Liputan6.com, Kiev - Senat Amerika Serikat menyetujui paket untuk memberikan bantuan sebesar US$ 13,6 miliar untuk Ukraina yang tengah digempur Rusia.
Dikutip dari laman BBC, Jumat (11/3/2022), setelah menyetujui, Senat AS mengirimkan tagihan tersebut ke Gedung Putih untuk ditandatangani oleh Presiden Joe Biden.
Advertisement
Baca Juga
Ketentuan tersebut merupakan bagian dari tagihan pengeluaran pemerintah yang lebih besar, dan disetujui setelah Demokrat membatalkan dana untuk bantuan COVID-19 karena perlawanan dari oposisi Partai Republik.
"Kami memberikan miliaran kepada Ukraina untuk makanan, obat-obatan, tempat tinggal, dan dukungan untuk lebih dari dua juta pengungsi yang harus meninggalkan Ukraina," ujar Pemimpin Mayoritas Senat Demokrat, Chuck Schumer menjelang pemungutan suara.
"Bukan hanya makanan, ada pendanaan untuk transfer senjata seperti Javelins dan Stingers (rudal)," tambahnya.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
IMF Ramal Rusia Masuk Resesi Imbas Perang dengan Ukraina
Managing Director Dana Moneter Internasional (IMF) Kristalina Georgieva meyakini jika Rusia akan masuk ke dalam resesi.
Namun belum diketahui pasti apakah negara-negara tetangga di Eropa dan Asia akan mengalami nasib yang sama seperti Rusia.
Kekhawatiran IMF muncul seiring pengetatan kondisi ekonomi sebagai akibat dari peristiwa dua pekan terakhir dapat menghambat negara-negara yang sudah lambat pulih dari pandemi Covid-19, katanya.
"Itu mungkin berarti beberapa pemicu ketakutan resesi," ujar kata Georgieva, dikutip dari CNBC International, Jumat (11/3/2022).
IMF juga kemungkinan akan memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi global, karena terjadinya invasi Rusia di Ukraina.
"Kami berpikir akan menurunkan proyeksi pertumbuhan sebagai akibat dari krisis (Rusia Ukraina), tetapi kami masih berharap dunia berada di wilayah pertumbuhan yang positif," jelas dia.
Dikatakan banyak ketidakpastian dampak perang Rusia Ukraina. "Jelas, dari berapa lama perang ini berlangsung adalah faktor ketidakpastian utama yang kita hadapi," ujarnya.
Advertisement