Liputan6.com, Seoul - Keluarga korban tragedi Itaewon menyalahkan polisi Korea Selatan atas insiden yang terjadi pada festival Halloween pada akhir Oktober 2022. Salah satu ibu korban berkata polisi lebih peduli pada pendemo ketimbang rakyat biasa.
Pada malam ketika insiden terjadi, ada demo yang digelar, sehingga polisi mengaku fokus ke unjuk rasa terhadap Presiden Yoon Suk Yeol.
Advertisement
Baca Juga
Keluarga korban dibantu organisasi pengacara bernama Minbun-Lawyers for a Democratic Society. Mereka menggelar konferensi pers perdana pada Selasa (22/11/2022).
"Kegagalan polisi untuk mengirim pasukan antihuru-hara malam ini mengindikasikan mereka lebih tertarik mengurus pengunjuk rasa dan keamanan ketimbang keselamatan rakyat biasa," ujar Lee Jong Gwan, ibu dari seorang korban, dikutip Yonhap.
Putri dari Lee Jong Gwan adalah seorang mahasiswi jurusan komputer. Ia ikut meninggal di tragedi Itaewon.
Polisi Korea Selatan sebetulnya sudah mendapatkan telepon dari warga pada beberapa jam sebelum kerusuhan di Itaewon, namun polisi tidak langsung membubarkan masyarakat.
Para keluarga korban menuntut enam poin permintaan, termasuk adanya permintaan maaf yang tulus hingga investigasi menyeluruh ke pihak-pihak yang bertanggung jawab.
Pemerintah juga diminta memastikan adanya langkah komunikasi dan kemanusiaan untuk para korban, serta mengambil langkah proaktif untuk mengenang para korban jiwa di Itaewon.
Pihak Minbun-Lawyers menyiratkan kemungkinan adanya langkah hukum yang lebih jauh setelah berkonsultasi dengan keluarga korban tragedi Itaewon.
Presiden Korsel Juga Kritik Polisi
Sebelumnya dilaporkan, kebih dari 150 nyawa melayang akibat kerumunan masif di Itaewon pada acara Halloween di akhir Oktober lalu.
Sejumlah pihak menilai bahwa peristiwa itu dianggap bisa dicegah bila polisi bisa ada antisipasi.
Presiden Yoon Suk Yeol telah resmi meminta maaf kepada masyarakat negaranya akibat tragedi tersebut. Ia pun mengkritik habis-habisan pihak kepolisian yang dinilai tidak sigap.
Berdasarkan laporan Yonhap, Senin (7/11), juru bicara kepresidenan Lee Jae Myoung berkata Presiden Yoon mengetahui bahwa panggilan darurat ke 112 telah dilakukan beberapa jam sebelum kejadian, yakni pukul 18.34.
"Bagaimana bisa mengatakan dalam kondisi itu polisi tidak punya kewenangan," ujar Lee Jae Myoung mengutip Presiden Korea Selatan.
"Siapa yang bertanggung jawab mencegah kecelakaan keamanan? Polisi," ujar Presiden Yoon yang juga mengkritik pemadam kebakaran.
Lebih lanjut, Presiden Yoon menganggap tidak masuk akal jika polisi tidak menyadari bahwa akan lebih banyak orang yang datang. Ia yakin polisi Korsel bukan kaleng-kaleng.
"Mereka punya kapabilitas informasi yang luar biasa, jadi kenapa mereka menonton dengan melongo selama empat jam?" ujar Presiden Yoon. Tragedi Itaewon dimulai sekitar pukul 22.00.
"Mereka ada di TKP. Mereka harusnya mengambil tindakan meski tidak ada panggilan ke 112. Bagaimana kamu bisa bilang kamu tak bisa menjawab karena sistem yang buruk? Memang tragedi Itaewon terjadi karena sistem buruk? Saya tidak paham," ucap Presiden Yoon Suk Yeol.
Advertisement
Presiden Korea Selatan Resmi Minta Maaf
Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol meminta maaf secara resmi kepada masyarakatnya pada Senin (7/11) atas tragedi pesta Halloween di Itaewon. Ia mengatakan akan menjamin investigasi yang menyeluruh terkait insiden mematikan itu dan meminta pertanggungjawaban dari pihak-pihak yang semestinya bertanggung jawab.
