimana Indonesia telah mengalami masa sulit sejak awal pandemi COVID-19 dalam jumlah kasus.
"Saya pikir jika Anda melihat jumlah total kasus di Indonesia, ada lebih dari 4 juta pada saat ini, yang merupakan jumlah tertinggi di Asia Tenggara. Tetapi Anda juga harus mengakui bahwa mereka memiliki populasi terbesar di Asia Tenggara. Jadi jika Anda, sekali lagi, melihat kasus per populasi, maka kasus tersebut cenderung berada di suatu tempat di tengah dan bukannya menjadi yang tertinggi," imbuh Dr. MacArthur.
Dr. MacArthur pun melihat kemajuan penanganan COVID-19 di Indonesia
"Saya pikir kabar baiknya di Indonesia sekarang adalah kita melihat kemajuan, terutama di Jakarta dan beberapa daerah perkotaan di mana kita melihat jumlah kasus mulai menurun. Saya tidak berpikir kita bisa melepaskan kaki kita dari pedal akselerator. Saya pikir masih ada jalan panjang dan banyak upaya, tetapi kita melihat kemajuan, yang merupakan berita fantastis," tuturnya.
Ditambah lagi, dengan peluncuran vaksin COVID-19 di Indonesia saat ini, yang membantu pencegahan infeksi COVID-19 yang parah.
"Mereka (Indonesia) telah meluncurkan vaksin. Saya pikir pada saat ini mereka memiliki sekitar 12 persen dari populasi yang memenuhi syarat untuk menerima vaksin, dan telah divaksinasi sepenuhnya; sekitar 22 persen dari populasi yang memenuhi syarat untuk menerima vaksin telah memiliki setidaknya satu dosis. Jadi mereka masih memiliki, sekali lagi, beberapa pekerjaan yang harus dilakukan untuk mencapai target mereka sekitar 70 persen, tetapi mereka sedang mengusahakannya," jelas Dr. MacArthur.
Advertisement