Liputan6.com, Kabul - Sudah lebih dari 1.000 orang tewas dalam bencana gempa bumi yang terjadi di Afghanistan pada Rabu kemarin (22/6). Jumlah persis warga yang tertimbun akibat gempa juga belum diketahui karena proses evakuasi yang sulit.
Menurut laporan BBC, Kamis (23/6/2022), para dokter di Afghanistan menyebut banyak anak-anak yang kemungkinan tewas akibat gempa di Afghanistan. Hujan deras dan masalah jaringan komunikasi menjadi penghambat proses evakuasi.
Advertisement
Baca Juga
"Kami tidak bisa menjangkau areanya, jaringan-jaringannya terlalu lemah," ujar seorang juru bicara Taliban seperti dikutip Reuters.
Sebelum gempa bumi, sistem kesehatan di Afghanistan juga sudah nyaris kolaps.
Para survivor memberitahu BBC bahwa desa-desa dekat pusat gempa nyaris seluruhnya hancur, begitu pula jalanan dan menara komunikasi. Angka kematian dikhawatirkan masih meningkat.
Mayoritas korban berada di Distrik Gayan dan Barmal di Paktika. Salah seorang wanita di ibu kota Paktika berkata dirinya kehilangan 19 anggota keluarga.
"Tujuh di satu ruangan, lima di ruangan lainnya, lalu tiga di ruangan lainnya, telah semuanya tewas di keluarga saya," ujar wanita itu yang sedang dirawat di rumah sakit.
Survivor lain menceritakan bagaimana langit-langit rumahnya ambruk ketika gempa terjadi.
"Saya terjebak, tetapi saya bisa melihat langit. Bahu saya tergeser, kepala saya sakit, tetapi saya bisa keluar. Saya yakin bahwa tujuh atau sembilan orang dari keluarga saya yang ada di ruangan yang sama dengan saya telah meninggal," ujarnya.
Taliban pun telah meminta bantuan kepada dunia internasional. PBB juga telah berusaha menyediakan lokasi darurat dan makanan di provinsi Paktika yang sangat terdampak.
Â
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
1.000 Orang Lebih Tewas di Gempa Afghanistan, Taliban Minta Bantuan Internasional
Pemerintah Afghanistan meminta bantuan internasional usai terjadi gempa dengan kekuatan magnitudo 6,1. Jumlah korban meninggal akibat gempa sudah lebih dari 1.000 orang dan setidaknya 1.500 orang terluka.Â
Afghanistan yang kini disebut Emirat Islam sedang dikuasai oleh kelompok Taliban yang merebut kekuasaan lewat kudeta pada Agustus 2020. Sebelum terjadi gempa, negara itu sudah kesulitan keuangan karena terkena sanksi negara-negara Barat, serta tak kunjung mendapat pengakuan internasional. Â
Menurut laporan BBC, gempa terjadi pada 44 kilometer dari kota Khost, ibu kota Provinsi Khost di tenggara Afghanistan. Provinsi Paktika yang juga berada di wilayah tenggara terkena dampak terparah.Â
Petugas PBB telah berusaha membantu situasi. Upaya evakuasi terhambat oleh hujan deras.Â
Pejabat Taliban mengaku negaranya kesulitan sebab masih terkena sanksi.Â
"Pemerintah sayangnya berada di bawah sanksi jadi secara finansial tidak bisa membantu orang-orang sesuai kebutuhannya," ujar Abdul Qahar Balkhi, pejabat senior Afghanistan.
Namun, pejabat Taliban itu mengaku telah dibantu oleh lembaga internasional, serta sudah ditawarkan bantuan oleh negara-negara asing.
"Lembaga-lembaga bantuan internasional sedang membantu, negara-negara tetangga dan kawasan, dan negara-negara dunia telah menawarkan bantuan yang kita hargai dan sambut," jelas Abdul Qahar Balkhir.
"Bantuan perlu ditingkatan ke skala yang sangat besar karena ini adalah gempa bumi besar yang tidak dirasakan selama puluhan tahun," lanjutnya.