Yoon Suk Yeol menyatakan hal itu dalam pertemuan yang digelar untuk meninjau pengendalian massa dan peraturan keselamatan lainnya setelah tragedi yang menewaskan 156 orang pada Sabtu malam, 29 Oktober 2022. Pertemuan itu juga dihadiri oleh perdana menteri, menteri keuangan, menteri dalam negeri, sejumlah anggota kabinet, pakar sipil tentang masalah bencana dan keselamatan, serta polisi garis depan dan petugas pemadam kebakaran, dan pembuat kebijakan utama Partai Kekuatan Rakyat.
"Saya tidak berani membandingkan diri saya dengan orangtua yang kehilangan putra-putrinya, tetapi sebagai presiden yang harus melindungi kehidupan dan keselamatan rakyat, saya berduka dan hati saya berat," katanya, dikutip dari Yonhap.
"Saya meminta maaf dan meminta maaf kepada keluarga yang ditinggalkan yang menghadapi tragedi yang tak terlukiskan dan kepada bangsa yang berbagi rasa sakit dan kesedihan."
Pernyataan itu dilihat sebagai permintaan maaf resmi pertamanya kepada negara, meskipun sebelumnya sudah meminta maaf dalam sambutannya selama upacara peringatan kematian korban secara Buddha dan Kristen.
Yoon kembali menyerukan kepada jajarannya untuk menangani dampak dari tragedi Itaewon secara bertanggung jawab. Ia juga mendesak untuk memperbaiki peraturan antibencana dan keselamatan yang sudah ada untuk membuat negara lebih aman.
"Khususnya, untuk melindungi keselamatan masyarakat, kita membutuhkan inovasi besar dalam cara polisi bersiap menghadapi risiko dan mencegah kecelakaan," katanya. "Saya akan memastikan kebenaran ditentukan secara menyeluruh mengenai tragedi ini dan mengungkapkan prosesnya kepada publik secara transparan tanpa meninggalkan jejak keraguan."
Bertemu Ketua DPR Korsel, Puan Maharani Berduka Atas Tragedi Itaewon
Ketua DPR RI Puan Maharani melakukan pertemuan bilateral dengan Ketua Majelis Nasional Korea Selatan (Korsel), Kim Jin-pyo. Pertemuan ini dilakukan di National Assembly of the Republic of Korea (Gedung Kantor DPR Korsel) yang berada di Seoul, Rabu (9/11).
Saat tiba di lokasi, Puan disambut Kim Jin-pyo yang diiringi pasukan kerajaan dengan kostum tradisional. Puan pun mengucapkan terimakasih atas sambutan hangat Parlemen Korsel.
Ia dan Kim sebelumnya sempat bertemu di sela-sela Sidang Inter-Parliamentary Union (IPU) ke-145 di Rwanda beberapa waktu lalu. Diketahui, Kim baru saja dilantik sebagai Ketua DPR Korsel pada bulan Oktober 2022 lalu.
"Annyeonghaseyo, selamat pagi. Saya merasa terhormat dan senang dapat bertemu dengan bapak Speaker Kim Jin-pyo," kata Puan.
Dalam kesempatan itu, Puan menyampaikan duka citanya atas tragedi Itaewon yang menewaskan sedikitnya 156 orang saat acara perayaan Halloween. Kemudian, ia menyinggung Indonesia juga sempat mengalami peristiwa serupa saat pertandingan sepak bola di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur.
"Saya ingin mengucapkan belasungkawa yang mendalam atas tragedi yang terjadi Itaewon pada tanggal 29 Oktober 2022 lalu. Tragedi serupa juga terjadi di Indonesia, di stadion Kanjuruhan, awal bulan Oktober lalu," ujarnya.
"Hal ini menunjukkan perlunya kita semua memperkuat manajemen pengendalian massa paska pandemi. Dan diperlukan langkah preventif untuk mencegah over-capacity suatu tempat. Ini diperlukan untuk mengendalikan euphoria publik untuk berkumpul saat ini," sambungnya.
Lebih lanjut, Puan berharap pertemuan bilateral antara DPR RI dan Parlemen Korsel dapat menjadi momentum yang tepat untuk memperkuat kerja sama kedua negara. Apalagi, Indonesia dan Korea Selatan telah menjalin persahabatan dan hubungan diplomatik hampir 50 tahun lamanya.
Advertisement