CEO Pfizer: Saya Positif COVID-19

CEO Pfizer Albert Bourla mengaku kena COVID-19, tetapi kondisinya sehat.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 25 Sep 2022, 10:36 WIB
Diterbitkan 25 Sep 2022, 10:05 WIB
Ilustrasi isolasi mandiri, isoman, COVID-19
Ilustrasi isolasi mandiri, isoman, COVID-19. (Photo by Erik Mclean on Unsplash)

Liputan6.com, New York City - CEO Pfizer, Albert Bourla, mengaku positif COVID-19. Ini bukan pertama kalinya Bourla positif COVID-19, namun ia mengaku kondisinya sehat. 

Ia juga menegaskan bahwa virus COVID-19 masih ada di sekitar kita.

"Saya merasa baik-baik saja dan tanpa gejala. Saya belum mendapatkan booster bivalent saat ini, sebagaimana saya mengikuti panduan CDC untuk menunggu 3 bulan sejak kasus COVID saya sebelumnya pada pertengahan Agustus. Meski kita telah membuat progres yang hebat, virusnya masih bersama kita," ujar Albert Bourla melalui Twitter, Minggu (25/9/2022).

Vaksin bivalent adalah vaksin booster untuk melawan dua jenis COVID-19. 

Berdasarkan laporan CNN, seseorang dapat menunda vaksin booster bivalent mereka selama tiga bulan setelah mereka mulai merasakan gejala COVID-19. 

Ketika sebelumnya kena COVID-19, CEO Pfizer mengaku merasakan gejala ringan. Saat itu ia mengaku bersyukur karena sudah divaksin empat kali dengan Pfizer. 

"Saya bersyukur telah menerima empat dosis vaksin Pfizer-BioNTech, dan saya merasa baik sembari mengalami gejala-gejala yang sangat ringan. Saya mengisolasi dan mulai meminum Paxlovid," ujarnya.

Bourla menjelaskan bahwa Paxlovid belum mendapat izin, tetapi boleh digunakan untuk pemakaian darurat. Guna obat itu adalah melawan COVID-19 yang ringan hingga moderat pada pasien berisiko tinggi berusia 12 tahun ke atas dengan berat minimal 40 kilogram.

Berdasarkan data Johns Hopkins University, negara tertinggi dengan kasus baru COVID-19 adalah Jepang dengan 2,7 juta kasus dalam 28 hari terakhir, kemudian diikuti Amerika Serikat dengan 1,8 juta kasus.

Muncul Usulan Segera Cabut PPKM, Begini Respons Satgas COVID-19

Pertumbuhan Ekonomi DKI Jakarta Turun 5,6 Persen Akibat Covid-19
Pandangan udara permukiman warga dan gedung pencakar langit di Jakarta, Senin (27/7/2020). Berbagai sektor di Jakarya yang anjlok akibat Covid-19 antara lain listrik dan gas, perdagangan, pendidikan serta industri olahan. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Di tengah tren kasus COVID-19 di Indonesia yang semakin melandai, muncul usulan untuk segerakan pencabutan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). Usulan tersebut juga menyertakan Pemerintah tetap harus mengejar cakupan vaksinasi COVID-19 walau PPKM dicabut, .

Menanggapi usulan pencabutan PPKM, Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito angkat bicara. Pemerintah saat ini belum ada rencana untuk menghentikan PPKM meski sekarang seluruh daerah di Indonesia masuk kategori Level 1. 

"PPKM merupakan kebijakan yang menjaga kita sebagai masyarakat, apabila ke depannya terjadi kembali lonjakan kasus COVID-19," tegas Wiku menjawab pertanyaan Health Liputan6.com di Media Center COVID-19, Graha BNPB, Jakarta pada Kamis, 22 September 2022.

Pada 6 September 2022, Pemerintah kembali memperpanjang PPKM di seluruh daerah, baik Jawa - Bali maupun luar Jawa - Bali. Perpanjangan dilakukan walaupun kondisi COVID-19 selama seminggu terakhir mengalami tren penurunan.