Jumlah pasti korban bencana masih belum diketahui. Helikopter juga sudah dikerahkan untuk mengangkut para pasien ke rumah sakit. Warga di kota Sharan di Paktika juga terpantau mengantre untuk memberikan donor darah.
Advertisement
Kemlu RI: Tak Ada WNI Korban Gempa di Afghanistan
Gempa bumi dahsyat mengguncang Afghanistan pada Rabu 22 Juni 2022 dini hari, kekuatannya dilaporkan mencapai magnitudo 6,1 dengan kedalaman dangkal 51 km dari pusat lindu.
KBRI Kabul kemudian bergerak cepat untuk mencari kabar para WNI terdampak.Â
"KBRI Kabul segera menghubungi simpul-simpul WNI yang menetap di Afghanistan. Tidak terdapat informasi adanya korban WNI," jelas pihak Kemlu RI dalam keterangannya yang dikutip Kamis (23/6).
Gempa Afghanistan terbaru itu dilaporkan telah menelan korban jiwa nyaris 1.000 orang.
"Gempa kuat telah menewaskan sedikitnya 920 orang dan menyebabkan ratusan lainnya terluka di Afghanistan," kata pejabat Taliban seperti dikutip dari BBC.Â
Gambar-gambar yang beredar menunjukkan tanah longsor dan rumah-rumah yang dibangun dari lumpur di Provinsi Paktika timur, di mana tim penyelamat berjuang untuk merawat yang terluka.
Di daerah terpencil, helikopter telah mengangkut korban ke rumah sakit.
Pemimpin Taliban Hibatullah Akhundzada mengatakan ratusan rumah hancur dan jumlah korban tewas kemungkinan akan bertambah.
Wakil Menteri untuk Manajemen Bencana Sharafuddin Muslim mengatakan pada konferensi pers bahwa sedikitnya 920 orang telah tewas dan 600 lainnya terluka, menjadikannya gempa paling mematikan di Afghanistan dalam dua dekade.
Gempa tersebut terjadi pada Rabu pagi waktu setempat, dengan pusat gempa di dekat kota Khost, sekitar 95 mil (150 km) selatan Kabul, US Geological Survey (Survei Geologi AS) melaporkan.
Rp 16,6 Miliar Dana Darurat Dikucurkan
Laporan kantor berita negara Afghanistan Bakhtar menyebut, Perdana Menteri Mullah Mohammad Hassan Akhand mengalokasikan dana darurat sebesar 100 juta Afghanis atau senilai USD 1.123.595,50 (Rp. 16,6 miliar) untuk korban yang terdampak gempa.
Senada, Wakil Menteri Negara Manajemen Bencana Afghanistan Mawlawi Sharafuddin Muslim dalam pernyataan terpisah juga mengatakan negara itu akan memberikan bantuan darurat kepada korban terdampak gempa Afghanistan.
Berbicara pada konferensi pers, Mawlawi Sharafuddin Muslim mengatakan bahwa Afghanistan akan mengeluarkan dana sebesar USD 1.116,19 atau sekitar Rp. 16 juta untuk keluarga mereka yang tewas dalam gempa.
Adapun pengeluaran dana sebesar USD 558,10 atau Rp. 8,2 juta untuk keluarga yang mengalami luka-luka.
Sebuah pernyataan pers oleh misi diplomatik juga menyoroti perlunya bantuan asing untuk korban gempa Afghanistan.
"Republik Islam Afghanistan menyerukan dukungan yang murah hati dari semua negara, organisasi internasional, individu dan yayasan untuk menyediakan dan memberikan bantuan kemanusiaan yang mendesak," demikian isi pernyataan misi diplomatik Afghanistan.
Gempa Afghanistan terjadi ketika hampir separuh populasi negara itu – 20 juta orang mengalami kelaparan akut, menurut laporan yang didukung PBB pada bulan Mei 2022.Â
Situasi ini memperburuk krisis ketika Taliban merebut kekuasaan Afghanistan pada Agustus 2021, yang menyebabkan Amerika Serikat dan sekutunya membekukan cadangan devisa negara itu bernilai USD 7 miliar dan memotong pendanaan internasional.
Advertisement