Liputan6.com, Washington, DC - Amerika Serikat telah mencabut sebagian besar protokol kesehatan untuk mencegah COVID-19. Banyak pula warga yang tak perlu masuk rumah sakit meski terinfeksi.
Namun, ada banyak orang pula yang terkena dampak long COVID. Gejalanya seperti masalah pada jantung, perut, dan paru-paru. Selain itu, pasien juga mengalami kebingungan.
Advertisement
Baca Juga
Berdasarkan laporan The Daily Beast, Kamis (22/9/2022), gejala-gejala itu bisa berlangsung selama berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun setelah sembuh dari COVID-19.
Studi terbaru dari City University of New York , ada 21 persen warga Amerika Serikat yang terkena COVID-19 pada musim panas 2022 yang mengidap long COVID. Dampak long COVID dirasakan empat pekan setelah infeksi.
Angka tersebut naik dari Juni 2022 etika CDC melaporkan 19 persen yang terdampak long COVID.
Studi dari City University of New York belum melalu tahap peer-review. Sampel studi itu adalah 3.042 orang dewasa AS. Peneliti menyebut berkurangnya screening COVID-19, serta pemakaian tes rapid antigen rumahan, kemungkinan besar memicu underestimation kasus infeksi.
"Meski adanya penambahan level proteksi melawan long COVID melalui vaksinasi, kemungkinan total jumlah orang dengan long COVID di AS sedang bertambah," ujar epidemiolog Denish Nash dari City University of New York kepada The Daily Beast. Nash memimpin studi long COVID tersebut.
Saat mengolah data pada Juli 2022, tim Nash menyimpulkan ada 7 persen orang dewasa AS (lebih dari 18 juta orang) yang memiliki long COVID pada saat itu.
Anak Muda dan Wanita Waspada
Tim peneliti dari City University of New York juga menemukan bahwa masalah long COVID ini banyak menyerang anak-anak muda dan wanita.
Nash berkata tingginya vaksinasi di antara warga dewasa dan lansia bisa menjelaskan kenapa anak-anak muda lebih banyak terkena long COVID, namun ia masih belum bisa memahami kenapa perempuan bisa terkena lebih banyak.
Sayangnya, Nash menilai langkah untuk melawan long COVID masih kurang. Pihak berwenang lebih fokus cara mencegah warga masuk rumah sakit dan meninggal dunia.
"Secara eksklusif fokus pada hal-hal tersebut dapat membuat situasi long COVID bertambah parah," jelas Nash. "Pasalnya ada jumlah substansial dari orang-orang yang terkena long COVID yang hanya memiliki infeksi SARS-CoV-2 yang ringan atau tidak parah."
Saat ini, aturan wajib masker di AS sudah dicabut. Namun, situs Vaccines.org menjelaskan bahwa masih ada program bagi-bagi masker gratis di lokasi vasinasi.
Pemerintah AS pun masih berusaha agar warga mendapatkan vaksin booster. Pihak CDC menegaskan bahwa booster bisa membantu melawan varian BA.4 dan BA.5 yang lebih menular.
Advertisement
AS Akan Distribusikan 25 Juta Suntikan Booster COVID-19
Pemerintah Amerika Serikat siap mengirimkan lebih dari 25 juta suntikan penguat (booster) COVID-19 yang telah diperbarui, di mana sebagian besar di antaranya berasal dari Pfizer-BioNTech, seiring dengan peningkatan produksi vaksin buatan Moderna.
Sejumlah apotek di AS, termasuk CVS Health dan Walgreens Boots Alliance, pada Selasa (20/9) juga melaporkan bahwa pasokan vaksin terbaru Moderna tetap terbatas sehingga janji temu untuk vaksinasi dengan produk itu menjadi bervariasi.
Baik CVS maupun Walgreens mengatakan mereka telah bekerja sama dengan pemerintah untuk memperoleh lebih banyak dosis Moderna dan belum melihat adanya masalah pasokan untuk vaksin booster yang diproduksi Pfizer.
Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) pada bulan Agustus lalu mengizinkan pemberian suntikan booster terbaru dari Pfizer dan Moderna yang menarget sub-varian Omicron BA4 dan BA5 yang dominan ketika AS bersiap melakukan kampanye vaksinasi ulang pada musim gugur tahun ini, demikian dikutip dari laman VOA Indonesia (22/9).
Menurut Asisten Sekretaris Bidang Kesiapsiagaan dan Tanggapan (ASPR) di Kantor Layanan Kesehatan dan Kemanusiaan AS, apotek ritel akan menerima jutaan dosis vaksin booster Moderna pada minggu ini, dan produksi vaksin tersebut akan terus ditingkatkan.
“Kami mengantisipasi terus meningkatnya pasokan dalam beberapa minggu mendatang,” ujar juru bicara ASPR kepada Reuters.
Moderna mengatakan sedang bekerja sama dengan pemerintah Amerika Serikat untuk menyediakan sejumlah besar dosis booster bivalen yang telah diperbarui, dan memperkirakan bahwa kendala ketersediaan vaksin yang terjadi saat ini akan selesai dalam beberapa hari mendatang.
Perusahaan tersebut juga menambahkan pihaknya berharap dapat mengirim 70 juta dosis vaksin booster pada akhir tahun nanti, sebagaimana yang dijanjikan dalam kontraknya.
Amerika Serikat telah memesan lebih dari 170 juta dosin vaksin booster yang telah diperbarui untuk musim gugur kali ini. Pemerintah AS menyarankan semua individu yang berusia di atas 12 tahun yang telah menerima dosis awal vaksin itu, untuk menerima suntikan booster bersi terbaru.
Uni Eropa: Pandemi Covid-19 Masih Jauh dari Selesai
Sebelumnya dilaporkan, regulator obat Uni Eropa mengatakan pada Selasa (20/9/2022), bahwa meskipun infeksi dan tingkat kematian turun, pandemi COVID-19 masih berkelanjutan dan bahwa kampanye vaksinasi yang direncanakan akan meningkat saat musim dingin mendatang.
Dilansir dari DW.com, Rabu (21/9), European Medicines Agency (EMA) pekan lalu menyetujui vaksin pertama yang secara khusus menargetkan jenis BA.4 dan BA.5 yang sangat menular dari varian Omicron virus corona.
Vaksin ini juga menargetkan strain asli SARS-CoV-2 dan datang 11 hari setelah pengawas obat menyetujui vaksin oleh Pfizer dan Moderna terhadap varian Omicron BA.1.
"Kami di Eropa masih menganggap pandemi sedang berlangsung dan penting bagi negara-negara anggota mempersiapkan peluncuran vaksin dan terutama vaksin adaptif untuk mencegah penyebaran lebih lanjut penyakit ini di Eropa," kata Kepala Petugas Medis Badan Obat Eropa, Steffen Thirstrup, di sebuah konferensi pers.
Pengumuman itu muncul ketika pekan lalu Presiden AS Joe Biden menyatakan pandemi sudah berakhir. Juga pada hari yang sama, otoritas kesehatan HAS Prancis mengikuti jejak EMA dengan membersihkan dua dosis vaksin booster COVID-19 yang terpisah yang diperbarui yang dikembangkan oleh Moderna dan BioNTech-Pfizer untuk menargetkan varian Omicron.
Advertisement