Liputan6.com, New York - Tiga tahun silam, mantan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menandatangani Undang-Undang Otorisasi Pertahanan Nasional AS dan menciptakan dinas militer baru pada hari Jumat, 20 Desember 2019. Pembentukan dinas militer baru ini merupakan yang pertama kalinya sejak Angkatan Udara AS dibentuk pada 1947.
Dengan penandatanganan ini, US Air Force Space Command (Komando Luar Angkasa Angkatan Udara AS) ditunjuk sebagai United States Space Force (Angkatan Luar Angkasa AS), sebuah langkah yang disebut-sebut oleh pejabat Gedung Putih sebagai langkah bersejarah, dilansir dari laman CNN, Senin (19/12/2022).
“Undang-undang menyatakan bahwa Komando Luar Angkasa AU akan didesain ulang sebagai Angkatan Luar Angkasa,” kata Jenderal John Raymond, komandan US Space Force dan US Air Froce Space Command, kepada wartawan di Pentagon kala itu.
Advertisement
Raymond mengatakan bahwa 16.000 penerbang aktif dan warga sipil yang saat ini bertugas di Komando Luar Angkasa AU akan ditugaskan ke Angkatan Luar Angkasa yang baru. Meski demikian, menurut para pejabat, pemindahan personel itu tidak dilakukan langsung seluruhnya.
Seorang pejabat senior Angkatan Udara AS mengatakan, sekitar 5.000 hingga 6.000 personel dari 16.000 pada akhirnya dipindahkan ke Angkatan Luar Angkasa.
Anggota dinas militer yang berfokus pada ruang angkasa, yakni operator ruang angkasa, pada akhirnya dipindahkan ke Angkatan Luar Angkasa secara sukarela di beberapa titik. Namun, personel pendukung, seperti petugas keamanan dan insinyur sipil, tetap berada di Angkatan Udara meskipun ditugaskan di Angkatan Luar Angkasa.
“Kami ingin membangun layanan ini agar ramping dan gesit, kami akan sangat mengandalkan fungsi dukungan dari Angkatan Udara AS,” kata Raymond, Jumat (20/12/2019).
Sejumlah kecil penerbang yang berspesialisasi dalam intelijen, teknik, dan akuisisi juga dipindahkan ke Angkatan Luar Angkasa yang baru.
Pejabat Angkatan Udara mengatakan bahwa jumlah personel yang dipindahkan ke Angkatan Luar Angkasa bisa mencapai 15.000.
“Ada segmen tambahan nantinya, jadi ada unit lain yang berada di luar lingkup Komando Ruang Angkasa Angkatan Udara yang juga masuk ke layanan ini,” kata Raymond.
Jumlah Personel Relatif Kecil
Kendati demikian, menurut laporan CNN, total pasukan sekitar 15.000 cukup kecil jika dibandingkan dengan cabang angkatan bersenjata lainnya.
Angkatan Udara AS memiliki lebih dari 300.000 personel aktif di jajarannya, sedangkan Korps Marinir AS, yang merupakan cabang terkecil, memiliki sekitar 180.000.
Sekretaris Angkatan Udara Barbara Barrett, yang mengawasi angkatan baru tersebut – seperti sekretaris Angkatan Laut mengawasi Marinir AS – mengatakan bahwa ukuran cabang baru tidak mencerminkan signifikansinya.
“Angkatan Luar Angkasa tidak akan diukur dengan jumlah orang seperti misalnya Korps Marinir,” kata Barrett kepada wartawan. “Space Force jauh lebih terukur dari teknologi dan kemampuannya.”
Dia menunjuk pada fakta bahwa hanya sekitar 40 personel yang mengawasi Sistem Pemosisian Global (GPS), meskipun sistem ini sangat penting bagi pemerintah AS dan perusahaan komersial.
Angkatan Udara juga menyediakan banyak infrastruktur untuk mendukung Angkatan Luar Angkasa yang baru, termasuk program pelatihan dan perekrutan perwira. Para pejabat mengatakan ini membantu membendung kebutuhan akan birokrasi tambahan – meskipun hal ini sempat mendapatkan pertentangan dari pejabat senior pertahanan.
Advertisement
Pangkalan Luar Angkasa
Sementara itu. Raymond mengatakan bahwa beberapa pangkalan Angkatan Udara kemungkinan besar akan diganti namanya untuk mencerminkan pentingnya misi Angkatan Luar Angkasa.
“Kami memiliki rencana untuk mengganti nama pangkalan utama Angkatan Udara yang menampung unit luar angkasa menjadi Pangkalan Luar Angkasa,” kata Raymond.
Dia mengatakan pangkalan-pangkalan itu dapat mencakup Pangkalan Angkatan Udara Peterson di Colorado, markas Komando Antariksa Angkatan Udara saat ini, dan Pangkalan Udara Vandenberg di California.
Memorandum Angkatan Udara mengidentifikasi enam pangkalan militer yang dapat menampung Komando Luar Angkasa AS. Empat dari lokasi yang diusulkan berlokasi di Colorado. Dua lokasi lainnya berada di Alabama dan California, menurut CNN.
Namun, beberapa hal tidak diungkapkan saat Trump menandatangani Undang-undang Angkatan Luar Angkasa pada 2019 termasuk seragam, logo, dan lagu resmi. Menurut Raymond, pekerjaan terkait atribut saat itu masih dalam penyempurnaan.
Anggaran yang Terbatas
Di sisi lain, beberapa anggota parlemen mempertanyakan perlunya Angkatan Luar Angkasa yang terpisah dan jumlah uang yang dialokasikan untuk pembentukannya pada Tahun Anggaran 2020. Anggaran Luar Angkasa mencapai 72,4 juta dolar AS (Rp1,13 triliun), sementara dana yang dicari Pentagon untuknya pada Tahun Anggaran 2020 hanya mencapai 40 juta dolar AS (Rp 624 miliar).
“Kami akan melakukan pembangunan bertahap sesuai dengan anggaran yang tersedia. Ya, itu kurang dari yang diminta, tapi kami akan bekerja dengan baik dengan jumlah yang disesuaikan,” kata Barrett.
Selain Angkatan Luar Angkasa, penandatanganan tersebut juga menciptakan pos militer senior baru untuk mengawasi Angkatan Luar Angkasa, yaitu kepala operasi luar angkasa yang pada juga duduk di Joint Chief of Staff, bergabung dengan rekan-rekan mereka dari Angkatan Darat, Angkatan Laut, Angkatan Udara, dan Marinir. Trump pada hari itu mengumumkan Jenderal Angkatan Udara Jay Raymond sebagai kepala operasi luar angkasa pertama.
Informasi terbaru dapat diakses melalui laman resmi US Space Force.
Penulis: Safinatun Nikmah.
Advertisement