Liputan6.com, Beijing - Kepala badan antidoping China mengatakan bahwa negaranya bergabung dalam upaya pengembangan metode tes inovatif untuk mendeteksi zat-zat terlarang dalam darah kering, setelah negara tersebut akan secara resmi menerapkan metode tersebut dalam Olimpiade Musim Dingin Beijing mendatang.
Tes bercak darah kering (dried blood spot/DBS), yang digunakan dalam Olimpiade Tokyo tahun lalu untuk uji coba dan digunakan pada Olimpiade Beijing 2022 ini, hanya membutuhkan beberapa tetes darah dari ujung jari atlet untuk dikeringkan di atas kertas pengering agar para ilmuwan dapat menganalisis zat-zat tertentu.
Direktur Badan Antidoping China (China Anti-Doping Agency/CHINADA) Chen Zhiyu mengatakan metode baru ini lahir dari upaya bersama internasional dan memiliki potensi besar untuk membantu memerangi doping.
Advertisement
"DBS dikembangkan bersama antara lain oleh Komite Olimpiade Internasional, Badan Antidoping Dunia, Badan Tes Internasional, dan CHINADA, serta USADA," tutur Chen seperti dikutip dari Xinhua, Rabu (2/2/2022).
"Ini pertama kalinya China berpartisipasi dalam proses penuh dari sebuah proyek inovatif di bidang antidoping. Kami menjadi bagian dari badan pembuat keputusan untuk menetapkan aturan dan bergabung dengan riset untuk teknologi serta alat uji," urainya.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Sudah Melakukan 400 Tes
China melakukan lebih dari 400 tes DBS menjelang Olimpiade Tokyo dan menggunakan metode ini di ajang National Games tahun lalu di Shaanxi.
"Kami melakukan lebih dari 300 tes DBS terhadap atlet-atlet Olimpiade Musim Dingin kami selama persiapan untuk Olimpiade Beijing 2022," lanjut Chen.
"Tes ini inovatif maupun revolusioner dalam perang melawan doping," imbuhnya.
Badan Antidoping Dunia (World Anti-Doping Agency/WADA) memuji metode tes tersebut sebagai "tambahan yang sangat berharga bagi program uji ini" karena metode tersebut jauh lebih tidak invasif daripada tes darah tradisional serta mudah untuk penyimpanan dan transportasi.
"Metode ini dapat digunakan untuk melengkapi praktik antidoping yang ada saat ini, khususnya, memfasilitasi analisis senyawa-senyawa yang tidak stabil serta meningkatkan jumlah atlet yang dapat diuji di lokasi-lokasi lebih terpencil di dunia dari tempat yang sampel darah tradisional sulit untuk diangkut," kata Presiden WADA Witold Banka setelah Komite Eksekutif WADA menyetujui Dokumen Teknis untuk DBS pada tahun lalu.
Advertisement