Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Luar Negeri RI telah memantau terjadinya peningkatan aksi kekerasan bersenjata di Amerika Serikat. Dalam laporan yg disampaikan oleh perwakilan di AS pada April 2022, ada 2 kejadian (di Brooklyn NY dan di South Carolina).
"Ada 365 WNI kita yang tinggal di South Carolina.Pada 14 Mei terjadi penembakan massal di Buffalo NY, ada 57 WNI kita di Buffalo," ujar Judha Nugraha dalam press briefing, Kamis (19/5/2022).
Advertisement
Baca Juga
"Pada 15 Mei 2022, terjadi penembakan di Geneva Presbyterian Church di Laguna Woods, California. Gereja ini digunakan secara bergantian oleh komunitas Taiwan dan komunitas gereja protestan Indonesia. Tapo pada saat kejadian bukan giliran gereja protestan Indonesia."
"Jadi dari serangkaian peristiwa kekerasan bersenjata tersebut tidak ada korban WNI."
Semakin maraknya aksi kekerasan bersenjata tentu menimbulkan kekhawatiran dan meningkatkan kewaspadaan dari seluruh perwakilan RI yang ada di AS. "Kita punya 6 perwakilan RI di seluruh AS (Washington DC ada KBRI, lalu KJRI ada di LA, SF, Houston, NY, Chicago)," ujar Judha Nugraha.
Mengantisipasi kasus serupa, pemerintah Indonesia menjalin komunikasi intensif dan pertemuan dengan komunitas masyarakat Indonesia. "Kita juga mempererat koordinasi dengan otoritas setempat, terutama otoritas keamanan."
"Kita menyampaikan imbauan melaluai berbagai macam platform. Kita minta agar WNI berhati-hati dan meningkatkan kewaspadaan. Menghindari jalan sendirian, gunakan buddy system (bersama teman ketika berjalan). Hindari tempat-tempat rawan. Dalam keadaan darurat segera hubungi otoritas keamanan setempat dan perwakilan RI yang ada di wilayah terdekat.'
Semua perwakilan RI juga telah memiliki nomor hotline, yang bisa dihubungi nomor hotline tersebut. Untuk melaporkan kasus juga bisa secara online melalui portal perlindungan WNI atau aplikasi SafeTravel Kemlu.
"Di situ semua informasi nomor hotline bisa diakses dan ada platform darurat yang bisa segera direspon oleh perwakilan kita."
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Polisi AS Sebut Penembakan di Supermarket Tops Buffalo Bermotif Rasial
Penembakan di sebuah supermarket di Kota Buffalo, New York, AS tengah jadi sorotan.
Mengutip VOA Indonesia, Senin (16/5/2022), seorang remaja bersenjata yang mengenakan perlengkapan militer dan melakukan streaming langsung dengan kamera di helmnya, dilaporkan melepaskan tembakan dengan senapan di sebuah supermarket di Buffalo, New York.
Peristiwa penembakan di Buffalo itu digambarkan pihak berwenang sebagai "kekerasan ekstremisme bermotif rasial," yang menewaskan 10 orang dan melukai tiga lainnya Sabtu 14 Mei, kemudian penembak itu menyerah.
Pejabat polisi mengatakan pria bersenjata itu, Payton Gendron, remaja kulit putih berusia 18 tahun, mengenakan pelindung tubuh dan pakaian gaya militer ketika melepaskan tembakan di Tops Friendly Market sambil direkam melalui kamera yang dipasang di helm si penembak.
Gubernur New York, Kathy Hochul mengatakan, "Ini adalah komunitas saya. Saya mengenal komunitas ini dengan baik. Saya berjalan di jalan-jalan ini. Saya mengenal orang-perorang yang tinggal di sini, lingkungan yang indah dan akrab. Melihat rasa aman itu dihancurkan oleh seseorang, seorang supremasi kulit putih yang terlibat dalam aksi terorisme dengan cara yang berhati dingin, kejam, penuh perhitungan, eksekusi ala militer menarget orang-orang yang hanya ingin membeli bahan makanan di toko lingkungan, pasti akan kami tuntut!"
Gubernur Kathy Hochul berjanji melakukan tindakan agresif terhadap supremasi kulit putih dan mendesak media sosial untuk waspada dalam memantau isi di media.
Polisi mengatakankorban meninggal dalam penembakan supermarket Buffalo 11 di antaranya berkulit hitam dan dua lainnya berkulit putih.
Pasar swalayan itu berada di lingkungan dengan mayoritas penghuni berkulit hitam, beberapa kilometer di utara pusat Kota Buffalo.
Advertisement
Latar Belakang Penembak
Sementara, Presiden AS Joe Biden mengatakan bahwa Departemen Kehakiman AS sedang menyelidiki penembakan itu sebagai kejahatan ras, dan menambahkan, "Kita semua harus bekerja sama untuk mengatasi kebencian yang tetap menjadi noda di Amerika."
Penembak itu dikenal dengan nama Payton Gendron, berasal dari Conklin, sebuah komunitas negara bagian New York, sekitar 330 kilometer tenggara kota Buffalo. Ia berkulit putih dan 11 dari 13 korban penembakan itu berkulit hitam.
Pihak berwenang mengatakan, ia melakukan penembakan itu pada Sabtu sore, dengan mengenakan perlengkapan militer dan merekamnya dengan kamera yang dipasang di helm. Akhirnya ia menjatuhkan senjatanya dan menyerah kepada polisi di dalam pasar swalayan Tops Friendly Market, yang terletak di lingkungan warga kulit hitam di kota yang berpenduduk lebih dari seperempat juta jiwa.
Penjaga Keamanan, Pahlawan
Mengutip Associated Press, Aaron Salter menjadi pahlawan dalam peristiwa penembakan di supermarket Tops.
Ia adalah anggota komunitas dan penjaga keamanan tercinta yang mengenal pembeli di Supermarket Tops dengan nama. Ketika mereka diserang oleh seorang pria bersenjata dengan senapan, Salter langsung beraksi.
Pensiunan polisi Buffalo melepaskan tembakkan beberapa kali ke arah penyerang, mengenai rompi anti-pelurunya setidaknya sekali. Pelurunya tidak menembus, dan Salter, 55, tertembak dan terbunuh.
"Dia pahlawan sejati," kata Komisaris Polisi Buffalo Joseph Gramaglia, Minggu. “Bisa saja ada lebih banyak korban jika bukan karena tindakannya.”
Salter adalah salah satu dari 10 orang yang tewas dalam serangan yang korbannya merupakan bagian dari kehidupan di lingkungan yang didominasi kulit hitam di Buffalo, New York. Mereka ditembak mati oleh seorang pria kulit putih yang menurut pihak berwenang muncul di toko dengan "tujuan tegas" untuk membunuh orang kulit hitam. Tiga lainnya terluka.
Semua kecuali satu orang yang tewas berusia di atas 50 tahun, menurut polisi.
Advertisement