Liputan6.com, Yerusalem - Ledakan mengguncang Yerusalem pada Rabu 23 November 2022. Sejauh ini dilaporkan ada korban tewas.
"Hari ini, satu orang tewas dan 14 lainnya terluka oleh dua ledakan terpisah yang menargetkan halte bus yang cukup ramai di Yerusalem," kata petugas medis Israel.
Mengutip dari BBC, Rabu (23/11/2022), ledakan pertama dilaporkan disebabkan oleh sebuah perangkat yang tertinggal di terminal bus di pinggiran kota. Serangan ini melukai 11 orang, salah satunya meninggal di rumah sakit.
Advertisement
Ledakan kedua terjadi di dekat halte bus di bagian lain kota. Akibatnya tiga orang mengalami luka ringan.
Polisi Israel mengatakan ledakan itu diduga serangan dari Palestina.
Tahun ini telah terjadi serentetan serangan senjata dan pisau mematikan yang menargetkan warga Israel. Serangkaian kejadian memicu gelombang serangan militer Israel di kota-kota Palestina di Tepi Barat.
Penggunaan bahan peledak kali ini di Yerusalem menjadi serangan paling signifikan dalam beberapa tahun.
Palestina Minta Israel Setop Bunuh Warganya di Tepi Barat
Di sisi lain, para pejabat Palestina meminta Israel untuk menghentikan kebijakannya yang "berbahaya dan tidak bertanggung jawab" dengan membunuh orang-orang Palestina di Tepi Barat.
Nabil Abu Rudeineh, juru bicara kepresidenan Palestina, membuat pernyataan tersebut menyusul pembunuhan Israel sebelumnya terhadap dua warga Palestina dan melukai tiga orang di kamp pengungsi Al-Jalazone di utara kota Ramallah, Tepi Barat pada Senin, 3 Oktober 2022.
Keduanya tewas ketika diduga berusaha untuk "melakukan serangan serudukan" terhadap tentara yang menyerbu kamp pengungsi Jalazone untuk menangkap seseorang yang dicurigai melakukan "aktivitas teror," menurut pernyataan militer Israel dalam sebuah pernyataan pada Senin.
Sementara itu, Nabil mengatakan dalam sebuah pernyataan pers bahwa kepresidenan Palestina mengutuk pembunuhan warga Palestina, dikutip dari laman Xinhua, Selasa (4/10/2022)
Perdana Menteri Palestina Mohammed Ishtaye pada Senin (3/10) mengatakan pada pertemuan mingguan kabinet Palestina di Ramallah bahwa Otoritas Palestina menolak eskalasi Israel di Tepi Barat.
"Eksaserbasi pelanggaran berat hak asasi manusia Palestina, yang terbaru adalah pembunuhan dua pemuda di kamp pengungsi Al-Jalazone, ditolak," katanya dalam sebuah pernyataan.
Kementerian Luar Negeri Palestina mengatakan dalam sebuah pernyataan pada Senin (3/10) bahwa "kami menganggap pemerintah Israel bertanggung jawab penuh dan langsung atas kejahatan ini."
Pihaknya juga menyerukan kepada masyarakat internasional "untuk memecah kebisuannya mengenai darah dan penderitaan warga Palestina."
Pada Senin pagi, dua warga Palestina tewas, dan yang ketiga terluka parah oleh tentara Israel di utara kota Ramallah, Tepi Barat tengah, kata sumber keamanan Palestina dan saksi mata.
Â
Â
Advertisement
Serangan Mematikan di Tepi Barat Susul Serangan di Masjid Al-Aqsa
Lima bulan lalu, serangan juga terjadi. Seorang pria Palestina dan seorang penjaga Israel tewas dalam insiden terpisah di Tepi Barat yang diduduki setelah pasukan Israel menyerbu kompleks Masjid Al-Aqsa pada hari Jumat (29/4/2022) terakhir bulan suci Ramadhan.
Pasukan Israel membunuh seorang pria Palestina pada Jumat malam di utara Tepi Barat yang diduduki, menurut kementerian kesehatan Palestina.
Yahya Adwan (27) ditembak di dada selama operasi tentara Israel di kota Azzun, kata kementerian itu dalam sebuah pernyataan pada hari Sabtu.
Sementara itu, tentara Israel mengatakan seorang penjaga yang sedang bertugas di pintu masuk pemukiman Ariel pada Jumat malam diserang ketika orang-orang bersenjata melepaskan tembakan. Layanan darurat mengkonfirmasi bahwa pria itu, berusia 20-an, telah meninggal karena luka-lukanya.
Brigade Martir Al-Aqsa, salah satu kelompok militan utama yang hadir di Tepi Barat yang diduduki, mengaku bertanggung jawab atas pembunuhan itu.
"Kami mengklaim bertanggung jawab atas operasi heroik di koloni Ariel di mana seorang perwira Zionis tewas, sebagai tanggapan atas pelanggaran yang dilakukan oleh pemerintah pendudukan di Yerusalem," kata kelompok itu.
Di pihaknya, Hamas, gerakan Palestina yang mengatur Jalur Gaza, memuji pembunuhan itu sebagai "operasi heroik", dengan juru bicara Hazem Qassem menyatakan itu sebagai tanggapan terhadap "serangan terhadap Al-Aqsa," situs tersuci ketiga Islam, yang telah menjadi salah satu titik fokus selama berminggu-minggu kekerasan.
4 Warga Hilang dalam Kerusuhan Dogiyai Papua Tengah, 2 Peleton Brimob Diterjunkan
Sementara itu, konflik di suatu wilayah yang terjadi sejak lama juga dialami oleh Indonesia, tepatnya di Papua.
Kapolres Dogiyai Kompol Samuel Tatiratu menyatakan, pertengahan November dua peleton brimob dikirim ke Dogiyai, Papua Tengah untuk membantu memperkuat keamanan usai aksi kerusuhan.
"Dua peleton brimob yang dikirim dari Nabire itu untuk memperkuat aparat keamanan di Dogiyai," kata Kompol Tatiratu kepada Antara, Minggu (13/11/2022).
Kapolres Dogiyai mengatakan, kerusuhan terjadi sesaat setelah adanya kecelakaan lalu lintas yang menewaskan bocah berusia lima tahun dan menyebabkan dibakarnya dua truk termasuk truk yang menabrak korban.Â
Selain itu, sekitar 82 rumah petak dan enam kantor dibakar, yakni Kantor BKD, Inspektorat Daerah, Dukcapil, Dinas Lingkungan Hidup, BPMK, dan Kantor Keuangan dibakar.
Warga juga mengungsi ke Polres dan Koramil Dogiyai, kata Tatiratu. Ketika ditanya tentang korban jiwa dalam kerusuhan tersebut, Kapolres Dogiyai mengakui memang ada laporan kehilangan anggota keluarga.
"Aparat keamanan masih mencari keberadaan warga yang dilaporkan belum kembali ke keluarganya," ujar Kompol Tatiratu, menurut laporan Liputan6.com, Senin (14/11/2022).
Sekelompok massa, Sabtu (12/11), membakar truk yang diduga menabrak Noldi Goo, balita berusia lima tahun hingga meninggal dunia. Kecelakaan tersebut terjadi sekitar pukul 14.30 WIT di Kampung Ikebo, Distrik Kamu, Kabupaten Dogiyai, Papua Tengah.
Â
Penulis: Safinatun Nikmah
Advertisement