Liputan6.com, Singapura - Vidio merupakan salah satu layanan media Over The Top (OTT) milik Indonesia yang berdiri sejak 2014 dan sukses merajai dunia digital Tanah Air. Di tengah banyaknya pilihan serupa bagi masyarakat, Vidio berhasil merebut hati masyarakat Indonesia lantaran banyaknya pilihan yang ditawarkan.
Vidio memberikan berbagai pilihan mulai dari konten yang disajikan, hingga pilihan paket berlangganan bagi penggunanya. Saat menjadi pembicara di APOS Summit in Singapore, Rabu (28/9/2022), Managing Director Emtek dan CEO SCM, Sutanto Hartono membeberkan cara Vidio menggaet penonton dalam negeri.
"Jadi kami ingin memperbarui diri dengan benar karena memiliki bisnis OTT saat ini tidak cukup hanya dengan pertumbuhan pelanggan, atau jumlah penonton, tetapi juga pada akhirnya profitabilitas. Jadi jalan menuju profitabilitas harus dimulai dengan memiliki average revenue per user (ARPU) yang lebih sehat. Indonesia adalah pasar yang besar, tetapi tantangan terbesarnya adalah ARPU yang rendah."
Advertisement
Untuk mengatasi masalah tersebut, ia mengungkap, pertandingan sepakbola Liga Premier Inggris (EPL) menjadi konten yang menghasilkan tempat berlangganan yang tinggi. "Jadi itulah mengapa kami percaya bahwa kami membutuhkannya ke dalam ekosistem kami. Dan terbukti begitu kami meluncurkan EPL, maka kami juga mengubah strategi kami," Sutanto menjelaskan.
Ditambah lagi, dengan luasnya pasar Indonesia, membuat Vidio harus menggunakan strategi paling tepat.
"Tapi Indonesia adalah pasar yang cukup unik, ada jarak yang cukup jauh antara dua kalangan masyarakat mampu dan tidak. Jadi, kita belajar bahwa banyak orang yang sebenarnya tidak sensitif harga. Mengapa kita harus menjualnya begitu murah? Anda tahu, jadi itu sebabnya kami mengubahnya dengan paket EPL ini," tambahnya.
Tawarkan Pilihan
Untuk konten pertandingan sepakbola Liga Premier Inggris, Vidio menawarkan dua pilihan paket harga yakni premium Rp 79.000 dan pilihan lainnya adalah Rp 59.000.
Vidio, lanjut Sutanto, juga mempelajari untuk membedakan kalangan penggunanya lewat perangkat atau device yang mereka gunakan.
"Untuk mobile device harganya lebih murah, sementara untuk Smart TV harganya akan lebih tinggi. Strategi ini bekerja dengan sangat baik," ujarnya.
Berangkat dari ini, Vidio berhasil mendapatkan ARPU yang lebih baik bahkan banyak orang memutuskan untuk memilih komitmen berlangganan selama satu tahun.
Advertisement
Sejarah Berdirinya Vidio
Vidio dimulai sejak 2014, berawal ketika Emtek berhasil memulainya bisnis media online, termasuk dalam televisi free-to-air.
"Jadi kami ingin membuat seperti ekosistem kami sendiri, menempatkan semua saluran linier kami serta video konten TV. Jadi begitulah awalnya," ujarnya.
Titik puncak Vidio dimulai sejak 2018, ketika menyiarkan gelaran olahraga Asian Games yang sangat populer di Indonesia. Ketika itu, Vidio berhasil menggaet sekitar 30 juta penonton Indonesia.
Pada tahun berikutnya, Vidio berdiri lebih kuat dan kini menjadi prioritas. Konten, organisasi dan segala aspeknya semakin dikuatkan sehingga membangun Vidio menjadi sebesar sekarang.
"Kami telah menjadi platform over the top (OTT) terbesar nomor satu dari sudut pandang MAU (Monthly Active Users)," katanya.
Bahkan di kuarter kedua 2022, Vidio berhasil meraih subscriber tak hanya dari Indonesia namun juga di Asia Tenggara.
Konten Olahraga Jadi Daya Tarik Utama
Sutanto menyatakan, saat ini konten olahraga menjadi salah satu yang menarik banyak penonton dan subscriber di Vidio.
"Pertumbuhan subscriber awalnya berasal dari olahraga, karena itu juga merupakan topik di mana kami percaya bahwa olahraga menciptakan kebiasaan orang yang mau membayar (konten)," sambungnya.
Mengingat kebiasaan berlangganan tayangan atau tontonan belum begitu populer di Indonesia, ia mengatakan, dengan melihat jumlah penonton saat ini, Vidio cukup berhasil dalam membuat suatu gebrakan baru. Maka dari itu, Vidio masih menayangkan konten olahraga sebagai daya tarik utamanya.
Selain konten olahraga, Vidio juga memperluas sayapnya dengan menyajikan konten lokal, yang hingga kini masih merajai di kalangan penonton Indonesia.
"Jadi kami berkomitmen untuk menjadi produsen konten terbesar di negara ini di ruang OTT. Kemudian kami memilih untuk lebih fokus ke serial daripada film," ujarnya.
Advertisement