Liputan6.com, Jakarta - Perusahaan vaksin Moderna telah melakukan uji klinis vaksin untuk melawan varian Omicron dari COVID-19. Ini adalah jenis vaksin booster.Â
Dilaporkan VOA Indonesia, Jumat (28/1/2022), uji coba akan melibatkan total 600 orang dewasa, di mana setengahnya telah menerima dua dosis vaksin COVID-19 Moderna setidaknya enam bulan lalu, dan setengahnya lagi telah menerima dua dosis ditambah dosis booster yang diizinkan sebelumnya.Â
Advertisement
Baca Juga
Jadi, booster yang khusus menarget varian omicron ini akan dievaluasi sebagai dosis ketiga dan keempat.
Perusahaan itu juga melaporkan hasil efikasi booster yang diizinkan sebelumnya dalam melawan omicron. Dikatakan bahwa enam bulan setelah suntikan booster, tingkat antibodi penetral melawan omicron berkurang enam kali lipat dari puncak yang diamati 29 hari setelah suntikan. Tetapi, kata perusahaan itu, antibodi tersebut tetap terdeteksi pada semua peserta uji klinis.
Data-data ini diperoleh dengan mempelajari darah dari 20 orang yang menerima booster 50 mikrogram, setengah dari jumlah dua suntikan pertama. "Kami diyakinkan oleh ketahanan antibodi dalam melawan omicron, enam bulan setelah booster yang saat ini disetujui", kata Stephane Bancel, kepala eksekutif Moderna, dalam pernyataan.
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Pfizer Juga Siapkan Vaksin Khusus Omicron
Pernyataan Moderna muncul sehari setelah saingannya, Pfizer dan BioNTech mengatakan telah memulai melakukan uji klinis untuk vaksin khusus omicron.
Kedua vaksin itu didasarkan pada teknologi messenger RNA, yang membuatnya relatif mudah untuk diperbarui agar bisa mengikuti mutasi khusus untuk varian baru.
Beberapa negara, termasuk Amerika Serikat, mulai melihat penurunan kasus yang terkait gelombang penularan omicron, varian paling menular yang sejauh ini terdeteksi, tetapi jumlah penularan di seluruh dunia terus meningkat.
Hingga Jumat ini, kasus COVID-19 di dunia terpantau meningkat. Ada nyaris 80 juta kasus baru COVID-19 dalam 28 hari terakhir menurut data Johns Hopkins University.
Advertisement