Peraturan perpanjangan PPKM terbaru tertuang melalui Instruksi Mendagri (InMendagri) Nomor 42 Tahun 2022 untuk Jawa - Bali serta Instruksi Mendagri Nomor 43 Tahun 2022 untuk Luar Jawa - Bali. Kedua Inmendagri akan berlaku sampai tanggal 3 Oktober 2022.

Keputusan perpanjangan PPKM berdasarkan masukan dari para ahli bahwa seluruh daerah di Indonesia berstatus PPKM Level 1 meski positivity rate COVID-19 masih di atas standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Positivity rate COVID-19 adalah proporsi orang positif dari keseluruhan orang yang dites.

Jangan Tergesa-gesa

Vaksinasi Booster Keempat untuk Nakes
Petugas kesehatan memberikan vaksin booster dosis kedua atau vaksinasi dosis keempat untuk tenaga kesehatan relawan yang bertugas di RSDC, Wisma Atlit, Kemayoran, Jakarta. Rabu (3/8/2022). Pemberian vaksinasi Covid-19 dosis booster ke-2 tersebut diberikan dengan interval 6 bulan sejak vaksinasi dosis booster pertama. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Lebih lanjut, Wiku Adisasmito menegaskan untuk tidak tergesa-gesa menyatakan bebas pandemi COVID-19. Hal ini merespons pernyataan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden yang mengatakan pandemi COVID-19 telah berakhir di Amerika.

Pertimbangan menyatakan pandemi berakhir atau bebas pandemi COVID-19, menurut Wiku harus berdasarkan data dari berbagai negara di dunia, bukan hanya dari satu negara saja. Perkembangan kondisi COVID-19 global.

"Indonesia masih mengedepankan prinsip kehati-hatian dan kewaspadaan," terangya saat konferensi pers di Media Center COVID-19, Graha BNPB, Jakarta pada Kamis, 22 September 2022.

"Jangan sampai kita tergesa-gesa menyampaikan bebas pandemi, tanpa mengacu pada data dan kondisi COVID-19 terkini dari berbagai negara di dunia."

Masyarakat juga perlu memahami bahwa pencabutan status pandemi COVID-19 dipegang oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Dalam hal ini, keputusan 'pandemi COVID-19 berakhir' di tangan WHO.

"Kewenangan untuk mengakhiri status pandemi merupakan keputusan dari WHO," ucap Wiku menjawab pertanyaan Health Liputan6.com.

Menilik perkembangan situasi COVID-19 global, jumlah kasus mingguan baru tetap stabil selama minggu 12 hingga 18 September 2022 dibandingkan dengan pekan sebelumnya dengan lebih dari 3,2 juta kasus baru dilaporkan.

Jokowi Tak Mau Tergesa-gesa

Presiden Joko Widodo (Jokowi)
Menyambut tahun 2021, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan Indonesia mampu bangkit dari pandemi COVID-19. (Biro Pers Sekretariat Presiden)

Presiden Joko Widodo (Jokowi) pun tak mau terburu-buru menyatakan pandemi COVID-19 berakhir, seperti yang dilakukan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden. Menurutnya, hanya WHO yang bisa menyampaikan bahwa pandemi COVID-19 selesai.

"Pandemi ini kan terjadi di seluruh dunia dan yang bisa memberikan statement (pernyataan) menyatakan 'pandemi selesai' itu adalah WHO," kata Jokowi kepada wartawan di Gerbang Jalan Tol Gabus Kabupaten Bekasi Jawa Barat, Selasa (20/9).

Indonesia tetap mewaspadai potensi penyebaran virus Corona. Terlebih, ada beberapa negara yang kembali mengalami lonjakan kasus COVID-19.

"Kalau untuk Indonesia, saya kira kita harus hati-hati, tetap harus waspada, tidak harus tergesa-gesa, tidak usah segera menyatakan bahwa pandemi sudah selesai," jelas Jokowi.

"Saya kira hati-hati ada di satu dua negara yang COVID-19-nya juga mulai bangkit naik hati-hati, kehati-hatiaan yang harus diterapkan."

Infografis 3 Tips Pilih Sabun Cuci Tangan Tepat Cegah Covid-19. (Liputan6.com/Niman)
Infografis 3 Tips Pilih Sabun Cuci Tangan Tepat Cegah Covid-19. (Liputan6.com/Niman)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya