Sempat Ditunda, Kini Para Pemimpin Dunia Hadir di Konferensi Perubahan Iklim COP26

Konferensi COP26 ini meruapakan siklus tinjauan lima tahun lalu di bawah Perjanjian Paris yang ditandatangani pada tahun 2015.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 01 Nov 2021, 11:37 WIB
Diterbitkan 01 Nov 2021, 11:32 WIB
Jokowi tiba di Glasgow, Skotlandia untuk mengikuti KTT COP26
Presiden Jokowi dan rombongan tiba di Glasgow, Skotlandia untuk mengikuti KTT COP26. (Foto: Sekretariat Presiden)

Liputan6.com, London - Konferensi tentang Perubahan Iklim (COP26) ke-26 yang sempat tertunda satu tahun karena pandemi COVID-19, dimulai pada Minggu (31/10) di Glasgow, Skotlandia.

Konferensi COP26 ini meruapakan siklus tinjauan lima tahun lalu di bawah Perjanjian Paris yang ditandatangani pada tahun 2015, demikian dikutip dari laman Xinhua, Senin (1/11/2021).

Para delegasi diharapkan untuk meninjau kemajuan secara keseluruhan dan merencanakan tindakan masa depan tentang perubahan iklim dalam dua minggu mendatang.

Konferensi ini diadakan pada saat dunia telah melalui serangkaian bencana cuaca terkait perubahan iklim, mulai dari banjir besar hingga kebakaran hutan.

Isu-isu yang menjadi agenda utama termasuk finalisasi aturan dan pemenuhan janji negara-negara kaya yang belum terpenuhi kepada negara-negara berkembang untuk membantu mereka mengatasi tantangan terkait iklim.

Presiden COP26 Alok Sharma mengatakan dalam pidatonya pada upacara pembukaan: "Kami menunda COP26 setahun. Tetapi selama tahun itu, perubahan iklim tidak mengambil cuti."

"Kita tahu bahwa planet kita bersama berubah menjadi lebih buruk. Dan kita hanya dapat mengatasinya bersama, melalui sistem internasional ini. Dan jika kita bertindak sekarang, dan kita bertindak bersama, kita dapat melindungi planet kita yang berharga," tambahnya.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Indonesia Berpotensi Jadi Negara Adidaya Iklim

Dubes Inggris untuk Indonesia dan Timor Leste, Owen Jenkins dalam briefing terkait KTT COP26, Kamis (28/10/2021).
Dubes Inggris untuk Indonesia dan Timor Leste, Owen Jenkins dalam briefing terkait KTT COP26, Kamis (28/10/2021). (Dok: Benedikta Miranti T.V)

Indonesia disebut berpotensi untuk menjadi negara adidaya iklim dengan kekayaan sumber daya alam yang dimilikinya. 

Maka dari itu, Inggris pun menyatakan dukungannya bagi Indonesia dan sejumlah negara berkembang lainnya dalam mewujudkan upaya untuk mengurangi emisi global.

"Kami sangat memahami bahwa Indonesia dan negara berkembang lainnya membutuhkan dukungan, membutuhkan biaya, membutuhkan investasi untuk mencapainya. Dan itu adalah sesuatu yang sangat ingin kami berikan dan dukung," ujar Dubes Owen Jenkins dalam press briefing KTT COP26, Kamis (28/10/2021). 

Ia menambahkan bahwa Inggris pun merasa bangga dengan kemitraan yang telah terjalin antara kedua negara, khususnya di bidang kehutanan dan tata guna lahan yang telah berjalan 20 tahun.

"Dan dalam kolaborasi baru kami di bidang energi yang akan mempercepat transisi menuju energi terbarukan. Kami ingin terus memberikan pengetahuan bahwa kami memiliki lebih banyak dukungan keuangan dan bantuan teknis dalam hal itu," tambah Dubes Owen lagi. 

Lebih lanjut lagi, Dubes Owen Jenkins menyatakan bahwa ia sangat mengapresiasi upaya Indonesia terkait hal ini.

"Saya juga ingin menyampaikan apresiasi saya yang tinggi kepada pemerintah Indonesia, atas kemajuan dan ambisi yang ditunjukkannya dalam mengurangi emisi, khususnya di sektor kehutanan dan penggunaan lahan," paparnya.

"Kami sangat menyambut ambisi Tinggi ini, yang telah ditetapkan oleh Indonesia sendiri dan berkomitmen untuk mendukungnya dalam memajukan target ini," tambahnya lagi. 

Ia berharap Indonesia bisa menjadi seambisius mungkin, dan mengupayakan kerja sama menuju tujuan ini.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya