Liputan6.com, Bali - Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov dilaporkan sudah pulang ke Rusia meski acara KTT G20 Bali belum selesai. Kabar ini telah dibenarkan Kementerian Luar Negeri RI.Â
Juru bicara Kemlu RI Teuku Faizasyah berkata masalah datang dan perginya perwakilan negara terkait masalah keamanan. Akan tetapi, ia enggan berspekulasi terkait PM Lavrov yang pulang lebih awal.Â
Advertisement
Baca Juga
"Memang masalah kedatangan dan kepulangan banyak menyangkut aspek keamanan," ujar Teuku Faizasyah di sela KTT G20 Bali, Rabu (16/11/2022).
"Namun, memang benar kalau Menteri Luar Negeri Rusia telah kembali kemarin," jelasnya.
Sebelumnya, Sergey Lavrov sempat diisukan dilarikan ke rumah sakit akibat penyakit jantung ketika tiba di Bali. Kabar itu dibantah oleh pihak Kemlu Rusia dengan menampilkan video Sergey Lavrov yang bekerja memakai celana pendek di hotel.Â
Roket Hantam Polandia
Perang Rusia-Ukraina menjadi isu panas di G20 Bali. Hal itu diperparah ketika ada roket yang diduga buatan Rusia yang masuk Polandia pada Selasa sore (16/11).
Pemimpin negara G7 dan NATO menggelar rapat darurat di Bali akibat peristiwa tersebut. Pada pernyataan resminya, pemimpin G70 dan NATO mendukung Polandia untuk melakukan investigasi.
"Kami menawarkan dukungan penuh dan bantuan kepada investigasi Polandia yang berlanjut. Kami setuju untuk tetap berkomunikasi secara dekat untuk menentukan langkah-langkah selanjutnya yang tepat sebagaimana investigasi berlangsung," ujar pertanyaan bersama pemimpin negara G7 dan NATO.
Sementara, Kementerian Luar Negeri Polandia juga memutuskan untuk memanggil pihak Kedutaan Besar Rusia yang bertugas di Warsawa. Pihak Kemlu Polandia akan menuntut penjelasan yang detail dari Rusia.
2 Orang Tewas
Polandia mengatakan bahwa roket yang diduga buatan Rusia menewaskan dua orang di kawasan timurnya yang berlokasi dekat dengan Ukraina.Â
Otoritas negara itu dikabarkan sedang menghubungi duta besar Rusia untuk Warsawa untuk meminta penjelasan, setelah Moskow membantah bertanggung jawab atas jatuhnya roket tersebut.
Dilansir dari Channel News Asia, Rabu (16/11/2022), Kementerian luar negeri Polandia mengatakan roket itu jatuh pada Selasa sore 15 Novemeber di Przewodow, sebuah desa di Polandia timur sekitar 6 km dari perbatasan dengan Ukraina, menewaskan dua orang.
Laporan media setempat mengatakan roket itu menghantam fasilitas pengeringan biji-bijian.
"Kita tidak memiliki bukti konklusif saat ini mengenai siapa yang meluncurkan rudal ini ... kemungkinan besar itu adalah rudal buatan Rusia, tetapi ini semua masih dalam penyelidikan saat ini," kata Presiden Polandia Andrzej Duda.Â
Dia juga menyebut, insiden tersebut terjadi hanya sekali dan "tidak ada indikasi akan terulangnya insiden hari ini".
Duda menambahkan, sangat mungkin bahwa Polandia akan meminta konsultasi berdasarkan Pasal 4 aliansi militer NATO setelah hantaman roket itu.
"Duta besar kami akan menghadiri pertemuan Dewan Atlantik Utara besok pukul 10 pagi di markas NATO ... kemungkinan besar duta besar akan meminta aktivasi Pasal 4, atau konsultasi dengan sekutu," jelasnya.Â
Adapun seorang pejabat NATO yang mengatakan aliansinya tengah berkoordinasi erat dengan Polandia.
Sementara itu, Presiden AS Joe Biden menyampaikan kepada Presiden Polandia Andrzej Duda melalui sebuah panggilan telepon bahwa Washington memiliki "komitmen kuat terhadap NATO" dan akan mendukung penyelidikan di Polandia, menurut keterangan dari Gedung Putih.
Advertisement
Warga Diminta Tenang
Perdana Menteri Polandia Mateusz Morawiecki mendesak Polandia untuk tetap tenang menyusul hantaman roket itu.
"Saya menyerukan kepada semua orang Polandia untuk tetap tenang dalam menghadapi tragedi ini... Kita harus menahan diri dan berhati-hati," UJAR Morawiecki setelah pertemuan darurat pemerintah di Warsawa.
Morawiecki juga mengatakan, Polandia telah memutuskan untuk meningkatkan pengawasan wilayah udaranya.
Sementara itu, di Washington, Pentagon, Gedung Putih dan Departemen Luar Negeri AS mengatakan mereka belum bisa menguatkan laporan kejadian tersebut dan sedang bekerja sama dengan pemerintah Polandia untuk mengumpulkan lebih banyak informasi.
Tetapi Departemen Luar Negeri AS mengatakan laporan itu "sangat memprihatinkan".
Adapun Jerman dan Kanada yang mengatakan sedang memantau situasi, dan Uni Eropa, Belanda dan Norwegia mengatakan sedang mencari rincian lebih lanjut.
Presiden Prancis Emmanuel Macron memerintahkan upaya verifikasi, sementara Inggris "segera" menyelidiki laporan tersebut.
Â
Rusia Membantah
Sementara itu, Kementerian pertahanan Rusia membantah bahwa rudal Rusia menghantam wilayah Polandia, menggambarkan laporan tersebut sebagai provokasi yang disengaja yang bertujuan untuk membuat situasi tegang.
"Tidak ada serangan terhadap target di dekat perbatasan Ukraina-Polandia yang dilakukan dengan cara penghancuran Rusia," terangnya.
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov juga mengatakan dia tidak memiliki informasi tentang ledakan di Polandia.
Advertisement