Plot Pembunuhan Eks Presiden AS George W Bush oleh Simpatisan ISIS Digagalkan FBI

FBI menggagalkan rencana teror simpatisan ISIS untuk membunuh mantan presiden AS George W Bush

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 25 Mei 2022, 11:03 WIB
Diterbitkan 25 Mei 2022, 11:03 WIB
George W. Bush (AFP)
George W. Bush (AFP)

Liputan6.com, Washington D.C - Seorang simpatisan ISIS berencana membunuh mantan Presiden AS George W Bush, tetapi plot itu diketahui oleh FBI, otoritas AS telah mengungkapkan.

Tersangka, seorang penduduk Ohio, diduga berusaha menyelundupkan operasi Irak ke AS dari Meksiko untuk operasi pembunuhan George W Bush tersebut.

Tersangka sekarang dalam tahanan dan muncul di pengadilan federal di Ohio pada Selasa (25/5/2022) seperti dikutip dari BBC.

FBI menggunakan informan dan pengawasan elektronik untuk menggagalkan rencananya.

Menurut dokumen pengadilan, tersangka - yang diidentifikasi sebagai Shihab Ahmed Shihab, 52 - adalah warga negara Irak yang telah berada di AS sejak 2020 dan memiliki permohonan suaka yang tertunda.

FBI mengklaim bahwa Shihab mengatakan kepada sebuah sumber rahasia, yang mengaku sebagai penyelundup manusia, bahwa ia termasuk dalam kelompok yang dikenal sebagai Al-Raed - bahasa Arab untuk guntur - yang berbasis di Qatar.

Dalam percakapan dengan sumber FBI, Shihab mengatakan dia ingin membunuh Bush karena "membunuh banyak orang Irak" dan "memecah belah" Irak.

Dia menambahkan bahwa dirinya berharap ikut ambil bagian dalam operasi secara pribadi "dan tidak peduli jika dia meninggal, karena dia akan bangga terlibat".

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

 

Upaya Melancarkan Teror

Ilustrasi militan ISIS (AFP)
Ilustrasi militan ISIS (AFP)

Shihab diduga mencari lencana polisi palsu dan menanyakan apakah gerilyawan dapat diselundupkan melintasi perbatasan Meksiko untuk melakukan operasi dan kemudian diselundupkan kembali untuk melarikan diri.

Dua orang yang dia harapkan untuk diselundupkan ke AS digambarkan sebagai mantan agen intelijen Irak dengan pengalaman dalam operasi pembunuhan.

Shihab juga diduga berhubungan dengan sumber FBI kedua yang mengaku sebagai klien penyelundup palsu. Kedua informan tersebut merekam pertemuan dengannya.

Shihab diduga mengatakan kepada sumber itu bahwa dia berharap untuk menggunakan layanan penyelundupan manusia untuk membawa anggota ISIS ke AS, meskipun dia tidak dituduh sebagai anggota kelompok teror.

Dalam satu contoh, Shihab dan salah satu informan pergi ke Dallas, Texas untuk mengambil video dari kediaman Bush dan Institut George W. Bush.

Pada Maret 2022, ia diduga mengadakan pertemuan di kamar hotel Columbus, Ohio untuk melihat senjata dan seragam penegak hukum palsu.

Terancam Penjara 10 Tahun

Hari Keadilan Sosial Dunia
Ilustrasi Hari Keadilan Sosial Dunia. (Liputan6/Pixabay)

Dia sekarang menghadapi 10 tahun penjara karena mencoba membawa seseorang secara ilegal ke AS, dan 20 tahun lagi karena membantu dan bersekongkol dalam percobaan pembunuhan seorang mantan pejabat AS.

Seorang juru bicara Bush mengatakan mantan presiden "memiliki semua kepercayaan di dunia di Dinas Rahasia Amerika Serikat dan penegakan hukum dan komunitas intelijen kami".

