Liputan6.com, Nairobi - Meningkatnya suhu laut dan penangkapan ikan yang berlebihan mengancam terumbu karang di Samudra Hindia bagian barat dengan kehancuran total dalam 50 tahun ke depan, menurut sebuah studi ekosistem laut.
Temuan yang diterbitkan dalam jurnal Nature Sustainability pada Senin 6 Desember 2021 memperingatkan, terumbu karang di sepanjang pantai timur Afrika dan negara-negara kepulauan seperti Mauritius dan Seychelles menghadapi risiko kepunahan yang tinggi kecuali adanya tindakan yang segera diambil.
Advertisement
Baca Juga
Untuk pertama kalinya, para peneliti dapat menilai kerentanan masing-masing terumbu di bagian barat Samudra Hindia, dan mengidentifikasi ancaman utama terhadap kesehatan karang, demikian dilansir dari Global Times, Kamis (9/12/2021).
Mereka menemukan bahwa semua terumbu di wilayah ini menghadapi "kehancuran ekosistem total dan kerusakan permanen" dalam beberapa dekade, dan pemanasan laut berarti beberapa habitat karang sudah terancam punah.
"Temuan ini cukup serius. Terumbu karang ini rentan terhadap keruntuhan," kata penulis utama David Obura, direktur pendiri di CORDIO Afrika Timur, sebuah lembaga penelitian kelautan yang berbasis di Kenya, kepada AFP.
"Tidak ada tempat di wilayah di mana terumbu karang dalam keadaan sehat sepenuhnya. Mereka semua agak menurun, dan itu akan terus berlanjut."
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Menjadi Penopang Ekosistem Laut
Studi tersebut, yang ditulis bersama dengan International Union for Conservation of Nature, menilai 11.919 kilometer persegi terumbu karang, mewakili sekitar 5 persen dari total global.
Terumbu karang yang berbatasan dengan negara-negara pulau yang indah seperti Mauritius, Seychelles, dan Madagaskar paling berisiko. Di mana pulau tersebut menjadi tujuan ekowisata populer yang sangat bergantung pada lingkungan laut, kata para peneliti.
Terumbu karang hanya menutupi sebagian kecil (0,2 persen) dari dasar laut, tetapi mereka adalah rumah bagi setidaknya seperempat dari semua hewan dan tumbuhan laut.
Selain menopang ekosistem laut, mereka juga menyediakan protein, pekerjaan, dan perlindungan dari badai dan erosi garis pantai bagi ratusan juta orang di seluruh dunia.
David mengatakan terumbu karang yang sehat sangat berharga dan kehilangannya akan mengakibatkan kerusakan ganda.
“Untuk keanekaragaman hayati, tetapi juga segala macam ekonomi pesisir yang bergantung pada terumbu karang,” katanya.
Advertisement
Perubahan Iklim Mengancam Laut
Perubahan iklim merupakan ancaman terbesar bagi kesehatan karang secara keseluruhan di Samudra Hindia bagian barat, tempat para ilmuwan mengatakan suhu air laut memanas lebih cepat daripada di bagian lain dunia.
Lautan menyerap lebih dari 90 persen kelebihan panas dari emisi gas rumah kaca, melindungi permukaan tanah, tetapi menghasilkan gelombang panas laut yang besar dan tahan lama yang mendorong banyak spesies karang melewati batas toleransinya.
Namun, di sepanjang pantai timur Afrika dari Kenya hingga Afrika Selatan, tekanan dari penangkapan ikan yang berlebihan juga diidentifikasi dalam studi terbaru ini sebagai momok besar lainnya pada ekosistem terumbu karang.
Ini menggarisbawahi kebutuhan untuk segera mengatasi ancaman global terhadap terumbu karang dari perubahan iklim, dan ancaman lokal seperti penangkapan ikan yang berlebihan, kata David.
"Kita perlu memberikan kesempatan terbaik bagi terumbu karang ini. Untuk melakukan itu, kita harus mengurangi pendorong, membalikkan tekanan pada terumbu karang," tambahnya.
Reporter: Cindy Damara
Infografis Klaim China Vs Indonesia Terkait Laut China Selatan
Advertisement