Liputan6.com, Jakarta - Ratusan pengunjuk rasa telah melanggar zona keamanan tinggi di Baghdad dan masuk ke gedung parlemen Irak.
Dilansir BBC, Kamis (28/7/2022), para pendukung ulama Muqtada al-Sadr menentang pencalonan calon perdana menteri yang bersaing.
Baca Juga
Aliansi politik Sadr memenangkan kursi terbanyak dalam pemilihan umum Oktober lalu, tetapi tidak berkuasa karena kebuntuan politik setelah pemungutan suara.
Advertisement
Polisi dilaporkan menembakkan gas air mata dan meriam air ke arah pengunjuk rasa. Tidak ada anggota parlemen yang hadir pada saat itu.
Kelompok itu menembus Zona Hijau yang dijaga ketat di Baghdad - yang merupakan rumah bagi sejumlah bangunan paling penting di ibu kota termasuk kedutaan.
Sebuah sumber keamanan mengatakan kepada kantor berita AFP bahwa pasukan keamanan pada awalnya tampaknya telah menghentikan para penyusup, tetapi mereka kemudian "menyerbu parlemen".
Perdana Menteri Irak saat ini, Mustafa al-Kadhimi, meminta pengunjuk rasa untuk meninggalkan gedung sementara orang banyak bernyanyi, menari dan berbaring di atas meja.
Kerusuhan menyusul sembilan bulan kebuntuan, di mana perselisihan antara faksi politik yang berbeda di negara itu telah mencegah pembentukan pemerintahan baru.
Sadr, seorang ulama Syiah yang menentang intervensi Amerika di Irak, mengklaim kemenangan gerakan nasionalis Saeroun setelah pemilihan Oktober.
Tetapi sejak itu terbukti tidak mungkin untuk membangun koalisi pemerintahan baru, karena Sadr telah menolak untuk bekerja dengan saingannya.
Dia dan pendukungnya telah menentang pencalonan Mohammed al-Sudani sebagai perdana menteri, karena mereka percaya dia terlalu dekat dengan Iran.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Krisis di Irak
Adegan yang terjadi pada hari Rabu berfungsi sebagai pengingat berbagai krisis yang dihadapi Irak, meskipun statusnya kaya minyak.
Protes massal meletus pada 2019 di tengah kemarahan publik atas korupsi, pengangguran, dan keadaan layanan publik.
Ratusan orang dibunuh oleh pasukan keamanan pada saat itu, menurut Human Rights Watch.
Pendukung Sadr juga mengatur pembobolan parlemen lainnya selama kerusuhan pada 2016.
Pada hari Rabu, misi PBB di Irak mengatakan pengunjuk rasa memiliki hak untuk berdemonstrasi - selama tindakan mereka tetap damai dan legal.
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Advertisement
Bentrok Tentara Irak dan Anggota ISIS
Seorang tentara Irak dan seorang anggota kelompok Negara Islam (IS) tewas pada Minggu dalam dua insiden di bagian tengah dan utara negara itu, kata militer Irak.
Berdasarkan laporan intelijen, pasukan gabungan dari tentara dan paramiliter Hashd Shaabi menembak mati seorang anggota ISIS.
Ia mengenakan sabuk peledak di daerah Tarmiyah, sekitar 30 km utara ibukota Baghdad, kata kantor media Komando Operasi Gabungan Irak dalam sebuah pernyataan.
Dalam insiden terpisah, seorang tentara tewas dan seorang lagi terluka dalam serangan oleh militan ISIS di sebuah pangkalan militer di dekat kota Mosul.
Jaraknya sekitar 400 km utara Baghdad, kata seorang sumber militer kepada Xinhua tanpa menyebut nama.
Sumber itu mengatakan, serangan tersebut memicu bentrokan antara kedua belah pihak sebelum para penyerang melarikan diri dari tempat kejadian.
Gerilyawan ISIS
Pasukan keamanan Irak telah memerangi gerilyawan ISIS selama beberapa bulan terakhir untuk menindak aktivitas intensif mereka.
Situasi keamanan di Irak telah membaik sejak kekalahan ISIS pada 2017.
Namun, sisa-sisanya telah melebur ke pusat kota, gurun, dan daerah berbatu, sering melakukan serangan gerilya terhadap pasukan keamanan dan warga sipil.
Advertisement