Presiden Turki Juga Jadi Target Pembunuhan

Dugaan plot pembunuhan terhadap Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengemuka, menyusul temuan bom mobil di salah satu kendaraan pengamanan pemimpin negeri ottoman tersebut.

Sebuah alat peledak ditemukan oleh dinas intelijen Tukri di bawah mobil polisi yang mengamankan sebuah rapat umum yang diadakan untuk Erdogan di kota tenggara Siirt.

Perangkat itu hanya ditemukan beberapa saat sebelum dimulainya rapat umum, media Turki melaporkan sebagaimana dikutip dari the Jerusalem Post, Minggu (5/12/2021).

Setelah perangkat itu ditemukan, itu dibongkar dan dijinakkan oleh tim penjinak bom polisi Turki, menurut outlet berita Turki KARAR.

Penyelidik forensik memindai alat peledak dan kendaraan polisi untuk sidik jari dan penyelidikan untuk menemukan pelaku dilaporkan telah dimulai.

Peristiwa itu disebut masih akan terus diperbaharui.

Pembunuhan Gagal Presiden AS Ronald Reagan

Presiden Amerika Serikat Ronald Reagan dan istrinya, Nancy Reagan melambaikan tangan usai kembali dari Camp David (AP Photo)
Presiden Amerika Serikat Ronald Reagan dan istrinya, Nancy Reagan melambaikan tangan usai kembali dari Camp David (AP Photo)

Enam puluh sembilan hari setelah Ronald Reagan dilantik sebagai Presiden Amerika Serikat, ia menjadi sasaran pembunuhan oleh seseorang bernama John Warnock Hinckley. Namun upaya tersebut tak berjalan mulus.

Hinckley gagal membunuh Presiden AS ke-40 itu. Sebab luka tembak yang dialami Reagan tak fatal, dokter juga berhasil mengeluarkan peluru yang bersarang di dadanya dengan cepat.

Insiden mendebarkan yang terjadi pada tanggal 30 Maret 1981 bermula saat Reagan meninggalkan Hotel Hilton Washington, DC, bersama Sekretaris Pers Gedung Putih James Scott Brady, agen secret service Timothy McCarthy, dan perwira polisi District of Columbia Thomas Delahaney.

Tiba-tiba saja, rombongan tersebut ditembaki. Dor, dor, dor...

Reagan yang sudah tertembak kemudian dibawa oleh secret service dengan mobil limusin kepresidenan ke George Washington University Hospital. Di sana ia menjalani operasi pembedahan untuk mengeluarkan selongsong peluru yang bersarang di bagian dada kiri.

"Sayang, aku lupa membungkuk," ucap Reagan terhadap istrinya, Nancy Reagan, sambil bercanda sebelum operasi dilakukan.

Kalimat itu ia kutip dari petinju Jack Dempsey pada tahun 1926, yang kalah dalam kejuaraan tinju kelas berat melawan Gene Tunney.

Selain Reagan, serangan itu melukai Sekretaris Pers James Brady cukup parah. Ia menderita kerusakan otak permanen. Sementara Secret Service Timothy McCarthy dan polisi Thomas Delahaney pulih dari luka tembaknya.

Si penembak, John Hinckley divonis tak bersalah. Meski ia telah diamankan oleh kepolisian AS.

Pada tanggal 21 Juni, Hinckly dinyatakan sakit jiwa dan bebas dari tuduhan upaya pembunuhan Ronald Reagen. Ia pun dirawat di rumah sakit jiwa St. Elizabeth's Hospital, Washington DC.

Putusan tidak bersalah dengan alasan sakit jiwa itu sempat menuai banyak kritik dari publik. Mereka tak menyangka calon pembunuh presiden bisa bebas dari hukuman.

Infografis Cuci Tangan Pakai Sabun Bunuh Virus Penyebab Covid-19. (Liputan6.com/Niman)
Infografis Cuci Tangan Pakai Sabun Bunuh Virus Penyebab Covid-19. (Liputan6.com/Niman)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya